Ketum KONI beri solusi konflik PSSI
A
A
A
Sindonews.com - Ketua Umum (Ketum) KONI Pusat Tono Suratman menyiapkan tiga solusi untuk menyelesaikan konflik PSSI. Solusi diambil setelah melakukan komunikasi dengan PSSI dan Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI).
Dari kubu KPSI, Tono mengaku memulai pertemuan dengan beberapa pentolan KPSI seperti Harbiansyah Hanafiah, Hinca Pandjaitan, dan Sahrir Taher. Sedangkan di kubu PSSI, Tono bertemu langsung dengan kepengurusan Djohar Arifin Husin dan seluruh jajarannya.
Tidak hanya sampai sebatas itu usaha KONI untuk menyelesaikan konflik PSSI. Langkah lebih tinggi pun dilakukan Tono, seperti bertemu dengan Aburizal Bakrie dan Nirwan Dermawan Bakrie.
Tono akhirnya bisa membuat Nirwan dan Djohar duduk bersama dalam mencari solusi. Kedua pihak dipertemukan di restoran Bima Sena, Jakarta, 1 Februari yang lalu. Pertemuan sendiri dimulai sekitar pukul 22.30 sampai pukul 01.00 dini hari. Dan menurut Tono, masing-masing pihak menyambut positif pertemuan yang terjadi.
’’Pak Djohar tanggapi pertemuan itu dengan positif, sementara pak Nirwan pun juga begitu. Dan sampai saat ini, kami masih menunggu tindak lanjut dari pertemuan tersebut dalam satu minggu kedepan. Semoga ada jalan terbaik," ungkap Tono, dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) antara Komisi X DPR RI, Menpora, KONI, KOI, dan Satlak Prima, di Gedung MPR/ DPR, Jakarta, Selasa malam.
’’Saya tambahkan di saat itu diskusi berjalan dengan baik. Saya juga sampaikan di sana, jika olahraga sepak bola bukanlah milik dua kelompok. Sepak bola milik seluruh masyarakat Indonesia. Dan saya tegaskan, untuk tidak perlu ada Kongres Luar Biasa (KLB), karena masalah ini bisa diselesaikan dengan baik-baik," sambung mantan ketua Satuan Pelaksana Indonesia Emas (Satlak Prima) tersebut.
Walau pertemuan-pertemuan tersebut belum melahirkan keputusan final, ada beberapa garis besar yang coba diambil KONI. Ketiga solusi yang coba disiapkan KONI adalah, kedua liga yaitu Indonesia Premier League (IPL) dan Indonesia Super League (ISL) dijadikan satu dengan memakai peraturan dari PSSI.
Sementara dua solusi lainnya, dicari liga terbaik dan liga terbaik itulah yang dipakai seterusnya. Sedangkan solusi ketiga, jika terjadi Kongres Tahunan 18 Maret mendatang, para pemilik suara yang berhak menentukan suaranya adalah pengurus-pengurus yang mempunyai suara dalam Kongres Luar Biasa (KLB) di Solo. Di mana saat itu, Djohar terpilih mengantikan Nurdin Halid sebagai ketum PSSI.
"Memang awal mula dari pergerakan ini, kami diminta pak Menteri untuk melakukan mediasi menyelesaikan masalah PSSI. Saya coba kumpulkan data dari kedua belah pihak. Dan dari pertemuan tersebut, saya coba cari kesimpulan pertemuan untuk dijadikan solusi," terang Tono.
Usaha yang tengah dilakukan pemerintah dan KONI, didesak Komisi X DPR RI harus segera terselesaikan. Djamal Aziz, salah satu anggota Komisi X DPR RI menekankan, jika jangan proses penyelesaian berlarut-larut.
Dan jika itu yang terjadi semua akan terasa sia-sia, jika FIFA sebagai badan sepak bola dunia malah menjatuhkan hukuman untuk sepak bola Indonesia.
