Ambil Alih Persis Solo, Erick Thohir Tertarik Sejarah Laskar Sambernyawa
A
A
A
SOLO - Pengusaha Erick Thohir serius mengambil alih kepemilikan klub Persis Solo. Langkah konkret dilakukan dengan mengecek langsung Stadion Manahan yang akan menjadi homebase. Dia juga melakukan pertemuan dengan Walikota FX Hadi Rudyatmo (Rudy) dan perwakilan suporter.
Erick Thohir sangat tertarik menjadi bos Persis Solo diantaranya karena sejarah yang dimiliki. Laskar Sambernyawa, julukan Persis Solo yang berdiri tahun 1923 pernah tujuh kali juara kompetisi sepak bola. “Dari catatan yang saya dapat, tahun 1935, 1936, 1939, 1940, 1941, 1942, 1943. Sangat menarik karena prestasi diraih sebelum merdeka,” kata Erick Thohir di Solo, Sabtu (21/9/2019).
Sehingga hal itu sangat penting karena Persis memiliki sejarah yang luar biasa. Sebagai insan olahraga, tentunya ingin bermimpi Persis Solo kembali tampil sebagai jawara setelah era kemerdekaan. Dalam menjalankan perjalanan menuju titik juara, perlu proses dan tidak serta merta langsung bisa jadi juara.
Diantaranya perlu fokus, perjuangan, pembangunan. “Semua itu harus memiliki prinsip dasar yang sama,” ungkapnya. Pengalaman memimpin klub sebesar Inter Milan (Italia), DC United (Amerika Serikat), dan Oxford United (Inggris) menjadi modal pengalaman yang sangat penting. “Sebenarnya kata kata pemilik itu hanya sebuah titipan,” urainya.
Ketika diberi kepercayaan dari pemangku kepentingan, jika berbicara sepakbola maka kepentingan tertinggi salah satunya masyarakat kota tersebut dan suporter. Sehingga ekosistem di dalam klub sepakbola harus berjalan baik. “Dalam dunia olahraga, sangat penting sekali dikelola profesional dan transparan,” tegasnya.
Erick Thohir menilai salah satu kegagalan dalam dunia sepakbola Indonesia adalah manajemen yang selalu terjebak dalam pola pikir kepentingan dan ego sentris pribadi atau kelompok. Dirinya menawarkan beberapa langkah dalam pengelola Persis Solo. Diantaranya kerjasama dengan pemangku kepentingan, manajemen klub yang profesional, pengelolaan tim sepakbola, infrastruktur, dan stabilitas keuangan.
Erick menegaskan kerjasama dengan pemerintah daerah harus memiliki win win solution dan saling menguntungkan dalam berbagai aspek. Membuat program yang mengapresiasi suporter sangat penting untuk meningkatkan loyalitas. Tak ketinggalan, harus memberikan konstribusi terhadap masyarakat lokal. Klub juga harus memiliki target jangka pendek dan jangka panjang.
Terkait persoalan internal di dalam tubuh Persis Solo, Erick Thohir mengaku memilih menunggu proses penyelesaian. “Hadir di sebuah tempat tatakrama harus dijalankan, ini bagian dari kebudayaan kita,” tandas Erick.
Dia menegaskan dalam mengelola klub sepakbola memerlukan proses. “Dalam sepak bola yang yang cepat berhasil tetapi juga cepat turunnya,” ucap Erick. Klub di Indonesia diakui diantaranya ada yang jor joran. Namun setelah naik, kemudian hilang lagi. Klub semestinya dibangun secara manajemen dan bukan sekedar mengandalkan figur.
Klub yang memiliki sistem fundamental yang kuat, maka klub itu akan lebih konsisten. “Momentum itu ada di Persis Solo dengan adanya stadion baru,” imbuhnya. Erick enggan mengobral janji yang tak pasti. Namun jika memegang kepercayaan maka akan mengelola secara profesional.
Erick merasa tergelitik ketika melihat potensi namun tidak bisa dimaksimalkan. Dirinya melihat Kota Solo memiliki sejarah yang luar biasa untuk Republik Indonesia. Pertumbuhan ekonomi membaik, pariwasata meningkat, dan Stadion Manahan yang dibangun bagus. Jika Stadion Manahan nantinya terpilih menjadi salah satu tempat penyelenggaraan Piala Dunia U-20, sangat disayangkan jika tidak memiliki klub sepakbola.
