Jatim upayakan Ika Yuliana ke PON

Jum'at, 11 Mei 2012 - 07:41 WIB
Jatim upayakan Ika Yuliana ke PON
Jatim upayakan Ika Yuliana ke PON
A A A
Sindonews.com - Peluang Ika Yuliana bisa tampil di Pekan Olahraga Nasional (PON) XVIII/Riau, September, ternyata belum tertutup. Meski namanya tidak tercantum dalam tim Puslatda, namun KONI Jatim masih berusaha agar atlet panahan pemegang tiket Olimpiade 2012 tetap bisa tampil di ajang multieven empat tahunan itu.

Ketua Umum KONI Jatim Erlangga mengatakan masih mencari jalan keluar bagi pemanah asal Bojonegoro itu masuk dalam kontingen Jatim di Riau nanti. "Melihat prestasinya memang cukup meyakinkan. Kita masih mencari jalan keluar untuk mengatasi masalah panahan ini. Jadi, masih ada peluang untuk tetap ikut jika memang atlet bersangkutan ingin tampil di PON dan mengikuti aturan yang diberlakukan KONI, " ujarnya.

Tidak tercantumnya nama Ika Yuliana dan dua atlet panahan Bojonegoro lainnya, Erwina Safitri serta Aditya Jati memang cukup disesalkan sejumlah pihak. Maklum ketiganya merupakan pendulang emas di SEA Games 2011 lalu. Bahkan, Ika menjadi satu-satunya atlet panahan yang lolos dalam Olimpiade di London, akhir tahun nanti. Belum lama ini, Ika sendiri mengatakan masih ingin tampil di PON membela Jatim.

Disinyalir, ketiga atlet ini menjadi korban persetruan antara pengurus Pengrpov Perpani Jatim dengan Pengcab Perpani Bojonegoro. Sudah bukan rahasia lagi, jika dua kubu memang sering bersebrangan. Namun fakta di lapangan membuktikan, jika di SEA Games 2011 lalu, atlet binaan Bojonegoro mendominasi perolehan medali emas bagi kontingen panahan Indonesia. "Saya minta semua pihak tensinya turun dulu. Kita harus mementingkan yang terbaik untuk Jawa Timur di PON nanti, " pinta Erlangga.

Ditambahkan Ketua Bidang Pembinaan Prestasi KONI Jatim Irmantara, ketiga pemanah asal Bojonegoro, sudah mendapatkan wild card dari PB Perpani. Artinya nama mereka sudah lolos dalam PON XVIII nanti, "Yang harus ditegaskan apakah Jatim mendapat kuota 18 atau 18 plus tiga tambahan wild card. Kalau memang diluar kuota 18 yang sudah kita dapat sekarang, maka tambahan tiga akan menambah kekuatan Jatim, " ucapnya.

Terpisah Sekum Pengprov Perpani Jatim, Denny Trisyanto menolak jika pihaknya disalahkan terkait tidak masuknya nama ketiga pemanah peraih emas Sea Games 2011 itu. ''Sebelum menyalahkan Pengprov, seharusnya melihat permasalahan secara jernih kenapa tiga pemanah itu tidak masuk dalam puslatda. Jadi, Pengprov tidak asal disalahkan begitu saja,” katanya.

Tim panahan Jatim sendiri, lanjut Denny, berjumlah 18 atlet. Mereka dianggap layak menghuni Puslatda karena mendapat tiket ke PON setelah lolos dari Pra PON di Jakarta awal Desember lalu. Sedangkan tiga pemanah asal Bojonegoro, Ika, Erwina dan Adit tidak ikut ambil bagian. Karena dijanjikan PB Perpani mendapat tiket Wild Card ke PON.

''Seharusnya tanya dulu kepada Kabid Binpres PB Perpani, Nyoman apakah dia sudah menanyakan ke PB soal anak didiknya yang dijanjikan mendapat wild card. Kalau dia diam, maka saya tidak akan mempersoalkan,” ujarnya.

Pernyataan Denny sebenarnya sudah terjawab dari keterangan Irmantara Subagya yang mengatakan jika Jatim sudah mendapatkan tiga wild card. Sekedar diketahui, tiga pemanah itu merupakan anak didik Nyoman, karena berasal dari Bojonegoro. Nyoman sendiri saat juga menjabat Ketua Umum Pengcab Perpani Bojonegoro.

Ditegaskan Denny, 18 pemanah yang mendapat tiket ke PON Riau, tidak mungkin posisinya diganti oleh pemanah yang tidak pernah mengikuti Pra PON. Selain itu, mereka sudah menandatangani MoU dengan Pengprov Perpani Jatim. Di mana dalam MoU yang ditandatangani Ketua Umum Pengprov Perpani Jatim, Andi Darussalam itu berisi beberapa hal yang menyangkut kesejahteraan atlet.

Sebaliknya, Ika, Erwina dan Aditya tidak mengembalikan surat perjanjian itu. Ketiganya sudah menerima surat perjanjian, namun sampai sekarang belum dikembalikan ke Pengprov. ''Katanya atlet sudah diberikan ke Pengcab. Katanya, mereka perlu mempelajari isinya. Masak mempelajari isinya dua bulan tidak cukup,” ungkapnya.

Bukan itu saja, ketiga pemanah itu dituding Denny tidak punya keinginan menjalani Puslatda di Surabaya. Sebelumnya Denny masih bisa memahami jika ketiga pemanah berlatih di Bojonegoro, lantaran Puslatda digelar desentralisasi.

''Mulai Januari 2012, kita sudah menerapkan Puslatda sentralisasi. Sampai sekarang ketiga pemanah tidak pernah berlatih di Surabaya. Nah, kalau tiba-tiba ketiganya diikutkan ke PON, ini bisa mengganggu konsentrasi pemanah yang lain,” katanya.
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7778 seconds (0.1#10.140)