"Ingat, FIFA meminta PSSI untuk selesaikan masalah ini secepat mungkin. Untuk itu, tidak ada waktu lagi untuk menunggu terlalu lama. Jangan sampai usaha ini malah jadi sia-sia, jika hukuman itu sudah diberikan FIFA," tandas Djamal.
Dari kubu KPSI, Tono mengaku memulai pertemuan dengan beberapa pentolan KPSI seperti Harbiansyah Hanafiah, Hinca Pandjaitan, dan Sahrir Taher. Sedangkan di kubu PSSI, Tono bertemu langsung dengan kepengurusan Djohar Arifin Husin dan seluruh jajarannya.
Tidak hanya sampai sebatas itu usaha KONI untuk menyelesaikan konflik PSSI. Langkah lebih tinggi pun dilakukan Tono, seperti bertemu dengan Aburizal Bakrie dan Nirwan Dermawan Bakrie.
Tono akhirnya bisa membuat Nirwan dan Djohar duduk bersama dalam mencari solusi. Kedua pihak dipertemukan di restoran Bima Sena, Jakarta, 1 Februari yang lalu. Pertemuan sendiri dimulai sekitar pukul 22.30 sampai pukul 01.00 dini hari. Dan menurut Tono, masing-masing pihak menyambut positif pertemuan yang terjadi.
’’Pak Djohar tanggapi pertemuan itu dengan positif, sementara pak Nirwan pun juga begitu. Dan sampai saat ini, kami masih menunggu tindak lanjut dari pertemuan tersebut dalam satu minggu kedepan. Semoga ada jalan terbaik," ungkap Tono, dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) antara Komisi X DPR RI, Menpora, KONI, KOI, dan Satlak Prima, di Gedung MPR/ DPR, Jakarta, Selasa malam.
’’Saya tambahkan di saat itu diskusi berjalan dengan baik. Saya juga sampaikan di sana, jika olahraga sepak bola bukanlah milik dua kelompok. Sepak bola milik seluruh masyarakat Indonesia. Dan saya tegaskan, untuk tidak perlu ada Kongres Luar Biasa (KLB), karena masalah ini bisa diselesaikan dengan baik-baik," sambung mantan ketua Satuan Pelaksana Indonesia Emas (Satlak Prima) tersebut.
Walau pertemuan-pertemuan tersebut belum melahirkan keputusan final, ada beberapa garis besar yang coba diambil KONI. Ketiga solusi yang coba disiapkan KONI adalah, kedua liga yaitu Indonesia Premier League (IPL) dan Indonesia Super League (ISL) dijadikan satu dengan memakai peraturan dari PSSI.
Sementara dua solusi lainnya, dicari liga terbaik dan liga terbaik itulah yang dipakai seterusnya. Sedangkan solusi ketiga, jika terjadi Kongres Tahunan 18 Maret mendatang, para pemilik suara yang berhak menentukan suaranya adalah pengurus-pengurus yang mempunyai suara dalam Kongres Luar Biasa (KLB) di Solo. Di mana saat itu, Djohar terpilih mengantikan Nurdin Halid sebagai ketum PSSI.
"Memang awal mula dari pergerakan ini, kami diminta pak Menteri untuk melakukan mediasi menyelesaikan masalah PSSI. Saya coba kumpulkan data dari kedua belah pihak. Dan dari pertemuan tersebut, saya coba cari kesimpulan pertemuan untuk dijadikan solusi," terang Tono.
Usaha yang tengah dilakukan pemerintah dan KONI, didesak Komisi X DPR RI harus segera terselesaikan. Djamal Aziz, salah satu anggota Komisi X DPR RI menekankan, jika jangan proses penyelesaian berlarut-larut.
Dan jika itu yang terjadi semua akan terasa sia-sia, jika FIFA sebagai badan sepak bola dunia malah menjatuhkan hukuman untuk sepak bola Indonesia.
"Ingat, FIFA meminta PSSI untuk selesaikan masalah ini secepat mungkin. Untuk itu, tidak ada waktu lagi untuk menunggu terlalu lama. Jangan sampai usaha ini malah jadi sia-sia, jika hukuman itu sudah diberikan FIFA," tandas Djamal.
()