Voli Jabar terjerembab di titik nadir
A
A
A
Sindonews.com - Ketua Harian Pengprov PBVSI Jawa Barat Dadi Saridiji mengkritik perhatian dunia usaha di Jabar terhadap perkembangan olahraga bola voli di Tanah Pasundan.
Meski kaya dan kerap melahirkan pemain potensial, namun geliat dunia bola voli Jabar seolah redup sejak kesuksesan Bandung Art Deco menjuarai kompetisi bola voli paling bergengsi, Proliga 2002. Sejak itu, baik di sektor putra maupun putri, Jabar berada di bawah bayang-bayang daerah lain seperti Jatim, Yogyakarta dan Jakarta.
Contoh terakhir bisa dilihat dari penyelenggaraan kompetisi Proliga musim 2012. Untuk kali kesekian Jabar tak memiliki wakil di sektor putra. Para pemain bola voli putra hasil jebolan beberapa klub bola voli di Jabar, justru malah bermain di klub luar Jabar. Pasalnya, sejumlah klub termasuk Bandung Tectona yang selama ini jadi wakil Jabar di Proliga kesulitan anggaran.
’’Persoalaan utamanya harus diakui memang terletak di anggaran. Bukannya kami tidak mau berusaha tapi sampai saat ini memang belum ada pihak swasta atau perusahaan yang mau peduli terhadap kiprah para klub bola voli Jabar khususnya di sektor putra,” terang Dadi yang juga menjabat sebagai ketua umum Bandung Tectona.
Kondisi ini cukup disayangkan Dadi. Fakta di lapangan menunjukan bola voli Jabar seolah perlahan terus menukik ke titik nadir. Para pemain binaan Jabar pun lebih banyak hijrah dan bermain di sejumlah klub yang cukup eksis berlaga di Proliga.
Padahal menurut Dadi, seandainya Jabar memiliki wakil baik di sektor putra maupun putri pada turnamen Proliga hal itu bisa dijadikan barometer jika proses pembinaan bola voli di Jabar tak pernah berhenti.
’’Untuk tampil di even sebesar Proliga memang butuh anggaran yang tidak sedikit. Karena itu, disinilah pentingnya peran sponsor,” papar Dadi.
Pada even Proliga 2012, Jabar hanya diwakili satu tim yakni Indramayu Alko. Itupun setelah klub yang bermarkas di Kota Bandung itu, mendapatkan bantuan sponsor dari Kabupaten Indramayu. ’’Mudah-mudahan kiprah Alko bisa mengembalikan nama besar Jabar seperti dulu,” ujar Dadi.
Pada Proliga 2012, Alko akan bersaing dengan Jakarta Electric PLN, Jakarta Popsivo Polwan, Gresik Petrokimia, Jakarta TNI AU, Jakarta BNI ’46, dan Bontang LNG Badak. Sedangkan di sektor putra klub-klub Ibu Kota masih cukup mendominasi.
Total ada delapan tim yang berlaga di sektor putra di antaranya Palembang Bank Sumsel Babel, Jakarta Sananta, Surabaya Samator, Jakarta Electric PLN, Semarang Bank Jateng, Jogya Yuso Gunadarma, Jakarta BNI ’46, Jakarta Pertamina.
Meski kaya dan kerap melahirkan pemain potensial, namun geliat dunia bola voli Jabar seolah redup sejak kesuksesan Bandung Art Deco menjuarai kompetisi bola voli paling bergengsi, Proliga 2002. Sejak itu, baik di sektor putra maupun putri, Jabar berada di bawah bayang-bayang daerah lain seperti Jatim, Yogyakarta dan Jakarta.
Contoh terakhir bisa dilihat dari penyelenggaraan kompetisi Proliga musim 2012. Untuk kali kesekian Jabar tak memiliki wakil di sektor putra. Para pemain bola voli putra hasil jebolan beberapa klub bola voli di Jabar, justru malah bermain di klub luar Jabar. Pasalnya, sejumlah klub termasuk Bandung Tectona yang selama ini jadi wakil Jabar di Proliga kesulitan anggaran.
’’Persoalaan utamanya harus diakui memang terletak di anggaran. Bukannya kami tidak mau berusaha tapi sampai saat ini memang belum ada pihak swasta atau perusahaan yang mau peduli terhadap kiprah para klub bola voli Jabar khususnya di sektor putra,” terang Dadi yang juga menjabat sebagai ketua umum Bandung Tectona.
Kondisi ini cukup disayangkan Dadi. Fakta di lapangan menunjukan bola voli Jabar seolah perlahan terus menukik ke titik nadir. Para pemain binaan Jabar pun lebih banyak hijrah dan bermain di sejumlah klub yang cukup eksis berlaga di Proliga.
Padahal menurut Dadi, seandainya Jabar memiliki wakil baik di sektor putra maupun putri pada turnamen Proliga hal itu bisa dijadikan barometer jika proses pembinaan bola voli di Jabar tak pernah berhenti.
’’Untuk tampil di even sebesar Proliga memang butuh anggaran yang tidak sedikit. Karena itu, disinilah pentingnya peran sponsor,” papar Dadi.
Pada even Proliga 2012, Jabar hanya diwakili satu tim yakni Indramayu Alko. Itupun setelah klub yang bermarkas di Kota Bandung itu, mendapatkan bantuan sponsor dari Kabupaten Indramayu. ’’Mudah-mudahan kiprah Alko bisa mengembalikan nama besar Jabar seperti dulu,” ujar Dadi.
Pada Proliga 2012, Alko akan bersaing dengan Jakarta Electric PLN, Jakarta Popsivo Polwan, Gresik Petrokimia, Jakarta TNI AU, Jakarta BNI ’46, dan Bontang LNG Badak. Sedangkan di sektor putra klub-klub Ibu Kota masih cukup mendominasi.
Total ada delapan tim yang berlaga di sektor putra di antaranya Palembang Bank Sumsel Babel, Jakarta Sananta, Surabaya Samator, Jakarta Electric PLN, Semarang Bank Jateng, Jogya Yuso Gunadarma, Jakarta BNI ’46, Jakarta Pertamina.
()