Persibo Bojonegoro berpotensi dilego
A
A
A
Sindonews.com - Ketidaknyamanan Persibo Bojonegoro di Stadion Letjen H Soedirman, Bojonegoro, membuat klub ini menjadi incaran daerah lain. Manajemen Persibo mengungkap, sebuah kabupaten di wilayah Jawa Barat tertarik memboyong tim berjuluk Laskar Angling Dharma.
Rupanya tidak adanya izin dari pihak keamanan saat Persibo menjamu Semen Padang menjadi pemicu niatan tersebut. Tidak adanya izin pertandingan di Bojonegoro membuat Persibo harus melakukan pertandingan kandangnya di Stadion Sultan Agung, Bantul. Di laga itu Persibo kalah 2-4 dari Semen Padang.
Penglaman itu membuat manajemen menyiapkan alternatif lain dengan memindahkan kandang Persibo ke Stadion Sultan Agung secara permanan, paling tidak untuk sisa musim ini. Fakta tersebut seakan membuka pintu bagi pihak lain untuk membeli Persibo yang musim ini mengalami perkembangan pesat.
“Ya, sebuah tawaran memang sudah masuk ke manajemen. Ada sebuah daerah di Jawa Barat, saya tak bisa sebutkan namanya, yang ingin ikut menangani Persibo,” ungkap Manajer Tim Persibo Nur Yahya. Siapkah Persibo dilego? Manajemen sejauh ini sama sekali belum memberikan jawaban atas penawaran tersebut.
Sebab, menurut Yahya, memindahkan Persibo ke daerah lain tentu bukan perkara mudah. Masih harus berkomunikasi dengan publik, pemerintah setempat, dan yang lebih penting lagi supporter Boromania. Sebab pemindahan sebuah klub tentu akan mengecewakan bagi suporter yang telah bertahun-tahun memberikan dukungan.
Kemungkinan untuk memindahkan Persibo sebenarnya relatif mudah dan kendala utama hanya terbentur persoalan setuju-tidaknya supporter. Sebab secara pengelolaan, tim Oranye bukan lagi milik Pemerintah Kabupaten Bojonegoro. Tim ini sudah dalam kekuasan Konsorsium LPI sejak mengikuti Liga Primer Indonesia (LPI) musim lalu.
Pendanaan Persibo juga bukan lagi menggantungkan Anggaran Pendapatan dan belanja Daerah (APBD Kabupaten Bojonegoro. Setelah menjadi milik Konsorsium LPI, nyaris tidak ada kontribusi besar dari pemerintah setempat. Bahkan untuk memakai Stadion Letjen H Soedirman pun masih memakai sistem sewa.
Dengan begitu, Konsorsium LPI-lah yang paling berhak memutuskan secara administrasi terkait kepindahan tim Persibo. Namun, manajemen tetap akan meminta masukan dari supporter. ''Jika suporter dan masyarakat Bojonegoro tidak menghendaki Persibo berpindah ke daerah lain, ya kami tetap di sini,” tambah Yahya.
Menurutnya kemungkinan kepindahan Persibo ke daerah lain tentu juga membawa konsekuensi besar, utamanya mengubah nama Persibo dan disesuaikan dengan home base yang baru. Seperti halnya Deltras Sidoarjo yang dulunya adalah Gelora Dewata yang berhome base di Bali.
Yahya juga yakin Boromania tentu akan sangat kecewa jika Persibo harus hengkang dari Kota Ledre. Sebab Boromania selama ini menjadi suporter fanatik, bahkan sejak Persibo harus merangkak dari level kompetisi bawah untuk bisa mencapai tingkatan tertinggi di tanah air.
Kenyamanan Persibo di Bojonegoro sedikit terusik setelah pihak keamanan setempat dianggap tidak kooperatif dengan membendung izin pertandingan. Belakangan manajemen malah menyatakan lebih nyaman berada di Stadion Sultan Agung, Bantul, yang biaya sewanya jauh lebih murah dibanding Stadion Letjen H Soedirman yang notabene kendang sendiri.
Rupanya tidak adanya izin dari pihak keamanan saat Persibo menjamu Semen Padang menjadi pemicu niatan tersebut. Tidak adanya izin pertandingan di Bojonegoro membuat Persibo harus melakukan pertandingan kandangnya di Stadion Sultan Agung, Bantul. Di laga itu Persibo kalah 2-4 dari Semen Padang.
Penglaman itu membuat manajemen menyiapkan alternatif lain dengan memindahkan kandang Persibo ke Stadion Sultan Agung secara permanan, paling tidak untuk sisa musim ini. Fakta tersebut seakan membuka pintu bagi pihak lain untuk membeli Persibo yang musim ini mengalami perkembangan pesat.
“Ya, sebuah tawaran memang sudah masuk ke manajemen. Ada sebuah daerah di Jawa Barat, saya tak bisa sebutkan namanya, yang ingin ikut menangani Persibo,” ungkap Manajer Tim Persibo Nur Yahya. Siapkah Persibo dilego? Manajemen sejauh ini sama sekali belum memberikan jawaban atas penawaran tersebut.
Sebab, menurut Yahya, memindahkan Persibo ke daerah lain tentu bukan perkara mudah. Masih harus berkomunikasi dengan publik, pemerintah setempat, dan yang lebih penting lagi supporter Boromania. Sebab pemindahan sebuah klub tentu akan mengecewakan bagi suporter yang telah bertahun-tahun memberikan dukungan.
Kemungkinan untuk memindahkan Persibo sebenarnya relatif mudah dan kendala utama hanya terbentur persoalan setuju-tidaknya supporter. Sebab secara pengelolaan, tim Oranye bukan lagi milik Pemerintah Kabupaten Bojonegoro. Tim ini sudah dalam kekuasan Konsorsium LPI sejak mengikuti Liga Primer Indonesia (LPI) musim lalu.
Pendanaan Persibo juga bukan lagi menggantungkan Anggaran Pendapatan dan belanja Daerah (APBD Kabupaten Bojonegoro. Setelah menjadi milik Konsorsium LPI, nyaris tidak ada kontribusi besar dari pemerintah setempat. Bahkan untuk memakai Stadion Letjen H Soedirman pun masih memakai sistem sewa.
Dengan begitu, Konsorsium LPI-lah yang paling berhak memutuskan secara administrasi terkait kepindahan tim Persibo. Namun, manajemen tetap akan meminta masukan dari supporter. ''Jika suporter dan masyarakat Bojonegoro tidak menghendaki Persibo berpindah ke daerah lain, ya kami tetap di sini,” tambah Yahya.
Menurutnya kemungkinan kepindahan Persibo ke daerah lain tentu juga membawa konsekuensi besar, utamanya mengubah nama Persibo dan disesuaikan dengan home base yang baru. Seperti halnya Deltras Sidoarjo yang dulunya adalah Gelora Dewata yang berhome base di Bali.
Yahya juga yakin Boromania tentu akan sangat kecewa jika Persibo harus hengkang dari Kota Ledre. Sebab Boromania selama ini menjadi suporter fanatik, bahkan sejak Persibo harus merangkak dari level kompetisi bawah untuk bisa mencapai tingkatan tertinggi di tanah air.
Kenyamanan Persibo di Bojonegoro sedikit terusik setelah pihak keamanan setempat dianggap tidak kooperatif dengan membendung izin pertandingan. Belakangan manajemen malah menyatakan lebih nyaman berada di Stadion Sultan Agung, Bantul, yang biaya sewanya jauh lebih murah dibanding Stadion Letjen H Soedirman yang notabene kendang sendiri.
()