Mengenang 12 tahun kepergian Eri Irianto

Rabu, 04 April 2012 - 05:22 WIB
Mengenang 12 tahun kepergian Eri Irianto
Mengenang 12 tahun kepergian Eri Irianto
A A A
Sindonews.com - Nama Eri Irianto tak pernah bisa terhapus dari perjalanan sejarah Persebaya Surabaya. Bahkan hingga 12 tahun sepeninggalnya, nama Eri masih tetap abadi di benak klub maupun Bonek, suporter fanatik Persebaya. Eri Irianto bahkan telah menjadi inspirasi pemain-pemain muda Persebaya.

Eri Irianto yang meninggal pada 3 April 2000, adalah salah satu pemain yang meninggal pada saat pertandingan. Sekadar pengingat, kala itu Eri terkena serangan jantung saat Persebaya Surabaya menghadapi PSIM Yogyakarta di kancah Divisi Utama 2009-2000. jiwanya tak tertolong walau sempat dibawa ke RS.

Terlepas dari kiprahnya sebagai pesepakbola nasional dan statusnya sebagai legenda Persebaya, peristiwa yang menimpa Eri memang bakal terus diingat. Setiap ada kejadian serangan jantung di lapangan, publik bola tanah air pasti terkenang pada pemain yang terkenal dengan tendangan geledeknya.

Misalnya saja yang baru-baru ini terjadi, yakni kolapsnya pemain Bontol Wanderer Fabrice Muamba. Walau pada akhirnya Muamba tertolong, namun sekelebat ingatan langsung tertuju pada Eri Irianto. Ia mengalami kejadian yang hampir sama dengan Muamba.

Jejak yang ditinggalkan Eri rupanya masih terus diabadikan timnya. Pemberian nama mes Eri Irianto sekaligus dimuseumkannya nomor punggung 19 merupakan bentuk penghormatan kepada sang legenda. Hingga kini banyak pelajaran yang diambil dari pemain kelahiran 1974 tersebut.

Manager Persebaya Saleh Hanifah mengatakan, heroisme serta status legenda Eri Irianto tak perlu dipertanyakan lagi. Ia lebih melihat pelajaran yang harus diambil dari peristiwa tersebut, yakni agar kesehatan dan keselamatan pemain menjadi unsur penting dalam dunia sepakbola.

Salah satunya terinspirasi momen itu, Persebaya kini melakukan tes kesehatan yang ketat demi karir pemain. Persebaya sudah terbukti menolak pemain karena tak lolos kesehatan walau kualitas tekniknya dianggap bagus, yakni Alain N'kong. Menolak pemain karena tak lulus tes kesehatan mungkin momen langka di sepakbola tanah air.

''Kalau soal sisi kiprahnya di Persebaya, tak ada yang meragukan Eri Irianto. Dia akan tetap dikenang sampai kapan pun. Yang terpenting kita semua harus mengambil pelajaran dari peristiwa itu, yakni menempatkan kesehatan pemain sebagai faktor paling penting,” kata Saleh.

Walau serangan jantung di lapangan adalah kejadian yang susah diprediksi, kata Saleh, minimal klub harus meminimalisir itu dengan mengawasi kesehatan pemain. Selain sisi itu, kualitas dan dedikasi Eri sebagai pemain juga harus ditularkan kepada pemain masa kini.

''Eri adalah salah satu pemain yang layak dijadikan inspirasi, selain juga legenda-leganda Persebaya lainnya. Loyalitas serta karirnya di sepak bola jelas membutuhkan perjuangan yang tidak ringan dan harus dicontoh pemain-pemain muda sekarang,” tutur Saleh Hanifah.

Semangat Eri Irianto juga mendapat apresiasi dari rekan sesama tim kala itu, Ibnu Grahan dan Mursyid Efendi. Kedua menyatakan pemain kelahiran Sidoarjo tersebut merupakan salah satu pemain terbaik yang pernah dimiliki Persebaya sepanjang sejarah berdirinya klub.

Tak hanya kualitas di lapangan, di luar lapangan pun Eri disebut sebagai pemain yang cukup memberikan pengaruh. Jika tidak pergi secepat itu, diramalkan Eri Irianto bakal menjadi pelatih yang hebat, profesi yang sama seperti dijalani Mursyid dan Ibnu sekarang ini.

''Kalau dia masih ada, mungkin akan menjadi pelatih seperti kami. Saya yakin dia menjadi pelatih yang bagus karena karakternya mempunyai pengaruh bagi rekan setim. Semasa menjadi pemain. Saya selalu ingat bagaimana terpukulnya kami saat dia pergi,” cerita Ibnu Grahan.

Di posisinya, Eri juga dianggap sebagai pemain terbaik yang pernah dilahirkan Persebaya. Gelandang bertahan dengan tendangan keras dan piawai memutus permainan lawan membuat Persebaya kala itu sangat disegani. Karakter penuh antusias juga membuatnya terlihat selalu bersemangat di setiap laga.

Sama seperti dituturkan Mursyid Efendi, Persebaya sangat layak mengabadikan pemain ini dan menjadikan salah satu inspirator tim. Ia setuju jika ada seremoni khusus pada tanggal kepergiannya, misalnya saat pertandingan, untuk mengenang kepergian Eri Irianto.

Itu dianggap layak karena sebagai legenda, Eri sudah dianggap sebagai sosok istimewa dibanding legenda lainnya. ''Mess sudah diberi nama Eri Irianto, nomor punggungnya juga sudah tidak dipakai lagi. Jadi layak kalau ada seremonial kecil, misalnya berdoa di saat pertandingan,” ungkap Mursyid.

Menurutnya itu bertujuan untuk mengingkatkan pemain yang ada sekarang kepada perjuangan Eri di masa lalu. Sekaligus sebagai pengingat agar pemain selalu menjaga kesehatan serta kondisi agar tidak terjadi hal negatif di lapangan. “Banyak hal positif yang bisa dipetik dari sosok Eri Irianto,” tambahnya.

Penghormatan kepada sang legenda juga dilakukan pemain bintang Persebaya masa kini Andik Vermansyah. Walau kala itu ia masih anak-anak dan belum begitu detil menikmati permainan Eri Irianto, namun Andik sangat paham bahwa Eri adalah bintang Persebaya yang sangat disegani pada masanya.

''Saya pernah mendengar cerita almarhum Eri Irianto menyempatkan diri berlatih di luar latihan rutin tim. Itu bisa menjadi contoh pemain muda seperti saya. Walau tak begitu detil menyaksikan permainannya, namun saya merasa ia pantas menjadi legenda jika melihat bagaimana semua orang menghormatinya,” ungkap Andik.

Ia juga sepakat Persebaya membuat seremoni di setiap tanggal kepergian Eri Irianto. Misalnya memakai ban hitam di lengak pada pertandingan yang berdekatan dengan tanggal 3 April. Itu menurutnya akan lebih mengingkatkan pada legenda yang berjuang di lapangan hingga akhir hidupnya.
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8971 seconds (0.1#10.140)