Striker asing cuma pelengkap
A
A
A
Sindonews.com - Hampir semua klub di Jawa Timur musim ini mempunyai striker lokal untuk mengangkat produktivitas tim. Lini ini dianggap penting untuk ditempati pemain asing. Sedangkan striker produk lokal belum dianggap mumpuni untuk menjadi tumpuan.
Tapi jelang berakhirnya putaran pertama Indonesian Premier League (IPL), justru lebih banyak pemain asing yang ’’mendengkur’. Malah persaingan mencetak gol sudah memakan korban dengan terdepaknya Andrew Barisic dari skuad Persebaya Surabaya.
Andrew Barisic sebenarnya tidak sendirian.
Masih ada pemain yang jauh lebih parah dibanding dia, yakni Jairon Feliciano, striker Persibo Bojonegoro. Sepanjang putaran pertama dia belum pernah sama sekali mencetak gol untuk timnya.
Sempat mendapat kepercayaan mengeksekusi pinalti saat menjamu Persija Jakarta, tapi gagal. Jairon menjadi satu-satunya striker yang sudah lupa bagaimana cara mencetak gol. Bedanya, dia masih mendapat kepercayaan dari pelatih.
Pelatih Persibo Bojonegoro Paulo Camargo cukup bersabar dengan tampilan Jairon yang disebutnya masih normal. Itu berbeda dengan Pelatih Persebaya Divaldo Alves yang langsung bereaksi keras saat Barisic puasa gol di sejumlah pertandingan.
’’Pelatih melihat peran Jairon tak sepenuhnya menciptakan gol. Lagipula ada beberapa pemain lain di lini depan yang ketajamannya memuaskan. Jadi sementara ini tak ada masalah dengan dia,” ungkap Wanderley Junior, asisten pelatih Persibo Bojonegoro.
Persibo juga tampak anteng dan tidak reaksioner di bursa transfer melihat kemarau gol striker yang pernah membela Persebaya itu. Striker lain yang posisinya masih aman adalah Emile Bertrand Mbamba milik Persema Malang yang telah menceploskan enam gol untuk timnya.
Mbamba tergolong telat menyesuaikan diri dengan ritme pemainan Persema di bawah asuhan Slave Radovski. Namun, dia bisa memecah kebuntuan dan beberapa kali malah menjadi penentu kemenangan timnya. Setengah lusin gol sudah cukup bagus, apalagi dia menjadi top scorer di timnya.
Hanya Arema FC yang tidak bertumpu pada seorang juru gedor asing setelah hengkangnya Noh Alam Shah. Terbukti, Singo Edan belum mencapai potensi terbaiknya dan tak pernah menang sejak ditinggal striker asal Singapura itu.
Kedatangan Andrew Barisic dari Persebaya memberikan harapan baru di lini depan Arema FC yang sebenarnya sudah kaya pemain lokal. Hanya saja pemain lokal yang ada, yakni Jaya Teguh Angga, Amadeus Suropati, Amiruddin, TA Musafri, hingga Purwanto, masih belum optimal.
Parahnya, permainan Barisic di Persebaya dan Jairon di Persibo sekilas membuktikan striker asing belum menjadi jaminan gol mengalir lancar. Sebab kedua tim itu justru sejauh ini tampil maksimal kala pemain lokalnya menciptakan gol demi gol.
Persibo mempunyai tiga mesin gol, Nur Iskandar, Wahyu Teguh dan Samsul Arif. Keberadaan serta sepak terjang ketiganya membuat Jairon seakan menjadi pelengkap dan sekadar menakut-nakuti pemain bertahan lawan dengan postur menjulangnya.
Di Persebaya, keberadaan Andik Vermansyah dan Feri Ariawan justru lebih menjanjikan dibanding Barisic sebelum kepindahannya ke Arema FC. Tapi tampaknya Divaldo Alves cenderung suka striker asing lagi untuk menggantikan Barisic walau ada sejumlah pemain lokal yang seleksi.
Rencana Persebaya mengambil striker asing baru serta kedatangan Barisicdi Stadion Gajayana membuktikan striker asing masih menjadi kebutuhan primer. “Salah satu faktornya karena kita harus menampatkan pemain asing secara merata di lini belakang, tengah dan depan,” kata Asisten Pelatih Persebaya Ibnu Grahan.
Alasan yang masuk akal karena dengan kuota empat pemain asing, pelatih harus jeli meratakan kekuatan asing di tiap lini. Itu yang menyebabkan tiap tim rata-rata menyebar pemain asingnya dari belakang hingga depan dengan harapan mejadi penopang bagi kekuatan lokal.
Kualitas masih menjadi acuan dalam perekrutan pemain asing walau dalam prakteknya banyak yang tergusur ‘seleksi alam’ karena tak mampu menjawab harapan klubnya.
