Dana konsorsium macet, klub IPL menjerit
A
A
A
Sindonews.com - Persema Malang dan sejumlah klub Indonesian Premier League (IPL) kemungkinan bakal semakin terjepit dengan kondisi finansial yang belakangan mulai seret. Belum cairnya dana dari konsorsium, sejauh ini belum ada solusi sama sekali.
Tidak ada kepastian kapan tunggakan klub seperti yang dialami Persema Malang bakal selesai. Sebab, Konsorsium yang menanggung hidup sejumlah klub pun mulai gontai dan terlambat mengucurkan biaya operasional. Klub benar-benar dalam kondisi terhimpit secara finansial.
Pentolan IPL Arifin Panigoro yang sempat menyaksikan langsung pertandingan Persema Malang kontra Persebaya Surabaya pun tak memberi jawaban memuaskan. Ia justru mengisyaratkan klub-klub agar mencari sponsor untuk menambal kebutuhan yang terlambat dipenuhi konsorsium.
Jawaban Arifin Panigoro itu seakan meruntuhkan harapan klub untuk secepatnya mendapatkan pencairan dana operasional. Persema misalnya, harus mati-matian menanggung biaya operasional klub dan bahkan harus menunggak gaji dan bonus pemain, sekaligus sewa Stadion Gajayana.
''Jelasnya kami hanya bisa menunggu pencairan dari konsorsium. Tidak selamanya kami bisa menalangi kebutuhan tim karena jumlahnya memang besar. Sedangkan untuk mencari sponsor juga tidak semudah itu, karena kami sudah berupaya mencari sponsor sejak awal kompetisi,” ungkap CEO Persema Didied Poernawan.
Klub seperti Persema Malang memang tidak mempunyai pilihan lain kecuali menunggu dana dari konsorsium. Perolehan dari sponsor maupun tiket penonton sama sekali tidak menutup kebutuhan tim yang kini masih menunggak puluhan juta karena belum terbayar sejak Maret lalu.
Di beberapa kebutuhan, manajemen sempat merelakan dana pribadi dipinjamkan untuk menutup kebutuhan tim. Namun itu hanya kebutuhan yang sifatnya kecil dan tidak termasuk gaji maupun bonus pemain. Didied juga mengakui manajemen tidak mempunyai daya untuk menekan konsorsium.
''Mungkin pemain atau elemen tim yang lain memandang negatif kepada manajemen. Kenyataannya kami sudah melakukan berbagai upaya, termasuk memakai dana pribadi. Kami tidak bisa menutup mata dan tahu persis bahwa ini akan berimbas langsung kepada motivasi pemain,” lanjutnya.
Didied juga menyadari Persema bukanlah sebuah tim besar dengan basis supporter yang memadai untuk receipt gate atau pendapatan tiket. ''Kalau mencari sponsor, apalagi di tengah musim seperti ini, rasanya sangat sulit sekali. Kami mohon pengertian dari konsorsium,” tandasnya.
Saat berada di Malang, Arifin Panigoro juga membeberkan situasi ini tak hanya dihadapi Persema Malang, namun juga klub-klub IPL lainnya. Walaupun tak semua menghadapi kondisi serupa karena tiap klub mempunyai kemampuan finansial dan sumber dana yang berbeda.
Sementara, menurut sumber di Persema, tak hanya pemain saja yang mulai gelisah, namun juga Pelatih Slave Radovski. Arsitek tim asal Makedonia tersebut sudah mulai tidak betah di Persema karena kondisi finansial yang berpengaruh pada motivasi bertanding timnya.
''Slave mulai terganggu konsentrasinya dalam menangani tim karena persoalan ini. Ia merasa perjuangan di lapangan tidak sepadan dengan apa yang seharusnya menjadi hak tim. Ia juga merasa tugasnya semakin berat karena persoalan finansial sama sekali bukan wewenangnya dan tak ada yang bisa dia lakukan untuk pemain,” ucap sumber tersebut
Tidak ada kepastian kapan tunggakan klub seperti yang dialami Persema Malang bakal selesai. Sebab, Konsorsium yang menanggung hidup sejumlah klub pun mulai gontai dan terlambat mengucurkan biaya operasional. Klub benar-benar dalam kondisi terhimpit secara finansial.
Pentolan IPL Arifin Panigoro yang sempat menyaksikan langsung pertandingan Persema Malang kontra Persebaya Surabaya pun tak memberi jawaban memuaskan. Ia justru mengisyaratkan klub-klub agar mencari sponsor untuk menambal kebutuhan yang terlambat dipenuhi konsorsium.
Jawaban Arifin Panigoro itu seakan meruntuhkan harapan klub untuk secepatnya mendapatkan pencairan dana operasional. Persema misalnya, harus mati-matian menanggung biaya operasional klub dan bahkan harus menunggak gaji dan bonus pemain, sekaligus sewa Stadion Gajayana.
''Jelasnya kami hanya bisa menunggu pencairan dari konsorsium. Tidak selamanya kami bisa menalangi kebutuhan tim karena jumlahnya memang besar. Sedangkan untuk mencari sponsor juga tidak semudah itu, karena kami sudah berupaya mencari sponsor sejak awal kompetisi,” ungkap CEO Persema Didied Poernawan.
Klub seperti Persema Malang memang tidak mempunyai pilihan lain kecuali menunggu dana dari konsorsium. Perolehan dari sponsor maupun tiket penonton sama sekali tidak menutup kebutuhan tim yang kini masih menunggak puluhan juta karena belum terbayar sejak Maret lalu.
Di beberapa kebutuhan, manajemen sempat merelakan dana pribadi dipinjamkan untuk menutup kebutuhan tim. Namun itu hanya kebutuhan yang sifatnya kecil dan tidak termasuk gaji maupun bonus pemain. Didied juga mengakui manajemen tidak mempunyai daya untuk menekan konsorsium.
''Mungkin pemain atau elemen tim yang lain memandang negatif kepada manajemen. Kenyataannya kami sudah melakukan berbagai upaya, termasuk memakai dana pribadi. Kami tidak bisa menutup mata dan tahu persis bahwa ini akan berimbas langsung kepada motivasi pemain,” lanjutnya.
Didied juga menyadari Persema bukanlah sebuah tim besar dengan basis supporter yang memadai untuk receipt gate atau pendapatan tiket. ''Kalau mencari sponsor, apalagi di tengah musim seperti ini, rasanya sangat sulit sekali. Kami mohon pengertian dari konsorsium,” tandasnya.
Saat berada di Malang, Arifin Panigoro juga membeberkan situasi ini tak hanya dihadapi Persema Malang, namun juga klub-klub IPL lainnya. Walaupun tak semua menghadapi kondisi serupa karena tiap klub mempunyai kemampuan finansial dan sumber dana yang berbeda.
Sementara, menurut sumber di Persema, tak hanya pemain saja yang mulai gelisah, namun juga Pelatih Slave Radovski. Arsitek tim asal Makedonia tersebut sudah mulai tidak betah di Persema karena kondisi finansial yang berpengaruh pada motivasi bertanding timnya.
''Slave mulai terganggu konsentrasinya dalam menangani tim karena persoalan ini. Ia merasa perjuangan di lapangan tidak sepadan dengan apa yang seharusnya menjadi hak tim. Ia juga merasa tugasnya semakin berat karena persoalan finansial sama sekali bukan wewenangnya dan tak ada yang bisa dia lakukan untuk pemain,” ucap sumber tersebut
()