Menguji Konsistensi Inter Milan di Serie A

Jum'at, 21 Februari 2020 - 05:05 WIB
Menguji Konsistensi Inter Milan di Serie A
Menguji Konsistensi Inter Milan di Serie A
A A A
MILAN - Konsistensi dari Inter Milan adalah inkonsistensi itu sendiri. Lihat saja bagaimana perjalanan mereka sepanjang musim ini. Dari menjadi kandidat penantang kuat gelar, sekarang sudah tertinggal tiga angka dari pemuncak klasemen sementara, Juventus.

Padahal, Inter sempat berada di puncak klasemen dengan keunggulan aggregate gol, kini justru terperosok ke peringkat tiga. Bukan lagi di bawah Juventus, Lazio. Fluktuasi Inter karena disebabkan bagaimana mereka tak bisa menjaga konsistensi penampilan.

Saat diragukan, mereka justru bisa mendapatkan kemenangan. Ketika menempati posisi unggulan, pasukan Antonio Conte mendadak lupa caranya menang. Seperti saat mereka tampil luar biasa dengan melakukan come back atas AC Milan.

Setelah menang 3-2 dalam derby della madonnina, Inter kemudian kalah di dua pertandingan terakhir. Kalah 0-1 melawan Napoli di putaran pertama semifinal Coppa Italia, dan menyerah 0-2 menghadapi Lazio dalam perebutan poin di Seri A.

Atau jika ditarik lebih ke belakang I Nerazzurri juga pernah mengalami situasi serupa. Setelah menundukkan Napoli di Seri A, Inter kemudian hanya mendapatkan satu kemenangan dalam pertandingan selanjutnya di semua ajang.

Inilah wajah Inter sesuguhnya. Mereka seperti memiliki banyak wajah di lapangan. Kadang, mereka seperti tim yang tak memiliki energi dan solusi saat mengalami kebuntuan, tapi jika dalam penampilan terbaik, I Nerazzurri adalah ancaman.

“Temponya terlalu lambat di babak pertama dan kami beradaptasi dengan cara lawan ingin bermain. Kami mengubah intensitas dan ritme setelah istirahat, menggerakkan bola lebih cepat, mencetak dua gol dan menciptakan peluang lain, ” kata Conte dikutip football-italia.

Pernyataan ini disampaikan Conte setelah timnya mendapatkan kemenagnan 2-0 melawan Ludogorets di leg pertama babak 32 besar Liga Europa. Kemenangan Inter ditentukan melalui gol Romelu Lukaku dan Christian Eriksen.

Keluhan tentang intensitas permainan yang tak pernah sama sebenarnya sudah berulang kali disampaikan Conte. Seperti saat timnya dikalahkan Lazio. “Kami memiliki situasi lain musim ini di mana kami telah memimpin dan membuang poin, misalnya juga Barcelona dan Borussia Dortmund, permainan yang kami miliki dan akhirnya kalah,” keluh Conte setelah timnya ditaklukkan Lazio (17/2).

Inkonsistensi inilah yang harus diselesaikan Conte jika ingin mempertahankan peluang mereka dalam perburuan gelar. Tertinggal tiga poin dari Juventus, maka tak ada pilihan mereka harus mendapatkan kemenangan demi kemenangan, sambil berharap Lazio dan Juve tergelincir.

Termasuk pada pertandingan melawan Sampdoria di Giuseppe Meazza, dini hari nanti. “Sekarang kami harus fokus pada pertandingan berikutnya, karena setelah dua kekalahan, kami ingin kembali ke cara kemenangan di SerieA juga," tambah gelandang Inter Matias Vecino.

Sampdoria sebenarnya tidak dalam kondisi bagus. Selain peringkat mereka jauh di bawah Inter, 17 klasemen sementara, tim asuhan Claudio Ranieri ini juga baru sekali menang dalam lima pertandingan terkhir. Bahkan, mereka pekan lalu, mereka digelontor lima gol oleh Fiorentina.

Kekalahan yang membuat kinerja Ranieri disorot. Terutama, terkait taktik mantan pelatih AS Roma tersebut saat melawan Fiorentina, meski dia tak mau disalahkan 100%. “Kami memulai pertandingan dengan baik, gol pertama bunuh diri, dan yang lainnya berasal dari umpan silang dan dua penalti,” kilah Ranieri.
(mir)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9136 seconds (0.1#10.140)