Dianggap gagal, Pertina Jatim ogah urus Timotius
A
A
A
Sindonews.com - Benih perpecahan mulai muncul di dalam tubuh KONI Jatim jelang digelarnya PON XVIII/Riau, September, mendatang. Buktinya, Pengprov Persatuan Tinju Amatir Indonesia (Pertina) Jatim memilih tidak ikut campur mengurusi petinjunya dalam persiapan menuju ajang multieven empat tahunan itu.
Ketua Pertina Jatim, Sahat Tua Simanjuntak, menegaskan jika pihaknya sudah lepas tangan setelah cabor tinju terdegradasi dari program Jatim 100 poyeksi PON XVIII/Riau, "Sekarang sudah menjadi tanggung jawab KONI Jatim. Kita tidak ikut-kutan lagi. Jadi, lihat saja nanti, bagaimana hasilnya nanti, " sindir pria yang mempersembahkan satu medali emas di PON XVII/2008 lalu itu.
Sikap cuek Pertina itu dipicu keputusan KONI Jatim yang mendegradasi tinju dari program Puslatda Jatim 100. Meski terdegradasi, sebenarnya masih ada satu petinju Jatim yang akan diberangkatkan ke PON, yaitu Timotius. Saat ini, peraih medali emas PON Kaltim itu berada dalam program Binsus (pembinaan khusus) di bawah kendali KONI Jatim setelah dicoret dari Puslatda. "Jadi kita sudah tidak ikut-ikut, " tandasnya.
Dijelaskan Sahat, dengan tidak dilibatkannya Pengprov Pertina dalam persiapan menunju PON Jatim, membuatnya lebih ringan karena bisa fokus kepada pembinaan petinju lainnya. "Biar KONI Jatim juga ikut merasakan susahnya mengurus atlet, masih banyak program Pertina yang harus diurusi, " ujarnya bernada jengkel.
Sebenarnya, lanjut Sahat, pihak Pertina Jatim sudah berjuang maksimal untuk bisa meloloskan banyak petinjunya ke PON XVIII/2012. Namun, untuk meloloskan atlet ke PON butuh proses panjang karena proses kualifikasi tinju tidak sama dengan cabang olahraga (cabor) lain. Di cabor tinju, digelar sebanyak tiga kali pra kualifikasi. Yakni, kejurnas di Mataram, Papua, dan Padang.
Saat Kejurnas di Mataram, petinju Jatim gagal total karena tidak mendapatkan tiket PON. Sedangkan di Kejurnas Papua, Jatim meloloskan satu dari empat petinju yang diterjunkan. Yaitu, Timotius yang turun di kelas berat ringan. Tiga petinju lainnya, tidak lolos karena kalah di babak penyisihan. "Ukuran lolos PON minimal harus masuk semifinal di setiap Kejurnas itu, di Papua kita dapat satu, " ucapnya.
Sebenarnya, lanjut Sahat, kesempatan meloloskan lebih banyak petinju di PON masih terbukan karena ada satu lagi ajang Kejurnas Tinju di Padang yang dijadikan kualifikasi PON. Namun saat itu, Pertina justru tidak mengirim petinjunya. ''Kita minta support di Padang tidak digubris. Ya sudah kita tidak jadi memberangkatkan petinju ke Padang. Padahal, masih ada peluang bagi petinju kita lolos ke PON, " ujarnya.
Kegagalan mendapatkan medali emas di Papua memang membuat KONI Jatim kecewa. Tanpa ampun KONI Jatim langsung mendegradasi tinju dari Puslatda sekaligus tidak mengalokasikan anggaran lagi jika Pertina Jatim ingin memberangkatkan tiga petinjunya yang gagal di Papua ke kejurnas terakhir di Padang. "Begitu gagal di Papua, kita langsung divonis gagal. Padahal pertempuran sebenarnya ada di Riau nanti. " sindirnya.
