Sosok Ciputra di Mata Susy Susanti dan Pebulu Tangkis Indonesia
A
A
A
JAKARTA - Meninggalnya pendiri klub bulu tangkis ternama PB Jaya Raya, Dr. Ir. Ciputra meninggalkan duka mendalam bagi para pemain dan mantan pemain Nasional. Dedikasi mendiang Ciputra terhadap PB Jaya Raya menghasilkan para juara di tingkat dunia.
Salah satu puncak prestasi tertinggi yang berhasil diukir adalah medali emas olimpiade yang dipersembahkan Susy Susanti di Barcelona, Spanyol pada tahun 1992, Candra Wijaya/Tony Gunawan di Sydney, Australia tahun 2000, serta Hendra/Kido pada tahun 2008 di Beijing, Tiongkok.
"Buat saya beliau tidak hanya sebagai founder klub Jaya Raya, tapi juga sebagai ayah yang sangat perhatian terhadap anak-anak asuhnya, khususnya saya yang dari kecil dibesarkan di klub Jaya Raya," ujar Susy soal sosok Ciputra.
"Jasa-jasa beliau luar biasa sekali untuk bulu tangkis. Mulai dari memberi perhatian, nasihat dan dukungan dana yang terus menerus dalam membina atlet-atlet muda. Beliau terus ingin menciptakan juara-juara baru untuk mengharumkan nama Indonesia," tambah Susy yang merupakan Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI.
Susy pun sejenak mengenang kebersamaannya dengan Ciputra yang tak pernah berhenti menjadi salah satu pendukung terbesar dalam karier bulu tangkisnya. Ciputra bakan sering hadir langsung untuk menonton Susy bertanding.
"Saat saya mengawali perjuangan saya sebagai atlet untuk mencapai prestasi dunia, beliau sering hadir menonton saya bertanding, dan memberikan dukungan semangat dari saat saya masih junior sampai saya mendapat gelar juara dunia," tutur Susy seperti dikutip dari Badmintonindonesia.org.
"Beliau menganggap saya bukan hanya sebagai atlet asuhannya, tapi seperti anak sendiri. Saat saya menikah pun, nama beliau tercantum sebagai orangtua yang ikut mengundang dalam kartu undangan kami," sebut Susy.
Dedikasi dan perhatian Ciputra terus berlanjut meskipun ia telah menginjak usia senja. Kebiasaan-kebiasaannya dalam memberikan motivasi langsung kepada para atletnya sebelum bertanding, masih terus ia lanjutkan. Bahkan beberapa waktu belakangan saat kondisi kesehatannya menurun, Ciputra tetap memberikan semangat dan motivasi kepada atlet melalui asistennya.
"Memang kadang beliau kasih arahan ke kami, bahkan hal lain selain bulu tangkis. Beliau suka telepon langsung dan kirim pesan motivasi atau apa saja yang lagi ada di benaknya. Walau dalam keadaan sakit, dalam dua tahun belakangan, tetap kirim semangat lewat asisten beliau," ujar Greysia, peraih medali emas ganda putri Asian Games Incheon 2014 bersama Nitya Krishinda Maheswari.
Greysia juga menuturkan bahwa ia dan para atlet merasa sangat kehilangan sosok Ciputra yang menjadi panutan dan teladan di PB Jaya Raya. Meskipun telah tiada, namun semangat dan kerja keras yang dicontohkan Ciputra akan selalu menjadi motivasi dalam diri mereka dalam mengukir prestasi untuk Indonesia.
Salah satu puncak prestasi tertinggi yang berhasil diukir adalah medali emas olimpiade yang dipersembahkan Susy Susanti di Barcelona, Spanyol pada tahun 1992, Candra Wijaya/Tony Gunawan di Sydney, Australia tahun 2000, serta Hendra/Kido pada tahun 2008 di Beijing, Tiongkok.
"Buat saya beliau tidak hanya sebagai founder klub Jaya Raya, tapi juga sebagai ayah yang sangat perhatian terhadap anak-anak asuhnya, khususnya saya yang dari kecil dibesarkan di klub Jaya Raya," ujar Susy soal sosok Ciputra.
"Jasa-jasa beliau luar biasa sekali untuk bulu tangkis. Mulai dari memberi perhatian, nasihat dan dukungan dana yang terus menerus dalam membina atlet-atlet muda. Beliau terus ingin menciptakan juara-juara baru untuk mengharumkan nama Indonesia," tambah Susy yang merupakan Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI.
Susy pun sejenak mengenang kebersamaannya dengan Ciputra yang tak pernah berhenti menjadi salah satu pendukung terbesar dalam karier bulu tangkisnya. Ciputra bakan sering hadir langsung untuk menonton Susy bertanding.
"Saat saya mengawali perjuangan saya sebagai atlet untuk mencapai prestasi dunia, beliau sering hadir menonton saya bertanding, dan memberikan dukungan semangat dari saat saya masih junior sampai saya mendapat gelar juara dunia," tutur Susy seperti dikutip dari Badmintonindonesia.org.
"Beliau menganggap saya bukan hanya sebagai atlet asuhannya, tapi seperti anak sendiri. Saat saya menikah pun, nama beliau tercantum sebagai orangtua yang ikut mengundang dalam kartu undangan kami," sebut Susy.
Dedikasi dan perhatian Ciputra terus berlanjut meskipun ia telah menginjak usia senja. Kebiasaan-kebiasaannya dalam memberikan motivasi langsung kepada para atletnya sebelum bertanding, masih terus ia lanjutkan. Bahkan beberapa waktu belakangan saat kondisi kesehatannya menurun, Ciputra tetap memberikan semangat dan motivasi kepada atlet melalui asistennya.
"Memang kadang beliau kasih arahan ke kami, bahkan hal lain selain bulu tangkis. Beliau suka telepon langsung dan kirim pesan motivasi atau apa saja yang lagi ada di benaknya. Walau dalam keadaan sakit, dalam dua tahun belakangan, tetap kirim semangat lewat asisten beliau," ujar Greysia, peraih medali emas ganda putri Asian Games Incheon 2014 bersama Nitya Krishinda Maheswari.
Greysia juga menuturkan bahwa ia dan para atlet merasa sangat kehilangan sosok Ciputra yang menjadi panutan dan teladan di PB Jaya Raya. Meskipun telah tiada, namun semangat dan kerja keras yang dicontohkan Ciputra akan selalu menjadi motivasi dalam diri mereka dalam mengukir prestasi untuk Indonesia.
(aww)