Audisi Umum Beasiswa Bulutangkis Dihentikan, PBSI Terkena Imbas
A
A
A
JAKARTA - Polemik PB Djarum dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) kian memanas sampai akhirnya Bakti Olahraga Djarum Foundation mengambil sikap dengan menghentikan sementara Audisi Umum Beasiswa Bulutangkis pada 2020. Kabid Binpres PP PBSI Susy Susanti menyayangkan hal ini bisa terjadi.
Polemik PB Djarum dan KPAI sudah berlangsung lama. PB Djarum dituduh melanggar oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia yang menilai adanya unsur eksploitasi anak dan mendesak Djarum Foundation menghentikan penggunaan anak sebagai promosi brand image dalam kegiatan audisi tersebut.
Pro dan kontra terus berseliweran hingga saat ini. Ada yang mendukung langkah KPAI, tapi di sisi lain ada juga yang menyayangkan sikap PB Djarum yang menghentikan Audisi Umum Beasiswa Bulutangkis pada tahun depan. Padahal 50% lebih penghuni pelatnas merupakan jebolan dari PB Djarum. (Baca juga: Sekjen PBSI: 50% Pemain Pelatnas Jebolan PB Djarum )
Susy memertanyakan mengapa KPAI baru mengambil sikap sekarang. Sebab, PB Djarum telah terbentuk sejak 50 tahun lalu. "Pastinya pembinaan itu harus berkesinambungan, dan salah satu penyumbang atlet ke Pelatnas itu PB Djarum. Sebenarnya PB Djarum ini terbentuk sejak 50 tahun lalu, kenapa baru sekarang dipertanyakan?," tegas Susy dikutip dari PB Djarum, Senin (9/9/2019).
"Saya sendiri dulu pernah ikut audisi untuk bisa masuk PB Djarum di Semarang, walaupun akhirnya orang tua saya memutuskan untuk saya berlatih di Jakarta saja. Tetapi saya tahu betul jika ajang pencarian bakat bulu tangkis ini sangat berarti sekali. Mungkin banyak orang tua dari kalangan kurang mampu, dan dengan audisi umum disetiap daerah Indonesia ini sangat membuka harapan mereka, agar bisa menyalurkan potensi anak-anaknya menjadi atlet tanpa harus ke Pulau Jawa yang memang pusatnya klub-klub besar. Dan yang pasti tanpa adanya pembinaan seperti ini saya rasa mungkin PBSI kehilangan satu cara mendapatkan bibit unggul, yang nantinya bisa mengharumkan nama Indonesia," papar Susy.
Lebih lanjut, Susy memberikan salah satu contoh buruk bagi PBSI jika audisi umum dihentikan. Dikatakannya, jika PBSI mendapatkan titipan dari Komite Olimpiade Indonesia (KOI) bahwa kita harus menyiapkan atlet untuk berlaga Youth Olympic Games (YOG), yang merupakan ajang kompetisi olahraga level dunia, yang diikuti oleh anak-anak berusia 14-18 tahun.
"Salah satu contoh, saat ini saya mendapatkan titipan dari Komite Olimpiade Indonesia (KOI) bahwa kita harus menyiapkan atlet untuk berlaga si Youth Olympic Games dua tahun kedepan. Jika tidak ada audisi umum seperti ini, tentunya sangat disayangkan sekali, dan saya keberatan kalau harus dihentikan, karena kita mendapatkan bibit-bibit unggul yang bisa membanggakan Tanah Air salah satunya lewat ajang ini. Kita dari PBSI akan terkena imbasnya juga," imbuh Susy.
Polemik PB Djarum dan KPAI sudah berlangsung lama. PB Djarum dituduh melanggar oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia yang menilai adanya unsur eksploitasi anak dan mendesak Djarum Foundation menghentikan penggunaan anak sebagai promosi brand image dalam kegiatan audisi tersebut.
Pro dan kontra terus berseliweran hingga saat ini. Ada yang mendukung langkah KPAI, tapi di sisi lain ada juga yang menyayangkan sikap PB Djarum yang menghentikan Audisi Umum Beasiswa Bulutangkis pada tahun depan. Padahal 50% lebih penghuni pelatnas merupakan jebolan dari PB Djarum. (Baca juga: Sekjen PBSI: 50% Pemain Pelatnas Jebolan PB Djarum )
Susy memertanyakan mengapa KPAI baru mengambil sikap sekarang. Sebab, PB Djarum telah terbentuk sejak 50 tahun lalu. "Pastinya pembinaan itu harus berkesinambungan, dan salah satu penyumbang atlet ke Pelatnas itu PB Djarum. Sebenarnya PB Djarum ini terbentuk sejak 50 tahun lalu, kenapa baru sekarang dipertanyakan?," tegas Susy dikutip dari PB Djarum, Senin (9/9/2019).
"Saya sendiri dulu pernah ikut audisi untuk bisa masuk PB Djarum di Semarang, walaupun akhirnya orang tua saya memutuskan untuk saya berlatih di Jakarta saja. Tetapi saya tahu betul jika ajang pencarian bakat bulu tangkis ini sangat berarti sekali. Mungkin banyak orang tua dari kalangan kurang mampu, dan dengan audisi umum disetiap daerah Indonesia ini sangat membuka harapan mereka, agar bisa menyalurkan potensi anak-anaknya menjadi atlet tanpa harus ke Pulau Jawa yang memang pusatnya klub-klub besar. Dan yang pasti tanpa adanya pembinaan seperti ini saya rasa mungkin PBSI kehilangan satu cara mendapatkan bibit unggul, yang nantinya bisa mengharumkan nama Indonesia," papar Susy.
Lebih lanjut, Susy memberikan salah satu contoh buruk bagi PBSI jika audisi umum dihentikan. Dikatakannya, jika PBSI mendapatkan titipan dari Komite Olimpiade Indonesia (KOI) bahwa kita harus menyiapkan atlet untuk berlaga Youth Olympic Games (YOG), yang merupakan ajang kompetisi olahraga level dunia, yang diikuti oleh anak-anak berusia 14-18 tahun.
"Salah satu contoh, saat ini saya mendapatkan titipan dari Komite Olimpiade Indonesia (KOI) bahwa kita harus menyiapkan atlet untuk berlaga si Youth Olympic Games dua tahun kedepan. Jika tidak ada audisi umum seperti ini, tentunya sangat disayangkan sekali, dan saya keberatan kalau harus dihentikan, karena kita mendapatkan bibit-bibit unggul yang bisa membanggakan Tanah Air salah satunya lewat ajang ini. Kita dari PBSI akan terkena imbasnya juga," imbuh Susy.
(sha)