Walikota Solo FX Hadi Rudyatmo (Rudy) mengaku pertemuan dengan Erick Thohir terkait menjadi investor Persis Solo. Dirinya juga telah memberikan pemaparan terkait kesebelasan kebangsaan warga Solo ini. “Saya tunjukkan dokumen dokumen serta paparan terkait Persis Solo,” terang Rudy.
Erick Thohir sangat tertarik menjadi bos Persis Solo diantaranya karena sejarah yang dimiliki. Laskar Sambernyawa, julukan Persis Solo yang berdiri tahun 1923 pernah tujuh kali juara kompetisi sepak bola. “Dari catatan yang saya dapat, tahun 1935, 1936, 1939, 1940, 1941, 1942, 1943. Sangat menarik karena prestasi diraih sebelum merdeka,” kata Erick Thohir di Solo, Sabtu (21/9/2019).
Sehingga hal itu sangat penting karena Persis memiliki sejarah yang luar biasa. Sebagai insan olahraga, tentunya ingin bermimpi Persis Solo kembali tampil sebagai jawara setelah era kemerdekaan. Dalam menjalankan perjalanan menuju titik juara, perlu proses dan tidak serta merta langsung bisa jadi juara.
Diantaranya perlu fokus, perjuangan, pembangunan. “Semua itu harus memiliki prinsip dasar yang sama,” ungkapnya. Pengalaman memimpin klub sebesar Inter Milan (Italia), DC United (Amerika Serikat), dan Oxford United (Inggris) menjadi modal pengalaman yang sangat penting. “Sebenarnya kata kata pemilik itu hanya sebuah titipan,” urainya.
Ketika diberi kepercayaan dari pemangku kepentingan, jika berbicara sepakbola maka kepentingan tertinggi salah satunya masyarakat kota tersebut dan suporter. Sehingga ekosistem di dalam klub sepakbola harus berjalan baik. “Dalam dunia olahraga, sangat penting sekali dikelola profesional dan transparan,” tegasnya.
Erick Thohir menilai salah satu kegagalan dalam dunia sepakbola Indonesia adalah manajemen yang selalu terjebak dalam pola pikir kepentingan dan ego sentris pribadi atau kelompok. Dirinya menawarkan beberapa langkah dalam pengelola Persis Solo. Diantaranya kerjasama dengan pemangku kepentingan, manajemen klub yang profesional, pengelolaan tim sepakbola, infrastruktur, dan stabilitas keuangan.
Erick menegaskan kerjasama dengan pemerintah daerah harus memiliki win win solution dan saling menguntungkan dalam berbagai aspek. Membuat program yang mengapresiasi suporter sangat penting untuk meningkatkan loyalitas. Tak ketinggalan, harus memberikan konstribusi terhadap masyarakat lokal. Klub juga harus memiliki target jangka pendek dan jangka panjang.
Terkait persoalan internal di dalam tubuh Persis Solo, Erick Thohir mengaku memilih menunggu proses penyelesaian. “Hadir di sebuah tempat tatakrama harus dijalankan, ini bagian dari kebudayaan kita,” tandas Erick.
Dia menegaskan dalam mengelola klub sepakbola memerlukan proses. “Dalam sepak bola yang yang cepat berhasil tetapi juga cepat turunnya,” ucap Erick. Klub di Indonesia diakui diantaranya ada yang jor joran. Namun setelah naik, kemudian hilang lagi. Klub semestinya dibangun secara manajemen dan bukan sekedar mengandalkan figur.
Klub yang memiliki sistem fundamental yang kuat, maka klub itu akan lebih konsisten. “Momentum itu ada di Persis Solo dengan adanya stadion baru,” imbuhnya. Erick enggan mengobral janji yang tak pasti. Namun jika memegang kepercayaan maka akan mengelola secara profesional.
Erick merasa tergelitik ketika melihat potensi namun tidak bisa dimaksimalkan. Dirinya melihat Kota Solo memiliki sejarah yang luar biasa untuk Republik Indonesia. Pertumbuhan ekonomi membaik, pariwasata meningkat, dan Stadion Manahan yang dibangun bagus. Jika Stadion Manahan nantinya terpilih menjadi salah satu tempat penyelenggaraan Piala Dunia U-20, sangat disayangkan jika tidak memiliki klub sepakbola.
Walikota Solo FX Hadi Rudyatmo (Rudy) mengaku pertemuan dengan Erick Thohir terkait menjadi investor Persis Solo. Dirinya juga telah memberikan pemaparan terkait kesebelasan kebangsaan warga Solo ini. “Saya tunjukkan dokumen dokumen serta paparan terkait Persis Solo,” terang Rudy.
(sha)