Status Arema masih gelap
A
A
A
Sindonews.com - Krisis yang terjadi di Arema FC diprediksi bakal berlangsung lama. Apalagi jika konflik di manajemen maupun tim berjuluk Singo Edan harus diselesaikan lewat jalur hukum. Situasi itu bakal berimbas negatif pada perjalanan Arema di Indonesian Premier League (IPL).
Hingga kini belum ada jalan tengah untuk menyelesaikan persoalan. Bahkan, dua hari menjelang laga derby menghadapi Persema Malang, belum jelas tim Arema kubu mana yang bakal bertarung. Ini menjadi sinyal bahwa ketidakberesan di manajemen akan berimbas pada prestasi tim.
PSSI yang berencana menjadi mediator perseteruan Ancora dengan Muhammad Nur, nyatanya tak membuahkan solusi sama sekali. Paling tidak hingga kemarin belum ada keputusan strategis yang menjadi jalan tengah persoalan di Arema. Praktis, Singo Edan masih dalam ketidakpastian.
''Belum ada keputusan apa-apa dari PSSI. Situasi masih tetap sama,” ungkap Media Officer Arema FC Noor Ramadhan.
Arema yang dikelola PT Ancora Tbk berencana menempuh jalur hukum untuk 'memberi pelajaran' PT Liga Prima Indonesia Sportindo (LPIS) maupun PSSI yang dituding tak konsisten.
Sementara kubu Muhammad Nur melalui Ketua Panitia Pelaksana (Panpel) Subur Trino juga mengatakan belum ada perkembangan situasi. ''Kami masih atur semuanya,” cetusnya singkat.
Lambatnya penyelesaian Arema bisa berimbas pada pertandingan yang digelar akhir pekan ini.
Bukan tidak mungkin peristiwa di laga kontra Bontang FC terulang lagi. Pertandingan itu dibatalkan karena ada dua tim yang sama-sama ngotot ingin bertanding, yakni tim asuhan Antonic Dejan (Ancora) dan arahan Milomir Seslija (Muhammad Nur). Tampaknya cerita yang sama akan terjadi pekan ini.
Itu jika melihat situasi yang sampai saat ini masih diliputi ketidakharmonisan kedua kubu tanpa ada penyelesaian. Bedanya, pertandingan pekan ini tim berlogo kepala singa berstatus tim tamu sehingga tak ada kemungkinan dualisme panpel pertandingan seperti pekan sebelumnya.
Banyak kalangan menilai Arema menghadapi keruntuhan jika tak bisa menyelesaikan sengketa di klub. ''Saya memprediksi masalah ini bakal menjadi krisis yang panjang bagi klub. Itu sangat mungkin terjadi karena kepentingan yang ada di Arema sangat kuat dan tak ada yang mau mengalah,” prediksi Suyitno, salah satu pengamat sepakbola Malang.
Ia sangat yakin prestasi klub pada akhirnya menjadi korban karena perpecahan sudah sampai di tubuh tim. Dicontohkan saat pertandingan kontra Bontang FC batal digelar, itu contoh awal bahwa situasi di Arema bisa berpengaruh langsung ke eksistensi klub ke depannya.
''Celakanya, situasi demikian dianggap sesuatu yang biasa. Mereka yang berkonflik tidak menganggap sebagai sebuah kejadian yang harus disikapi dengan serius. Kalau memang begitu, permasalahan tidak akan pernah selesai dan Arema menghadapi masa depan yang suram,” lanjutnya.
Suyitno juga menyoroti peran PSSI yang terlihat tidak banyak berguna dalam menyelesaikan konflik di Arema. Padahal seharusnya PSSI memperhatikan persoalan di klub yang selama ini menjadi salah satu ikon di kompetisi Indonesian Premier League (IPL) karena domain suporter yang besar.
Hingga kini belum ada jalan tengah untuk menyelesaikan persoalan. Bahkan, dua hari menjelang laga derby menghadapi Persema Malang, belum jelas tim Arema kubu mana yang bakal bertarung. Ini menjadi sinyal bahwa ketidakberesan di manajemen akan berimbas pada prestasi tim.
PSSI yang berencana menjadi mediator perseteruan Ancora dengan Muhammad Nur, nyatanya tak membuahkan solusi sama sekali. Paling tidak hingga kemarin belum ada keputusan strategis yang menjadi jalan tengah persoalan di Arema. Praktis, Singo Edan masih dalam ketidakpastian.
''Belum ada keputusan apa-apa dari PSSI. Situasi masih tetap sama,” ungkap Media Officer Arema FC Noor Ramadhan.
Arema yang dikelola PT Ancora Tbk berencana menempuh jalur hukum untuk 'memberi pelajaran' PT Liga Prima Indonesia Sportindo (LPIS) maupun PSSI yang dituding tak konsisten.
Sementara kubu Muhammad Nur melalui Ketua Panitia Pelaksana (Panpel) Subur Trino juga mengatakan belum ada perkembangan situasi. ''Kami masih atur semuanya,” cetusnya singkat.
Lambatnya penyelesaian Arema bisa berimbas pada pertandingan yang digelar akhir pekan ini.
Bukan tidak mungkin peristiwa di laga kontra Bontang FC terulang lagi. Pertandingan itu dibatalkan karena ada dua tim yang sama-sama ngotot ingin bertanding, yakni tim asuhan Antonic Dejan (Ancora) dan arahan Milomir Seslija (Muhammad Nur). Tampaknya cerita yang sama akan terjadi pekan ini.
Itu jika melihat situasi yang sampai saat ini masih diliputi ketidakharmonisan kedua kubu tanpa ada penyelesaian. Bedanya, pertandingan pekan ini tim berlogo kepala singa berstatus tim tamu sehingga tak ada kemungkinan dualisme panpel pertandingan seperti pekan sebelumnya.
Banyak kalangan menilai Arema menghadapi keruntuhan jika tak bisa menyelesaikan sengketa di klub. ''Saya memprediksi masalah ini bakal menjadi krisis yang panjang bagi klub. Itu sangat mungkin terjadi karena kepentingan yang ada di Arema sangat kuat dan tak ada yang mau mengalah,” prediksi Suyitno, salah satu pengamat sepakbola Malang.
Ia sangat yakin prestasi klub pada akhirnya menjadi korban karena perpecahan sudah sampai di tubuh tim. Dicontohkan saat pertandingan kontra Bontang FC batal digelar, itu contoh awal bahwa situasi di Arema bisa berpengaruh langsung ke eksistensi klub ke depannya.
''Celakanya, situasi demikian dianggap sesuatu yang biasa. Mereka yang berkonflik tidak menganggap sebagai sebuah kejadian yang harus disikapi dengan serius. Kalau memang begitu, permasalahan tidak akan pernah selesai dan Arema menghadapi masa depan yang suram,” lanjutnya.
Suyitno juga menyoroti peran PSSI yang terlihat tidak banyak berguna dalam menyelesaikan konflik di Arema. Padahal seharusnya PSSI memperhatikan persoalan di klub yang selama ini menjadi salah satu ikon di kompetisi Indonesian Premier League (IPL) karena domain suporter yang besar.
()