Cegah gesekan, panpel akan bubarkan suporter PSIM
A
A
A
Sindonews.com - Panitia Pelaksana (Panpel) PSIM Yogyakarta, membuka wacana pembubaran dua kelompok suporter Laskar Mataram, The Maident dan Brajamusti. Pembubaran dinilai sebagai jalan terbaik untuk menghindari gesekan antara kedua kelompok itu.
Ketua Panpel PSIM Sukamto KS mengatakan, wacana pembubaran The Maident dan Brajamusti menguat setelah pihaknya berkonsultasi dengan beberapa pihak. Berdasarkan masukan yang diterima, disimpulkan jika pembubaran menjadi opsi paling baik.
''Kita menghendaki semuanya bisa bersatu, dan tidak ada lagi gesekan antar sesama pecinta PSIM. Setelah berkonsultasi dengan berbagai pihak kami mendapat masukan untuk membubarkan saja keduanya,'' kata Sukamto.
Dia menjelaskan, pembubaran kedua kelompok suporter dinilai bisa menghilangkan trauma akibat gesekan antar keduanya. Untuk mewadahinya, maka diusulkan dibentuk wadah baru yang lebih independen dan bisa disepakati kedua belah pihak.
''Kalau ini dipertahankan, sepertinya juga sulit. Kita tidak yakin akan tercipta suasana yang kondusif. Apalagi, sudah jatuh korban jiwa dari salah satu kelompok. Jadi untuk menghilangkan trauma pilihannya ya dibubarkan saja dan dibentuk wadah baru,'' terang dia.
Meski begitu, Sukamto mengaku masih akan menunggu perkembangan lebih lanjut. Dia ingin, Yogyakarta kembali kondusif seperti sebelumnya. Tidak ada gesekan antar suporter yang sama-sama mencintai tim yang setahun lebih tua dari PSSI ini.
''Kalau semuanya bisa bersama, duduk berdampingan kan semuanya senang. Orang tua juga tidak khawatir melepas anaknya menyaksikan langsung laga PSIM, dan tim mendapat support penuh dari pendukungnya
Suporter PSIM sendiri yang awalnya dikenal dengan Brajamusti pecah setelah pemilihan presiden, 2010 lalu. Setelah itu muncul kelompok baru yang mengusung nama The Maident (Mataram Independent). Di stadion kedua kelompok menempati blok terpisah.
Brajamusti menempati sisi timur dan selatan tribun Stadion Mandala Krida, dan The Maident menempati sisi utara. Gesekan keduanya memuncak setelah laga PSIM kontra Persiku (12/3) insiden di Jl Cokroaminoto menewaskan M Nurul Huda, 16.
Direktur Utama PT PSIM Jogja Yoyok Setiawan sebelumnya mengatakan, bagi PSIM idealnya memang hanya ada satu wadah suporter saja. Meski begitu, dia menyerahkan kepada kedua kelompok untuk mencari jalan terbaik. ''Kalau idealnya memang satu saja,'' ucap dia.
Panpel sendiri sudah menolak adanya suporter di laga terakhirnya kontra Persis Solo. Penonton yang akan menyaksikan laga di Stadion Mandala Krida dilarang membawa atribut apa pun selain kaus bertulisan PSIM.
Ketua Panpel PSIM Sukamto KS mengatakan, wacana pembubaran The Maident dan Brajamusti menguat setelah pihaknya berkonsultasi dengan beberapa pihak. Berdasarkan masukan yang diterima, disimpulkan jika pembubaran menjadi opsi paling baik.
''Kita menghendaki semuanya bisa bersatu, dan tidak ada lagi gesekan antar sesama pecinta PSIM. Setelah berkonsultasi dengan berbagai pihak kami mendapat masukan untuk membubarkan saja keduanya,'' kata Sukamto.
Dia menjelaskan, pembubaran kedua kelompok suporter dinilai bisa menghilangkan trauma akibat gesekan antar keduanya. Untuk mewadahinya, maka diusulkan dibentuk wadah baru yang lebih independen dan bisa disepakati kedua belah pihak.
''Kalau ini dipertahankan, sepertinya juga sulit. Kita tidak yakin akan tercipta suasana yang kondusif. Apalagi, sudah jatuh korban jiwa dari salah satu kelompok. Jadi untuk menghilangkan trauma pilihannya ya dibubarkan saja dan dibentuk wadah baru,'' terang dia.
Meski begitu, Sukamto mengaku masih akan menunggu perkembangan lebih lanjut. Dia ingin, Yogyakarta kembali kondusif seperti sebelumnya. Tidak ada gesekan antar suporter yang sama-sama mencintai tim yang setahun lebih tua dari PSSI ini.
''Kalau semuanya bisa bersama, duduk berdampingan kan semuanya senang. Orang tua juga tidak khawatir melepas anaknya menyaksikan langsung laga PSIM, dan tim mendapat support penuh dari pendukungnya
Suporter PSIM sendiri yang awalnya dikenal dengan Brajamusti pecah setelah pemilihan presiden, 2010 lalu. Setelah itu muncul kelompok baru yang mengusung nama The Maident (Mataram Independent). Di stadion kedua kelompok menempati blok terpisah.
Brajamusti menempati sisi timur dan selatan tribun Stadion Mandala Krida, dan The Maident menempati sisi utara. Gesekan keduanya memuncak setelah laga PSIM kontra Persiku (12/3) insiden di Jl Cokroaminoto menewaskan M Nurul Huda, 16.
Direktur Utama PT PSIM Jogja Yoyok Setiawan sebelumnya mengatakan, bagi PSIM idealnya memang hanya ada satu wadah suporter saja. Meski begitu, dia menyerahkan kepada kedua kelompok untuk mencari jalan terbaik. ''Kalau idealnya memang satu saja,'' ucap dia.
Panpel sendiri sudah menolak adanya suporter di laga terakhirnya kontra Persis Solo. Penonton yang akan menyaksikan laga di Stadion Mandala Krida dilarang membawa atribut apa pun selain kaus bertulisan PSIM.
()