Persijap emoh terjerat degradasi

Selasa, 15 Mei 2012 - 00:39 WIB
Persijap emoh terjerat...
Persijap emoh terjerat degradasi
A A A
Sindonews.com - Hampir setiap musim, Persijap Jepara selalu dihadapkan pada kondisi sulit. Prestasi jeblok yang dialami Laskar Kalinyamat (julukan Persijap) bukan kali ini saja terjadi.

Musim lalu, Persijap bahkan harus berjuang ekstrakeras untuk lolos dari jeratan degradasi. Persijap akhirnya lolos dari degradasi setelah di akhir kompetisi menempati peringkat 14 dari 15 kontestan Indonesia Super League (ISL).

Bontang FC yang berada di posisi paling buncit yang terkena degradasi. Akan tetapi, perjuangan keras Persijap seperti tidak ada artinya. Sebab, di akhir kompetisi PSSI mengubah regulasi. Bontang FC yang seharusnya turun kasta, dapat kembali bertarung di kompetisi Level I.

Saat ini, Persijap kembali berjuang menghindari kejaran degradasi. Terlepas apa pun regulasi di akhir kompetisi, tentu para pendukung Persijap tidak menginginkan tim kesayangannya bertahan di Indonesian Premier Legue (IPL) karena bantuan pihak lain. Suporter berharap Persijap bertahan karena prestasi dan bukan sekadar bonus regulasi.

”Kami masih memiliki semangat untuk mengejar ketertinggalan. Meskipun pertandingan akan semakin berat, namun kami harus tetap optimistis. Kompetisi belum selesai dan Persijap masih mempunyai kesempatan untuk memperbaiki diri,” kata Adjie Darmana, CEO Persijap.

Sejak lolos ke ISL pada 2008 lalu, Persijap memang lebih banyak menghabiskan waktunya untuk menjauh dari zona merah daripada bersaing di papan tengah maupun lingkaran lima besar tim teratas. Dari 18 klub mengikuti ISL musim pertama, Persijap mengakhiri kompetisi di peringkat 10 klasemen.

Ketika itu anggaran klub mencapai Rp 15,4 miliar (Rp 9,4 miliar dari APBD). Di kancah Piala Indonesia, Persijap justru mencatatkan prestasi terbaiknya. Laskar Kalinyamat mencuri perhatian sepak bola nasional dengan menembus empat besar di kompetisi yang saat itu bertitel Copa Indonesia.

Pada musim kedua ISL, yakni 2009/2010, Persijap memperbaiki posisi di ISL dengan mengakhiri kompetisi di peringkat Sembilan. Ketika itu, anggaran yang mengucur ke manajemen Persijap sebesar Rp13,3 miliar. Jauh jika dibandingkan dengan klub-klub lain yang rata-rata memiliki anggaran Rp17 hingga Rp25 miliar.

Musim 2010/2011, prestasi tim surut, karena mengakhiri persaingan di peringkat 14 dari 15 tim peserta ISL. Pada musim 2011/2012 sekarang ini, klub tak lagi mendapat suntikan dana dari APBD. Manajemen memutuskan bekerja sama dengan konsorsium dari PSSI yang akhirnya terjalin hubungan Persijap dengan bekas klub Liga Primer Indonesia (LPI), yakni Bogor Raya.

Keberadaan konsorsium tidak sepenuhnya bisa menjadi jawaban. Beberapa waktu lalu, gaji pemain telat dibayarkan. Situasi ini kemudian dikaitkan dengan jebloknya prestasi di lapangan.

”Kami terus berusaha memberikan yang terbaik. Begitu juga hak-hak pemain. Manajemen berharap para pemain tetap bersemangat menghadapi pertandingan berikutnya,” imbuh Ajdie.
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6752 seconds (0.1#10.140)