Bonus satu emas Jatim Rp 150 juta
A
A
A
Sindonews.com - Perang bonus dinyalakan Jawa Timur menjelang berlangsungnya Pekan Olahraga Nasional (PON) XVIII/Riau, September mendatang. Sebagai pemegang gelar juara umum PON, Jatim siap menguyur bonus sebesar Rp 150 juta bagi setiap atlet peraih medali emas di ajang multieven empat tahunan itu.
Dibandingakan PON sebelumnya, nilai bonus medeli emas Jatim termasuk meningkat. Sebab, peraih emas di PON XVII/2008 Kaltim hanya diberikan bonus sebesar Rp 100 juta.
"Kami sudah menetapkan untuk peraih medali emas PON, kita berikan uang pembinaan sebesar Rp 150 juta, termasuk juga kita berikan kepada peraih perak atau perunggu meski nilainya tidak sama,"ujar Ketua Umum KONI Jawa Timur, Erlangga Satriagung, Kamis (27/4).
Tak cukup dengan Rp 150 juta, kantong para peraih medali emas juga masih bertambah. Sebab, KONI Jatim juga masih memberikan tambahan. Salah satunya adalah "bonus mentas" sebesar Rp 10 juta yang akan diberikan setelah atlet selesai bertanding. ''Untuk peraih medali emas, kita juga berikan bonus langsung setelah selesai bertanding, tidak perlu menunggu pulang." tandas Erlangga,
Selain bonus perorangan, guyuran bonus masih akan diberikan kepada
masing-masing kontingan cabang olahraga (cabor) yang sukses melakukan
sapu bersih dan memenuhi target perolehan medali emas.
Hanya saja, Erlangga masih enggan membeberkan besaran bonus sapu bersih dan
pemenuhan target yang hendak diberikan. ''Pokoknya ada bonus, untuk cabor yang bisa sapu bersih emas dan yang melebihi target. Pembagiannya kita serahkan kepada masing-masing cabor untuk mengatur, ” ujarnya.
Berbagai macam jenis bonus ini, diharapkan Erlangga bisa memacu semangat atlet Jatim untuk mempertahankan medali emas. "Tugas kita tidak mudah untuk bisa mempertahankan gelar juara umum. Ini sudah menjadi rahasia umum, jika bonus memang menjadi salah satu faktor pendorong semangat atlet. Mudah-mudahan para atlet bisa memberikan yang terbaik untuk Jatim, "pintanya.
Disinggung soal bonus Jatim apakah tidak terlalu kecil dibandingkan dengan provinsi lainnya, seperti Jawa Barat yang menjanjikan satu unit rumah dan uang Rp 100 juta bagi peraih emas, Erlangga membantahnya, "Rumah harganya berapa, tidak sampai Rp 100 juta. Jika kita total, bonus yang diterima atlet Jatim lebih besar. Apalagi setiap bulan sebelum berlangsung PON, mereka juga mendapatkan uang pembinaan muapun uang gizi selama di Puslatda, " tandasnya.
Namun Erlangga mengatakan jika besarnya nilai bonus bukan segala-galanya dalam dunia olahraga. "Bonus hanya faktor nonteknis sebegai pemicu semangat. Yang terpenting adalah persiapan teknis dan Jawa Timur sudah siap tampil di PON dengan berbagai program yang sudah dilakukan dan yang akan dilakukan menjelang PON digelar, " ujar ketua REI Jatim ini.
Untuk mempertahankan gelar juara umum, lanjut Erlangga, Jatim menargetkan bisa mendulang sebanyak 132 emas. Artinya, jika target itu tercapai maka KONI Jatim menghabiskan dana sebesar Rp 2 miliar. Itu belum nilai bonus perak, perunggu dan emas untuk beregu yang nilainya dipastikan lebih besar dari emas perorangan. "Sudah kita kalkulasi, anggaran sudah disiapkan, " ujar Erlangga yang mengaku tidak bisa merinci nilai bonus.
Selaing mengelontor bonus, persiapan non teknis lain juga dilakukan KONI Jawa Timur. Salah satunya melibatkan program Neoro Leangue Program (NPL). Program ini diharapkan bisa meningkatkan konsentrasi atlet saat tampil di PON XVIII/Riau.
"Nanti pelatih dan manager juga ikut program ini. Kita harapkan mereka tak terganggu lagi dengan persoalan di luar pertandingan, baik keluarga, sekolah dan masalah lainnya,” terangnya.
Setelah mengikuti program NLP yang rencananya dimulai pada Mei mendatang, para atlet juga akan didampingi psikolog sampai digelarnya PON. Untuk pendampingan ini KONI Jawa Timur telah bekerjasama dengan Universitas Negeri Surabaya (Unesa). "Ada 20 psikolog mereka akan muter ke cabor-cabor untuk pendampingan. Ini salah satu cara untuk mengatasi persaingan nonteknis,” pungkasnya.
