Akhiri konflik PSSI, Menpora bentuk BAORI dan BAKI

Kamis, 09 Februari 2012 - 03:00 WIB
Akhiri konflik PSSI,...
Akhiri konflik PSSI, Menpora bentuk BAORI dan BAKI
A A A
Sindonews.com - Selain mengutus KONI Pusat, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Andi Mallarangeng menyiapkan dua badan peradilan olahraga Indonesia untuk menyelesaikan konflik PSSI. Yakni, Badan Arbitrase Olahraga Indonesia (BAORI) dan Badan Arbitrase Keolahragaan Indonesia (BAKI).

Kedua badan peradilan itu diharapkan mampu membantu menyelesaikan konflik yang belum berujung tersebut. Kedua badan peradilan itu akan mencari data dan meluruskan perbedaan persepsi kubu PSSI dengan Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI)

Andi mencontohkan, BAORI dan BAKI akan menganalisis isi Kongres Tahunan di Bali. Karena menurut politisi dari partai Demokrat itu, baik PSSI dan KPSI memiliki persepsi yang berbeda menanggapi hasil Kongres tahunan tesebut. Menurut KPSI, semua putusan Kongres Tahunan Bali, harus dijalankan. Sedangkan kubu PSSI, berkeyakinan sebaliknya.

’’Kami memang sudah utus KONI untuk selesaikan masalah ini, tapi juga terus berusaha dengan cara-cara lain. Kami berusaha selesaikan ini dengan membentuk BAORI dan BAKI. Kedua badan ini yang akan menyelesaikan perbedaan pemahaman. Seperti perbedaan penafsiran dari hasil Kongres Tahunan Bali," ungkap Andi, dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) antara Komisi X DPR RI, Menpora, KONI, KOI, Gedung MPR/ DPR, Jakarta, Selasa malam.

Selain membentuk BAORI dan BAKI, usaha-usaha rekonsiliasi terus diupayakan Menpora. Untuk menyelesaikan masalah dualisme kompetisi, konflik antar stake holder sepak bola Indonesia, Menpora meminta kedua belah kubu yang berseteru bisa sama-sama mencari solusi paling tepat dan tentu baik untuk semua pihak.

Menpora menegaskan, alangkah baiknya jika PSSI mengakui PT Liga Indonesia (PT Liga) sebagai penyelenggara Indonesia Super League (ISL). Sementara itu juga, PT Liga harus bisa mengakui PSSI sebagai federasi tertinggi sepak bola Tanah Air. Dengan adanya persatuan misi tersebut, tidak lagi ada yang dikorbankan.

Adanya konflik dualisme kompetisi antara ISL dan Indonesia Premier League (IPL), yang jadi korban adalah pemain. Saat ini, PSSI melarang pemain-pemain yang bermain di ISL membela tim nasional (timnas) Indonesia. Tentu hal itu menyakiti para pemain sendiri, untuk itulah Menpora berusaha mencari jalan keluar yang juga menguntungkan kedua belah pihak.

’’PSSI harus akui PT Liga, dan PT Liga pun harus akui PSSI. Dua kompetisi tidak ada masalah jalan beriringan, tapi nanti diakhir musim diadu dua-duanya. Tentu itu akan jadi tontonan yang menarik. Dengan adanya kesepakatan-kesepakatan seperti ini, pemain pun tidak lagi jadi korban. Kami tidak ingin ada yang menghalang-halangi hak seluruh masyarakat Indonesia," papar Andi.

Dan yang paling utama menurut Menpora, dalam Kongres Tahunan PSSI di Sentul, Bogor, Jawa Barat, 18 Maret mendatang, sudah bisa menyelesaikan semua konflik yang terjadi selama ini. Tapi tetap, Menpora meminta apa yang akan dijalankan pada kongres nanti harus sesuai dengan statuta PSSI dan FIFA pastinya.

"Kami dari pemerintah ingin terus mendorong dibukanya jalur komunikasi. Kami pun berharap kongres PSSI pada bulan Maret mendatang, masalah ini sudah selesai. Dan kembali kita fikirkan bagaimana mengangkat sepak bola Indonesia kembali berprestasi," tandas Andi.
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0403 seconds (0.1#10.140)