Wacana Lanjutkan Kompetisi di China Mendapat Respons Negatif dari Klub

Sabtu, 04 April 2020 - 12:11 WIB
Wacana Lanjutkan Kompetisi...
Wacana Lanjutkan Kompetisi di China Mendapat Respons Negatif dari Klub
A A A
LONDON - Otoritas Liga Primer mempertimbangkan segala cara asal kompetisi musim ini digelar. Salah satu wacana yang tergolong ekstrem adalah memilih China sebagai lokasi.

Ide tersebut dicetuskan salah satu klub. Mereka menyarankan mengeksplorasi kelayakan menyelesaikannya di China. Berdasarkan pemeriksaan persebaran Covid-19 dan melihat daerah-daerah mana yang dianggap aman dengan alasan kesehatan untuk melanjutkan sepak bola dan layak dalam hal infrastruktur menggelar Liga Primer.

Gagasan yang terbilang cukup masuk akal mengingat China telah mengambil langkah-langkah positif dan telah berada di jalur pemulihan sejak wabah global pertama Covid-19 di Wuhan pada Desember tahun lalu. Laporan itu mengklaim bahwa gagasan aneh tersebut dipandang akan menghilangkan tekanan terhadap petugas medis di Inggris (NHS) dan membebaskan fasilitas Liga Primer sehingga dapat digunakan layanan darurat dan otoritas lokal untuk menanggulangi pandemi Covid-19.

Namun, wacana ekstrem tersebut mendapatkan respons negatif. Salah satu kepala eksekutif klub mengatakan sangat tidak masuk akal mengusulkan China yang jaraknya 5.000 mil sehingga yakin gagasan tersebut akan ditolak dengan tegas.

“Jika kami mengambil Liga Primer dan memindahkannya ke bagian lain dunia saat ini, kami akan benar-benar dibantai. Seseorang menuduh kami tempo hari berada dalam tempurung. Saya merasa ada benarnya. Saya pikir tidak mungkin ide ke China akan diterima,” ungkap salah satu kepala eksekutif, dilansir Daily Mail.

Direktur klub Liga Primer lainnya dengan tegas mengatakan gagasan tersebut sulit terealisasi mengingat kondisi di dalam negeri sedang genting sehingga lebih baik menunggu hingga kondisi kondusif. "Itu hanya buang-buang energi. Anggap saja kita semua ingin memulai liga dan kehidupan. Sayangnya hanya Tuhan dan pandemi yang dapat membuat keputusan ini dan sepertinya tidak mungkin,“ ujar direktur tersebut. (Baca: Hindari Inflasi, Muncul Ide Liga Primer 2019/2020 Dipindahkan ke China)

Melanjutkan sisa Kompetisi Liga Primer di China merupakan satu dari beberapa opsi yang diajukan beberapa pihak. Sebelumnya terdapat ide memainkan semua 92 pertandingan tersisa secara tertutup dengan setiap pertandingan ditampilkan langsung di televisi.

Menggunakan turnamen gaya Piala Dunia di satu negara di mana klub akan tinggal di hotel dan menyelesaikan pertandingan di balik pintu tertutup di tempat netral. Namun, gagasan ini dipandang tidak praktis. Otoritas sepak bola begitu mati-matian mencari cara mengembalikan musim ke jalurnya dengan masih banyak yang harus dimainkan.

Prosesi gelar Liverpool masih harus diselesaikan, kualifikasi Eropa, degradasi dan promosi harus ditentukan. Proyeksi biaya pendapatan siaran yang hilang ke Liga Primer juga menjadi pertimbangan. Dilaporkan bahwa pengeluaran total akan menjadi 762 juta poundsterling jika pandemi Covid-19 mengakibatkan pembatalan musim 2019/2020. Jumlah besar ini merupakan pelanggaran dalam persyaratan kontrak yang disepakati untuk hak-hak domestik dan internasional.

Meski kecil kemungkinan kompetisi digelar 30 April, Liga Primer dapat mengubahnya menjadi Mei atau memilih mengikuti Spanyol dan Prancis yang telah menutup kompetisi mereka untuk jangka waktu yang tidak terbatas. Mengundur kembali jadwal akan memungkinkan klub-klub Liga Primer punya kesempatan menawarkan stadion dan staf medis mereka ke Layanan Kesehatan Nasional.

Sementara itu, keputusan Chairman Tottenham Hotspur Daniel Levy memotong gaji 550 anggota staf yang tidak bermain sebesar 20% beberapa di antaranya telah dirumahkan. Sementara para pemain tidak dipotong. Keputusan yang begitu kontroversial dan membuat fans marah. Melalui sebuah pernyataannya, perwakilan fans sangat merekomendasikan klub menjelaskan detail terkait keputusan klub memotong gaji staf nonpemain yang mereka anggap sangat keliru.

"Kemarahan ini tidak eksklusif untuk komunitas Tottenham, tapi reputasi klub sebagai bisnis yang kaya dan dikelola dengan baik berarti itu menjadi sorotan. Tidak ada yang menghentikan direktur klub, termasuk ketua, membuat kontribusi pribadi lebih lanjut di atas pemotongan upah 20% staf nonpemain," ujar pernyataan resmi fans Tottenham. (Baca juga: Tak Kebal Virus Corona, Klub Liga Primer Ikut Potong Gaji)

Di lain pihak, PFA terus menasihati para pemain agar menerima pemotongan gaji, meskipun persentasenya belum disetujui. Angka-angka yang diperdebatkan oleh kedua belah pihak berkisar 25 hingga 50%. Tapi, PFA telah menjelaskan bahwa mereka tidak akan menerima pemotongan upah.

Perkembangan hingga Kamis (2/4), para pemain sebenarnya terbuka untuk kritik. Mereka diketahui sangat menyadari peran mereka dalam masyarakat dan 'ingin memainkan peran mereka'. Sumber mengklaim bahwa sekelompok pesepak bola papan atas sedang mendiskusikan rencana rahasia untuk membuat sumbangan pribadi mereka sendiri untuk membantu dalam perang melawan Covid-19.

Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock meminta para pemain 'mengambil potongan gaji dan memainkan peran mereka. Karenanya, meski menolak tunduk pada tekanan publik untuk pemotongan gaji, Ketua PFA Gordon Taylor juga menuduh klub yang memotong gaji staf nonpemain telah mengecewakan masyarakat dan dianggap melindungi kekayaan pemegang saham mereka.

“Para pemain yang kami ajak bicara mengakui bahwa staf yang tidak bermain adalah bagian penting dari klub mereka dan mereka tidak ingin melihat staf klub cuti dengan tidak adil. Setiap penggunaan skema dukungan pemerintah tanpa kebutuhan keuangan asli akan merugikan masyarakat luas,” ujar Taylor. (Alimansyah)
(ysw)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1059 seconds (0.1#10.140)