Gawat, pemain Portugal temperamental
A
A
A
Sindonews.com - Kontrol emosi menjadi hal yang wajib dikuasai seluruh pemain Portugal selama mengikuti Euro 2012. Mereka tidak boleh lagi hilang kendali ketika berada di lapangan seperti yang pernah terjadi di sejumlah kompetisi.
Kewajiban Seleccao das Quinas—julukan Portugal—menjaga emosi terasa penting mengingat mereka kerap tersingkir akibat hal tersebut. Apalagi, mereka tergabung di grup neraka. Portugal harus bersaing dengan Belanda selaku finalis Piala Dunia 2010, Jerman yang tiga kali juara Eropa, serta tim kuda hitam Denmark. Konsentrasi penuh diperlukan untuk menghadapi ketiga lawan itu.
Armada Paulo Bento memang terkenal temperamen. Para pemainnya cenderung berbuat kasar atau bertindak bodoh ketika bertanding sehingga akhirnya merugikan diri sendiri. Itu terus terjadi di beberapa turnamen internasional belakangan ini.
Euro 2000, misalnya. Saat itu Portugal jadi perbincangan karena masuk semifinal untuk pertama kali sejak Piala Eropa 1984. Mereka akan menghadapi Prancis untuk merebut tiket final perdana di internasional.
Kansnya cukup terbuka karena Portugal unggul lebih dulu lewat Nuno Gomes. Sayang, situasi itu tidak bertahan lama lantaran Thierry Henry menyamakan kedudukan. Puncaknya adalah penalti Zinedine Zidane saat perpanjangan waktu yang membuat Prancis balik memimpin 2-1.Tidak hanya itu, laga tersebut bahkan menjadi kisruh akibat protes Portugal terhadap wasit Gunter Benko.
Sejumlah pemain Portugal,termasuk Gomes,terus mengerumuni Benko dan hakim garis.Mereka mempertanyakan dasar pemberian penalti kepada Prancis. Portugal tidak bisa mengendalikan diri,sampai Benko terpaksa mengusir Gomes. Setelah hukuman itu, Paulo Bento mencoba merebut kartu merah dari tangan Benko. Akibat insiden itu,beberapa pemain menerima skorsing. Abel Xavier tidak boleh membela timnas selama enam bulan. Sementara Bento terkena penalti lima bulan.
Gomes sendiri dijerat vonis tujuh bulan.“Dalam tensi tinggi,Anda cenderung melakukan kesalahan,”ucap Bento,dikutip Sports Illustrated. Piala Dunia 2002 juga bisa jadi contoh, tepatnya saat laga terakhir Grup D kontra Korea Selatan.Penyerang Joao Pinto lepas kendali dan memukul perut wasit Angel Sanchez setelah menerima kartu merah akibat tekel keras pada menit ke-27.
Absennya Pinto berdampak pada jalannya pertandingan.Seleccao das Qunias akhirnya kalah 0-1 dan batal melangkah ke babak gugur.Sementara Pinto diskorsing enam bulan. Peristiwa serupa turut terjadi di Piala Dunia 2006.Dua pemain Portugal diusir wasit saat mengalahkan Belanda 1-0 di babak 16 Besar.Sementara tujuh pemain Portugal lainnya menerima kartu kuning.“Portugal bukanlah tim kasar.
Tapi, terkadang kami digambarkan sebagai tim yang tidak disiplin,” ujar Luiz Felipe Scolari,pelatih Portugal saat itu. Uniknya,ketidakmampuan Portugal menjaga emosi turut tercermin pada perilaku pelatih.Scolari, misalnya. Dia pernah dihukum dua bulan dari UEFA setelah memukul bek Ivica Dragutinovic saat menghadapi Serbia di Kualifikasi Euro 2008. Kasus Bento lain lagi.Setelah menjabat pelatih,dia berseteru dengan Jose Bosingwa dan Ricardo Carvalho.
Kewajiban Seleccao das Quinas—julukan Portugal—menjaga emosi terasa penting mengingat mereka kerap tersingkir akibat hal tersebut. Apalagi, mereka tergabung di grup neraka. Portugal harus bersaing dengan Belanda selaku finalis Piala Dunia 2010, Jerman yang tiga kali juara Eropa, serta tim kuda hitam Denmark. Konsentrasi penuh diperlukan untuk menghadapi ketiga lawan itu.
Armada Paulo Bento memang terkenal temperamen. Para pemainnya cenderung berbuat kasar atau bertindak bodoh ketika bertanding sehingga akhirnya merugikan diri sendiri. Itu terus terjadi di beberapa turnamen internasional belakangan ini.
Euro 2000, misalnya. Saat itu Portugal jadi perbincangan karena masuk semifinal untuk pertama kali sejak Piala Eropa 1984. Mereka akan menghadapi Prancis untuk merebut tiket final perdana di internasional.
Kansnya cukup terbuka karena Portugal unggul lebih dulu lewat Nuno Gomes. Sayang, situasi itu tidak bertahan lama lantaran Thierry Henry menyamakan kedudukan. Puncaknya adalah penalti Zinedine Zidane saat perpanjangan waktu yang membuat Prancis balik memimpin 2-1.Tidak hanya itu, laga tersebut bahkan menjadi kisruh akibat protes Portugal terhadap wasit Gunter Benko.
Sejumlah pemain Portugal,termasuk Gomes,terus mengerumuni Benko dan hakim garis.Mereka mempertanyakan dasar pemberian penalti kepada Prancis. Portugal tidak bisa mengendalikan diri,sampai Benko terpaksa mengusir Gomes. Setelah hukuman itu, Paulo Bento mencoba merebut kartu merah dari tangan Benko. Akibat insiden itu,beberapa pemain menerima skorsing. Abel Xavier tidak boleh membela timnas selama enam bulan. Sementara Bento terkena penalti lima bulan.
Gomes sendiri dijerat vonis tujuh bulan.“Dalam tensi tinggi,Anda cenderung melakukan kesalahan,”ucap Bento,dikutip Sports Illustrated. Piala Dunia 2002 juga bisa jadi contoh, tepatnya saat laga terakhir Grup D kontra Korea Selatan.Penyerang Joao Pinto lepas kendali dan memukul perut wasit Angel Sanchez setelah menerima kartu merah akibat tekel keras pada menit ke-27.
Absennya Pinto berdampak pada jalannya pertandingan.Seleccao das Qunias akhirnya kalah 0-1 dan batal melangkah ke babak gugur.Sementara Pinto diskorsing enam bulan. Peristiwa serupa turut terjadi di Piala Dunia 2006.Dua pemain Portugal diusir wasit saat mengalahkan Belanda 1-0 di babak 16 Besar.Sementara tujuh pemain Portugal lainnya menerima kartu kuning.“Portugal bukanlah tim kasar.
Tapi, terkadang kami digambarkan sebagai tim yang tidak disiplin,” ujar Luiz Felipe Scolari,pelatih Portugal saat itu. Uniknya,ketidakmampuan Portugal menjaga emosi turut tercermin pada perilaku pelatih.Scolari, misalnya. Dia pernah dihukum dua bulan dari UEFA setelah memukul bek Ivica Dragutinovic saat menghadapi Serbia di Kualifikasi Euro 2008. Kasus Bento lain lagi.Setelah menjabat pelatih,dia berseteru dengan Jose Bosingwa dan Ricardo Carvalho.
()