Wow, peralatan cabor Jatim Rp 24 miliar
A
A
A
Sindonews.com - Keterlaluan jika Jawa Timur tidak bisa mempertahankan gelar juara umum dalam Pekan Olahraga Nasional (PON) XVIII di Riau, September mendatang. Pasalnya, KONI Jawa Timur sudah mengeluarkan biaya miliaran rupiah untuk pembelian peralatan bagi cabang olahraga (cabor).
Tidak tanggung-tanggung, selama dua tahun, KONI Jatim sudah mengeluarkan anggaran sekitar Rp 24 miliar. Rinciannya, tahun 2011, anggaran yang dibelanjakan Rp 12 m dan tahun 2012 sebesar Rp 11,920 miliar.
’’Anggaran sebesar itu dikeluarkan untuk membelikan peralatan 36 cabor,” ujar Ketua Harian KONI Jatim Dhimam Abror.
Dari anggaran yang dikeluarkan itu, ski air tercatat sebagai cabor terbesar dalam pengajuan pengadaan perlengkapan, yakni Rp 1,2 miliar. Jumlah tersebut belum termasuk pajak pembelian barang sebesar Rp 200 juta, sehingga totalnya menjadi Rp 1,4 m. Dana ini dipakai untuk membeli kapal baru.
’’Ski air mempertandingkan nomor baru yaitu wakeboard. Jadi, Pengprovnya membutuhkan kapal baru. Yang dimiliki sekarang sudah terlalu lama dan memang sudah saat perlu ganti baru,"ucapnya.
Sejumlah peralatan tersebut sebagai besar dibeli dari luar negeri, karena di Indonesia tidak ada perusahaan yang menjual, termasuk kapal wakeboard. Beberapa negara tersebut seperti Jerman, Austria, Belanda, Inggris, Ukraina dan Singapura.
"Sebagai ada yang bisa dibeli di Indonesia, tapi tidak sedikit yang harus kita beli dari luar negeri, "ujar Ketua Bidang Pengadaan KONI Jatim, Haries Purwoko.
Namun, lanjut Haries, tidak mudah untuk membeli peralatan itu dari luar negeri. Ada perusahaan di negara yang menjual peralatan, baru memproduksi barangnya setelah menerima uang dari pihak yang membeli. “Kita beli peralatan ski air, anggar dan gantole. Barangnya baru diproduksi setelah uangnya kita kirim,” ucapnya.
Selain itu, ada juga pemerintah dan perusahaan diluar negeri yang menolak berhubungan dengan Indonesia, karena khawatir menimbulkan masalah.
''Jadi, ada juga negara yang sudah tidak percaya dengan Indonesia seperti Ukraina, kerena kita dianggap negara korup. Pemerintah dan perusahaan swasta di sana minta penjelasan detail uang dari mana buat apada dan sebagainya, ini kan repot,” timpal Abror.
Terkait keluhan beberapa pengurus cabang olahraga terkain lambatnya kedatangan peralatan, Abror mengatakan jika tahun ini KONI Jatim harus menyesuikan dengan regulasi baru terkait penggunaan dana APBD.
"Memang prosesnya tidak bisa seperti tahun-tahun sebelum, kita harus sesuai prosedur termasuk tahapan pelelangan dan sebagainya,"elaknya.
Ditambahkan Haries, bukan hanya harus mengikuti prosedur beberapa cabang olahraga juga kerap mengubah spesifikasi barang diajukan ketika proses pelelangan sudah berjalan.
"Ada juga yang tiba-tiba mengubah, kalau tidak kita turuti nanti juga kasihan atletnya. Tapi problemnya lelang sudah selesai, jadi harus mengulang proses lagi, " bebernya.
Meski sudah mengeluarkan dana sebear Rp 24 miliar selama dua tahun hanya untuk membeli peralatan, namun tidak semuanya permintaan cabor dipenuhi.
"Seperti catur misalnya minta jam 20 biji, jelas tidak bisa karena atlet yang Puslatda saja tidak sampai 10 orang, " jelas Dhimam Abror.
Lantas, apa sanksi bagi cabor jika gagal memenuhi target meski kebutuhan peralatan sudah dipenuhi?