Dibandingakan PON sebelumnya, nilai bonus medeli emas Jatim termasuk meningkat. Sebab, peraih emas di PON XVII/2008 Kaltim hanya diberikan bonus sebesar Rp 100 juta.
"Kami sudah menetapkan untuk peraih medali emas PON, kita berikan uang pembinaan sebesar Rp 150 juta, termasuk juga kita berikan kepada peraih perak atau perunggu meski nilainya tidak sama,"ujar Ketua Umum KONI Jawa Timur, Erlangga Satriagung, Kamis (27/4).
Tak cukup dengan Rp 150 juta, kantong para peraih medali emas juga masih bertambah. Sebab, KONI Jatim juga masih memberikan tambahan. Salah satunya adalah "bonus mentas" sebesar Rp 10 juta yang akan diberikan setelah atlet selesai bertanding. ''Untuk peraih medali emas, kita juga berikan bonus langsung setelah selesai bertanding, tidak perlu menunggu pulang." tandas Erlangga,
Selain bonus perorangan, guyuran bonus masih akan diberikan kepada
masing-masing kontingan cabang olahraga (cabor) yang sukses melakukan
sapu bersih dan memenuhi target perolehan medali emas.
Hanya saja, Erlangga masih enggan membeberkan besaran bonus sapu bersih dan
pemenuhan target yang hendak diberikan. ''Pokoknya ada bonus, untuk cabor yang bisa sapu bersih emas dan yang melebihi target. Pembagiannya kita serahkan kepada masing-masing cabor untuk mengatur, ” ujarnya.
Berbagai macam jenis bonus ini, diharapkan Erlangga bisa memacu semangat atlet Jatim untuk mempertahankan medali emas. "Tugas kita tidak mudah untuk bisa mempertahankan gelar juara umum. Ini sudah menjadi rahasia umum, jika bonus memang menjadi salah satu faktor pendorong semangat atlet. Mudah-mudahan para atlet bisa memberikan yang terbaik untuk Jatim, "pintanya.
Disinggung soal bonus Jatim apakah tidak terlalu kecil dibandingkan dengan provinsi lainnya, seperti Jawa Barat yang menjanjikan satu unit rumah dan uang Rp 100 juta bagi peraih emas, Erlangga membantahnya, "Rumah harganya berapa, tidak sampai Rp 100 juta. Jika kita total, bonus yang diterima atlet Jatim lebih besar. Apalagi setiap bulan sebelum berlangsung PON, mereka juga mendapatkan uang pembinaan muapun uang gizi selama di Puslatda, " tandasnya.
Namun Erlangga mengatakan jika besarnya nilai bonus bukan segala-galanya dalam dunia olahraga. "Bonus hanya faktor nonteknis sebegai pemicu semangat. Yang terpenting adalah persiapan teknis dan Jawa Timur sudah siap tampil di PON dengan berbagai program yang sudah dilakukan dan yang akan dilakukan menjelang PON digelar, " ujar ketua REI Jatim ini.
Untuk mempertahankan gelar juara umum, lanjut Erlangga, Jatim menargetkan bisa mendulang sebanyak 132 emas. Artinya, jika target itu tercapai maka KONI Jatim menghabiskan dana sebesar Rp 2 miliar. Itu belum nilai bonus perak, perunggu dan emas untuk beregu yang nilainya dipastikan lebih besar dari emas perorangan. "Sudah kita kalkulasi, anggaran sudah disiapkan, " ujar Erlangga yang mengaku tidak bisa merinci nilai bonus.
Selaing mengelontor bonus, persiapan non teknis lain juga dilakukan KONI Jawa Timur. Salah satunya melibatkan program Neoro Leangue Program (NPL). Program ini diharapkan bisa meningkatkan konsentrasi atlet saat tampil di PON XVIII/Riau.
"Nanti pelatih dan manager juga ikut program ini. Kita harapkan mereka tak terganggu lagi dengan persoalan di luar pertandingan, baik keluarga, sekolah dan masalah lainnya,” terangnya.
Setelah mengikuti program NLP yang rencananya dimulai pada Mei mendatang, para atlet juga akan didampingi psikolog sampai digelarnya PON. Untuk pendampingan ini KONI Jawa Timur telah bekerjasama dengan Universitas Negeri Surabaya (Unesa). "Ada 20 psikolog mereka akan muter ke cabor-cabor untuk pendampingan. Ini salah satu cara untuk mengatasi persaingan nonteknis,” pungkasnya.
()