Krisis finansial, Persebaya balik kandang lama
A
A
A
Sindonews.com - Krisis finansial Persebaya tampaknya semakin parah. Buktinya, akibat kekurangan dana, manajemen terpaksa tidak akan memakai Stadion Gelora Bung Tomo. Termasuk saat menghadapi laga derby Jatim dalam lanjutan Indonesian Premier League (IPL) Minggu (27/5) mendatang.
Selain laga melawan Persibo Bojonegoro, manajemen Persebaya juga memastikan tidak akan berlaga di Stadion Bung Tomo, dalam leg kedua menghadapi PSLS Lhokseumawe di ajang Piala Indonesia, Rabu (23/5). Sebagai gantinya, dua laga itu Persebaya akan menggunakan stadion lama, Gelora 10 November, Surabaya. ''Untuk dua laga ke depan untuk sementara kita kembali ke Tambaksari,"ujar Manajer Persebaya, Saleh Hanifah.
Alasan utama Persebaya balik ke kandang lama, lanjut Saleh, karena kondisi keuangan Persebaya masih menipis. "Salah satu faktornya, memang pengeluaran lebih besar jika kita menggelar pertandingan di Stadion Gelora Bung Tomo. Keuntungannya yang kita dapat tidak sepadan dengan biaya-biaya yang harus dikeluarkan,"ujar pengusaha peralatan olahraga ini.
Memang jika Persebaya menggunaka Stadion Gelora Bung Tomo harus mengeluarkan dana berlipat. Sewa stadion misalanya mencapai kisaran Rp 40 juta sampai Rp 50 juta. Sedangkan di Gelora 10 November Tambaksari, sewa stadion hanya sebesar Rp 10 juta. Untuk pertandingan malam hari, juga hanya bertambah sewa lampu sebesar Rp 5 juta.
Selain biaya sewa lebih besar, pajak yang ditunggung Persebaya juga lebih besar. Seperti pajak 15 persen dari pendapatan kotor, fee tiket 3 persen yang harus disetorkan ke Dispora sebagai penggelola."Biaya operasional lebih besar, kita membutuhkan tenaga panpel lebih banyak termasuk juga personel keamanan,"jelas Media Relation Persebaya, Ram Surahman.
Keputusan balik ke kandang lama memang cukup mengherankan. Apalagi daya tampung Stadion Gelora Bung Tomo yang lebih besar dibandingkan Gelora 10 November. Padahal, diprediksi penonton akan membludak saat laga melawan Persibo, "Tetap tidak sebanding dengan pengeluaran, biaya operasional paling terasa,"ucapnya.
Selain laga melawan Persibo Bojonegoro, manajemen Persebaya juga memastikan tidak akan berlaga di Stadion Bung Tomo, dalam leg kedua menghadapi PSLS Lhokseumawe di ajang Piala Indonesia, Rabu (23/5). Sebagai gantinya, dua laga itu Persebaya akan menggunakan stadion lama, Gelora 10 November, Surabaya. ''Untuk dua laga ke depan untuk sementara kita kembali ke Tambaksari,"ujar Manajer Persebaya, Saleh Hanifah.
Alasan utama Persebaya balik ke kandang lama, lanjut Saleh, karena kondisi keuangan Persebaya masih menipis. "Salah satu faktornya, memang pengeluaran lebih besar jika kita menggelar pertandingan di Stadion Gelora Bung Tomo. Keuntungannya yang kita dapat tidak sepadan dengan biaya-biaya yang harus dikeluarkan,"ujar pengusaha peralatan olahraga ini.
Memang jika Persebaya menggunaka Stadion Gelora Bung Tomo harus mengeluarkan dana berlipat. Sewa stadion misalanya mencapai kisaran Rp 40 juta sampai Rp 50 juta. Sedangkan di Gelora 10 November Tambaksari, sewa stadion hanya sebesar Rp 10 juta. Untuk pertandingan malam hari, juga hanya bertambah sewa lampu sebesar Rp 5 juta.
Selain biaya sewa lebih besar, pajak yang ditunggung Persebaya juga lebih besar. Seperti pajak 15 persen dari pendapatan kotor, fee tiket 3 persen yang harus disetorkan ke Dispora sebagai penggelola."Biaya operasional lebih besar, kita membutuhkan tenaga panpel lebih banyak termasuk juga personel keamanan,"jelas Media Relation Persebaya, Ram Surahman.
Keputusan balik ke kandang lama memang cukup mengherankan. Apalagi daya tampung Stadion Gelora Bung Tomo yang lebih besar dibandingkan Gelora 10 November. Padahal, diprediksi penonton akan membludak saat laga melawan Persibo, "Tetap tidak sebanding dengan pengeluaran, biaya operasional paling terasa,"ucapnya.
()