''Tidak ada sanksi. Masak peralatannya ditarik lagi. Mungkin hanya sebagai catatan dan evaluasi bagi cabor yang gagal itu,” pugkasnya.
Tidak tanggung-tanggung, selama dua tahun, KONI Jatim sudah mengeluarkan anggaran sekitar Rp 24 miliar. Rinciannya, tahun 2011, anggaran yang dibelanjakan Rp 12 m dan tahun 2012 sebesar Rp 11,920 miliar.
’’Anggaran sebesar itu dikeluarkan untuk membelikan peralatan 36 cabor,” ujar Ketua Harian KONI Jatim Dhimam Abror.
Dari anggaran yang dikeluarkan itu, ski air tercatat sebagai cabor terbesar dalam pengajuan pengadaan perlengkapan, yakni Rp 1,2 miliar. Jumlah tersebut belum termasuk pajak pembelian barang sebesar Rp 200 juta, sehingga totalnya menjadi Rp 1,4 m. Dana ini dipakai untuk membeli kapal baru.
’’Ski air mempertandingkan nomor baru yaitu wakeboard. Jadi, Pengprovnya membutuhkan kapal baru. Yang dimiliki sekarang sudah terlalu lama dan memang sudah saat perlu ganti baru,"ucapnya.
Sejumlah peralatan tersebut sebagai besar dibeli dari luar negeri, karena di Indonesia tidak ada perusahaan yang menjual, termasuk kapal wakeboard. Beberapa negara tersebut seperti Jerman, Austria, Belanda, Inggris, Ukraina dan Singapura.
"Sebagai ada yang bisa dibeli di Indonesia, tapi tidak sedikit yang harus kita beli dari luar negeri, "ujar Ketua Bidang Pengadaan KONI Jatim, Haries Purwoko.
Namun, lanjut Haries, tidak mudah untuk membeli peralatan itu dari luar negeri. Ada perusahaan di negara yang menjual peralatan, baru memproduksi barangnya setelah menerima uang dari pihak yang membeli. “Kita beli peralatan ski air, anggar dan gantole. Barangnya baru diproduksi setelah uangnya kita kirim,” ucapnya.
Selain itu, ada juga pemerintah dan perusahaan diluar negeri yang menolak berhubungan dengan Indonesia, karena khawatir menimbulkan masalah.
''Jadi, ada juga negara yang sudah tidak percaya dengan Indonesia seperti Ukraina, kerena kita dianggap negara korup. Pemerintah dan perusahaan swasta di sana minta penjelasan detail uang dari mana buat apada dan sebagainya, ini kan repot,” timpal Abror.
Terkait keluhan beberapa pengurus cabang olahraga terkain lambatnya kedatangan peralatan, Abror mengatakan jika tahun ini KONI Jatim harus menyesuikan dengan regulasi baru terkait penggunaan dana APBD.
"Memang prosesnya tidak bisa seperti tahun-tahun sebelum, kita harus sesuai prosedur termasuk tahapan pelelangan dan sebagainya,"elaknya.
Ditambahkan Haries, bukan hanya harus mengikuti prosedur beberapa cabang olahraga juga kerap mengubah spesifikasi barang diajukan ketika proses pelelangan sudah berjalan.
"Ada juga yang tiba-tiba mengubah, kalau tidak kita turuti nanti juga kasihan atletnya. Tapi problemnya lelang sudah selesai, jadi harus mengulang proses lagi, " bebernya.
Meski sudah mengeluarkan dana sebear Rp 24 miliar selama dua tahun hanya untuk membeli peralatan, namun tidak semuanya permintaan cabor dipenuhi.
"Seperti catur misalnya minta jam 20 biji, jelas tidak bisa karena atlet yang Puslatda saja tidak sampai 10 orang, " jelas Dhimam Abror.
Lantas, apa sanksi bagi cabor jika gagal memenuhi target meski kebutuhan peralatan sudah dipenuhi?
''Tidak ada sanksi. Masak peralatannya ditarik lagi. Mungkin hanya sebagai catatan dan evaluasi bagi cabor yang gagal itu,” pugkasnya.
()