Kisah Perjuangan Pelatih U-19 Spanyol yang Gagal Selamatkan Nyawa Ayahnya

Kamis, 02 April 2020 - 12:14 WIB
Kisah Perjuangan Pelatih U-19 Spanyol yang Gagal Selamatkan Nyawa Ayahnya
Kisah Perjuangan Pelatih U-19 Spanyol yang Gagal Selamatkan Nyawa Ayahnya
A A A
MADRID - Krisis respirator mulai dirasakan masyarakat Spanyol disaat pandemi virus corona. Inilah yang dialami Santi Denia selaku pelatih U-19.

Perjuangan Denia untuk mendapatkan respirator bukan perkara mudah di tengah keadaan darurat kesahatn saat ini. Demi menyelamatkan nyawa ayahnya yang berusia 86 tahun, dia terpaksa meminta tolong kepada teman-temannya yang berada di Albacete dan Madrid.

Namun, situasi di Spanyol membuat Denia tampak tak berdaya. Ayahnya pun dipanggil yang kuasa pada 21 Maret lalu. "Virus ini telah mengambil ayah saya dan banyak orang di sini (Spanyol), Semua warga negara menderita dengan masalah ini. Saya sangat menyesal dan sangat tak berdaya atas semua keadaan yang mengelilingi kematian ayah saya," tutur Denia saat menceritakan kisah perjuangannya mencari kesembuhan untuk ayahnya kepada SER L El Larguero seperti dikutip dari AS Sport, Kamis (2/4/2020).
a
Lebih jauh, Denia menceritakan ayahnya sebenarnya dalam kondisi baik saat mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit di Albacete. Namun usia yang sudah menua membuat virus itu menyebar dengan sangat cepat.

Hingga akhirnya, tim dokter memanggil saudara perempuannya dan memberitahu bahwa kondisi ayahnya semakin memburuk. Dan, keesokkan harinya, ayah Denia meninggal dunia pukul 05.00 (waktu setempat). Setelah dihubungi saudaranya Denia tiba dua jam kemudian di rumah sakit. Dia mencoba memanggil ayahnya, namun ayah tercinta sudah tak lagi memberikan respon.

"Saya mencoba mencari respirator di Albacete untuk ayah saya. Saya pikir itu satu-satunya kemungkinan untuk memberinya kesempatan. Saya bertanya kepada dokter, teman-teman dari Albacete, teman-teman di Madrid, tetapi Spanyol memiliki situasi yang rumit. Saya mencoba membawanya juga ke Madrid, tetapi dokter menyarankan agar tidak dipindahkan. Tidak ada pilihan karena tidak ada respirator di mana pun."

"Tidak ada cara untuk mendapatkan respirator karena kondisi yang tidak memungkinkan. Saya tidak lebih dari siapa pun, saya hanya seoranag warga negara biasa yang ingin mmeberi ayah saya kesempatan hidup. Tapi di hari berikutnya, dokter memanggil saudara perempuanku dan memberi tahu kami bahwa ayah saya telah meninggal sejak pukul 05.00 (waktu setempat). Empat orang pergi ke pemakaman tanpa saling berpelukan," imbuh Denia.
(bbk)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1463 seconds (0.1#10.140)