Bukan hanya itu, Sahat juga geram dengan keputusan KONI Jatim yang hanya mematok target satu emas di cabor tinju. "KONI cuma memberi target 1 emas, ya sudah. Kita ikuti irama KONI saja, padahal masih ada peluang lain," ucap Sahat yang optimistis Timotius masih bisa meraih medali emas di PON Riau nanti.
Ketua Pertina Jatim, Sahat Tua Simanjuntak, menegaskan jika pihaknya sudah lepas tangan setelah cabor tinju terdegradasi dari program Jatim 100 poyeksi PON XVIII/Riau, "Sekarang sudah menjadi tanggung jawab KONI Jatim. Kita tidak ikut-kutan lagi. Jadi, lihat saja nanti, bagaimana hasilnya nanti, " sindir pria yang mempersembahkan satu medali emas di PON XVII/2008 lalu itu.
Sikap cuek Pertina itu dipicu keputusan KONI Jatim yang mendegradasi tinju dari program Puslatda Jatim 100. Meski terdegradasi, sebenarnya masih ada satu petinju Jatim yang akan diberangkatkan ke PON, yaitu Timotius. Saat ini, peraih medali emas PON Kaltim itu berada dalam program Binsus (pembinaan khusus) di bawah kendali KONI Jatim setelah dicoret dari Puslatda. "Jadi kita sudah tidak ikut-ikut, " tandasnya.
Dijelaskan Sahat, dengan tidak dilibatkannya Pengprov Pertina dalam persiapan menunju PON Jatim, membuatnya lebih ringan karena bisa fokus kepada pembinaan petinju lainnya. "Biar KONI Jatim juga ikut merasakan susahnya mengurus atlet, masih banyak program Pertina yang harus diurusi, " ujarnya bernada jengkel.
Sebenarnya, lanjut Sahat, pihak Pertina Jatim sudah berjuang maksimal untuk bisa meloloskan banyak petinjunya ke PON XVIII/2012. Namun, untuk meloloskan atlet ke PON butuh proses panjang karena proses kualifikasi tinju tidak sama dengan cabang olahraga (cabor) lain. Di cabor tinju, digelar sebanyak tiga kali pra kualifikasi. Yakni, kejurnas di Mataram, Papua, dan Padang.
Saat Kejurnas di Mataram, petinju Jatim gagal total karena tidak mendapatkan tiket PON. Sedangkan di Kejurnas Papua, Jatim meloloskan satu dari empat petinju yang diterjunkan. Yaitu, Timotius yang turun di kelas berat ringan. Tiga petinju lainnya, tidak lolos karena kalah di babak penyisihan. "Ukuran lolos PON minimal harus masuk semifinal di setiap Kejurnas itu, di Papua kita dapat satu, " ucapnya.
Sebenarnya, lanjut Sahat, kesempatan meloloskan lebih banyak petinju di PON masih terbukan karena ada satu lagi ajang Kejurnas Tinju di Padang yang dijadikan kualifikasi PON. Namun saat itu, Pertina justru tidak mengirim petinjunya. ''Kita minta support di Padang tidak digubris. Ya sudah kita tidak jadi memberangkatkan petinju ke Padang. Padahal, masih ada peluang bagi petinju kita lolos ke PON, " ujarnya.
Kegagalan mendapatkan medali emas di Papua memang membuat KONI Jatim kecewa. Tanpa ampun KONI Jatim langsung mendegradasi tinju dari Puslatda sekaligus tidak mengalokasikan anggaran lagi jika Pertina Jatim ingin memberangkatkan tiga petinjunya yang gagal di Papua ke kejurnas terakhir di Padang. "Begitu gagal di Papua, kita langsung divonis gagal. Padahal pertempuran sebenarnya ada di Riau nanti. " sindirnya.
Bukan hanya itu, Sahat juga geram dengan keputusan KONI Jatim yang hanya mematok target satu emas di cabor tinju. "KONI cuma memberi target 1 emas, ya sudah. Kita ikuti irama KONI saja, padahal masih ada peluang lain," ucap Sahat yang optimistis Timotius masih bisa meraih medali emas di PON Riau nanti.
()