El Merengues oke, I Rossoneri dapat bye

Rabu, 14 Maret 2012 - 11:59 WIB
El Merengues oke, I...
El Merengues oke, I Rossoneri dapat bye
A A A
Sindonews.com - Ketika Liga Champions masih bernama Piala Champions dan menggunakan format sederhana (hanya diikuti juara domestik), sang juara bertahan kompetisi ini tidak kesulitan mendapat tiket masuk kompetisi musim berikutnya.

Mereka bahkan tidak perlu merebut gelar liga domestik. Salah satu yang merasakan keuntungan tersebut adalah Real Madrid, juara lima edisi pertama turnamen paling prestisius di Benua Biru ini.

Tercatat beberapa kali mereka mengikuti Piala Champions bukan berstatus raja Negeri Matador. Yakni pada musim 1956/1957, 1959/1960,1960/1961,dan 1966/1967. Peluang itu kemudian tidak mereka sia-siakan dengan membawa pulang tiga gelar. Di 1956/1957 Madrid bertarung di Eropa berkat kesuksesan mengalahkan Stade de Reims pada final Piala Champions edisi setahun sebelumnya.

Sedangkan di Primera Liga musim itu mereka hanya menduduki peringkat 3 dengan gelar direbut Athletic Bilbao. Peristiwa serupa terulang pada dua kesempatan lainnya. Pada 1959/1960 dan 1960/1961, El Merengues —julukan Madrid—mengikuti dan kemudian memenangkan Piala Champions dengan status juara bertahan pentas itu, bukan karena keberhasilan merebut mahkota Primera Liga musim sebelumnya.

Hanya sekali Madrid gagal memaksimalkan status juara bertahan. Langkah mereka terhenti di perempat final Piala Champions 1966/1967 setelah berjaya di Eropa dan cuma menduduki urutan 2 Primera Liga kampanye sebelumnya.

Beberapa klub lain yang mengambil kesempatan serupa adalah Nottingham Forest,FC Porto, dan AC Milan. Nottingham menemani raja Inggris Liverpool pada musim 1979/1980 di Piala Champions menggunakan akses juara bertahan.

Begitu pula Porto yang mengikuti Piala Champions 1986/1987 berbekal pencapaian mereka semusim sebelumnya,walau mesti mengakui keunggulan SL Benfica di Liga Portugal. Sementara Milan melakukannya di 1989/1990 dan 1990/1991.

Di dua musim itu mereka tampil di Piala Champions sesudah mengakui keunggulan Napoli dan Inter Milan pada Seri A musim sebelumnya. Status itu bahkan sangat membantu Rossoneri—julukan Milan.

Sebab, mereka mendapat bye pada babak pertama. Kini keuntungan tersebut tidak ada lagi menyusul aksi UEFA menyulap Piala Champions dan menjadikannya Liga Champions sejak 1992/1993.

Mulai musim itu, gengsi kompetisi sedikit berkurang karena klub yang gagal merebut takhta liga domestik diizinkan bermain. Tapi di sisi lain, Liga Champions berubah menjadi sumber pemasukan besar bagi para partisipan.
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0520 seconds (0.1#10.140)