’’Mencari pemain asing sekarang tak hanya kualitas, tapi juga kesiapan lain seperti fisik. Kadang pilihan pun tak sesuai perkiraan,” tambah Ibnu.
Tapi jelang berakhirnya putaran pertama Indonesian Premier League (IPL), justru lebih banyak pemain asing yang ’’mendengkur’. Malah persaingan mencetak gol sudah memakan korban dengan terdepaknya Andrew Barisic dari skuad Persebaya Surabaya.
Andrew Barisic sebenarnya tidak sendirian.
Masih ada pemain yang jauh lebih parah dibanding dia, yakni Jairon Feliciano, striker Persibo Bojonegoro. Sepanjang putaran pertama dia belum pernah sama sekali mencetak gol untuk timnya.
Sempat mendapat kepercayaan mengeksekusi pinalti saat menjamu Persija Jakarta, tapi gagal. Jairon menjadi satu-satunya striker yang sudah lupa bagaimana cara mencetak gol. Bedanya, dia masih mendapat kepercayaan dari pelatih.
Pelatih Persibo Bojonegoro Paulo Camargo cukup bersabar dengan tampilan Jairon yang disebutnya masih normal. Itu berbeda dengan Pelatih Persebaya Divaldo Alves yang langsung bereaksi keras saat Barisic puasa gol di sejumlah pertandingan.
’’Pelatih melihat peran Jairon tak sepenuhnya menciptakan gol. Lagipula ada beberapa pemain lain di lini depan yang ketajamannya memuaskan. Jadi sementara ini tak ada masalah dengan dia,” ungkap Wanderley Junior, asisten pelatih Persibo Bojonegoro.
Persibo juga tampak anteng dan tidak reaksioner di bursa transfer melihat kemarau gol striker yang pernah membela Persebaya itu. Striker lain yang posisinya masih aman adalah Emile Bertrand Mbamba milik Persema Malang yang telah menceploskan enam gol untuk timnya.
Mbamba tergolong telat menyesuaikan diri dengan ritme pemainan Persema di bawah asuhan Slave Radovski. Namun, dia bisa memecah kebuntuan dan beberapa kali malah menjadi penentu kemenangan timnya. Setengah lusin gol sudah cukup bagus, apalagi dia menjadi top scorer di timnya.
Hanya Arema FC yang tidak bertumpu pada seorang juru gedor asing setelah hengkangnya Noh Alam Shah. Terbukti, Singo Edan belum mencapai potensi terbaiknya dan tak pernah menang sejak ditinggal striker asal Singapura itu.
Kedatangan Andrew Barisic dari Persebaya memberikan harapan baru di lini depan Arema FC yang sebenarnya sudah kaya pemain lokal. Hanya saja pemain lokal yang ada, yakni Jaya Teguh Angga, Amadeus Suropati, Amiruddin, TA Musafri, hingga Purwanto, masih belum optimal.
Parahnya, permainan Barisic di Persebaya dan Jairon di Persibo sekilas membuktikan striker asing belum menjadi jaminan gol mengalir lancar. Sebab kedua tim itu justru sejauh ini tampil maksimal kala pemain lokalnya menciptakan gol demi gol.
Persibo mempunyai tiga mesin gol, Nur Iskandar, Wahyu Teguh dan Samsul Arif. Keberadaan serta sepak terjang ketiganya membuat Jairon seakan menjadi pelengkap dan sekadar menakut-nakuti pemain bertahan lawan dengan postur menjulangnya.
Di Persebaya, keberadaan Andik Vermansyah dan Feri Ariawan justru lebih menjanjikan dibanding Barisic sebelum kepindahannya ke Arema FC. Tapi tampaknya Divaldo Alves cenderung suka striker asing lagi untuk menggantikan Barisic walau ada sejumlah pemain lokal yang seleksi.
Rencana Persebaya mengambil striker asing baru serta kedatangan Barisicdi Stadion Gajayana membuktikan striker asing masih menjadi kebutuhan primer. “Salah satu faktornya karena kita harus menampatkan pemain asing secara merata di lini belakang, tengah dan depan,” kata Asisten Pelatih Persebaya Ibnu Grahan.
Alasan yang masuk akal karena dengan kuota empat pemain asing, pelatih harus jeli meratakan kekuatan asing di tiap lini. Itu yang menyebabkan tiap tim rata-rata menyebar pemain asingnya dari belakang hingga depan dengan harapan mejadi penopang bagi kekuatan lokal.
Kualitas masih menjadi acuan dalam perekrutan pemain asing walau dalam prakteknya banyak yang tergusur ‘seleksi alam’ karena tak mampu menjawab harapan klubnya.
’’Mencari pemain asing sekarang tak hanya kualitas, tapi juga kesiapan lain seperti fisik. Kadang pilihan pun tak sesuai perkiraan,” tambah Ibnu.
()