Arema bantah merger dengan Pelita
A
A
A
Sindonews.com - Kendati mendapatkan reaksi negatif dari suporter Aremania, ‘merger’ antara Arema FC versi Indonesia Super League (ISL) dengan Pelita Jaya tetap berjalan. Senin (24/9) sore, dilakukan penandatanganan antara pihak Arema ISL dan Pelita Jaya.
Namun, tidak ada istilah ‘merger’ dalam kesepakatan itu, karena manajemen Arema lebih suka memakai kata kerja sama. Penandatanganan kerja sama dilakukan di Hotel Savana, Malang, Arema ISL diwakili Presiden Kehormatan Rendra Kresna, Direktur Utama Ruddy Widodo, serta Iwan Budianto. Pelita Jaya diwakili Vice President Pelita Cronous Hilmi Rahman.
Ruddy Widodo menegaskan kerja sama dengan Pelita Jaya bukan penyatuan klub. ''Tidak ada merger, yang ada hanya kerja sama antara kedua klub dalam berbagai aspek,” cetusnya.
Kerja sama itu nantinya meliputi ticketing, aspek bisnis, merchandise, sponsorship, hingga kepelatihan dan pembinaan usia dini. Dia menegaskan Arema dan Pelita Jaya bakal berjalan sendiri-sendiri sebagai klub independen. Tidak ada penyatuan klub, perubahan nama, hingga peleburan tim seperti yang berkembang beberapa hari terakhir. Tahap pertama kerja sama bakal berlangsung tiga bulan.
Kabar adanya merger antara Arema FC dengan Pelita Jaya sempat menggelisahkan Aremania, suporter fanatik Arema. Mereka khawatir merger itu akan mengikis sisi sejarah Arema, walaupun kandang Arema tetap di Stadion Kanjuruhan kendati ada merger.
Ahmad Senoaji, 25, Aremania asal Singosari, mengatakan merger jelas akan menghilangkan sebagian sisi sejarah Singo Edan. Dengan peleburan dua klub menjadi satu, dirinya khawatir Arema FC bakal tercemar keasliannya sebagai klub yang lehir dan besar di Malang.
''Saya rasa itu bukan sebuah solusi terbaik, karena Arema harus tetap berdiri sendiri tanpa digabung dengan klub lain. Kalau pun ada kerjasama, saya pribadi berharap tidak ada perubahan apa-apa di Arema. Ini klubnya arek Malang dan akan tetap seperti itu,” ujar Ahmad.
Walaupun Arema terus mengalami krisis setelah ditinggal PT Bentoel Prima, dirinya yakin klub bisa menghidupi dirinya dari sponsor. ''Kalau merger sama halnya ‘menjual diri’. Lebih baik maksimalkan potensi yang ada, karena Arema terbukti bisa survive hingga kini,” tambahnya.
Sementara, Presiden Kehormatan Arema ISL Rendra Kresna menyebut tidak ada yang dirugikan dalam kerja sama ini, terutama Aremania. Dia malah mengklaim kerja sama akan memajukan kedua klub, karena selama ini mempunyai kelemahan dan kelebihan yang berbeda.
Arema menjadi klub kaya supporter yang memadati stadion setiap musimnya, namun selalu krisis keuangan. Sedangkan Pelita jaya sebaliknya, tidak banyak mempunyai pendukung, tapi keuangan tetap lancar dan bahkan bisa membeli pemain bintang dan mengontrak pelatih sekelas Rahmad Darmawan.
''Di situlah intinya. Arema dan Pelita Jaya mempunyai kelemahan dan kelebihan masing-masing. Jika kami bekerjasama secara sinergis menyelesaikan persoalan-persoalan di klub, saya yakin Arema dan Pelita akan menjadi klub lebih baik,” terang rendra.
Bupati Malang ini menampik ada latar belakang politis dalam kerja sama Arema-Peliya Jaya. Dia meyakinkan Aremania bahwa kerja sama murni dalam koridor olahraga, yakni mengurai permasalahan-permasalahan yang dihadapi klub Indonesia selama ini. ''Bukan politik, murni olahraga,” tegasnya.
Selain Pelita Jaya yang identik dengan Bakrie Grup, Arema ISL selama ini juga kental dengan perusahaan milik keluarga Bakrie itu. Dalam sejarahnya, Bakrie selalu memberikan uluran tangan kepada Arema dan itu berlaku hingga sekarang.
Namun, tidak ada istilah ‘merger’ dalam kesepakatan itu, karena manajemen Arema lebih suka memakai kata kerja sama. Penandatanganan kerja sama dilakukan di Hotel Savana, Malang, Arema ISL diwakili Presiden Kehormatan Rendra Kresna, Direktur Utama Ruddy Widodo, serta Iwan Budianto. Pelita Jaya diwakili Vice President Pelita Cronous Hilmi Rahman.
Ruddy Widodo menegaskan kerja sama dengan Pelita Jaya bukan penyatuan klub. ''Tidak ada merger, yang ada hanya kerja sama antara kedua klub dalam berbagai aspek,” cetusnya.
Kerja sama itu nantinya meliputi ticketing, aspek bisnis, merchandise, sponsorship, hingga kepelatihan dan pembinaan usia dini. Dia menegaskan Arema dan Pelita Jaya bakal berjalan sendiri-sendiri sebagai klub independen. Tidak ada penyatuan klub, perubahan nama, hingga peleburan tim seperti yang berkembang beberapa hari terakhir. Tahap pertama kerja sama bakal berlangsung tiga bulan.
Kabar adanya merger antara Arema FC dengan Pelita Jaya sempat menggelisahkan Aremania, suporter fanatik Arema. Mereka khawatir merger itu akan mengikis sisi sejarah Arema, walaupun kandang Arema tetap di Stadion Kanjuruhan kendati ada merger.
Ahmad Senoaji, 25, Aremania asal Singosari, mengatakan merger jelas akan menghilangkan sebagian sisi sejarah Singo Edan. Dengan peleburan dua klub menjadi satu, dirinya khawatir Arema FC bakal tercemar keasliannya sebagai klub yang lehir dan besar di Malang.
''Saya rasa itu bukan sebuah solusi terbaik, karena Arema harus tetap berdiri sendiri tanpa digabung dengan klub lain. Kalau pun ada kerjasama, saya pribadi berharap tidak ada perubahan apa-apa di Arema. Ini klubnya arek Malang dan akan tetap seperti itu,” ujar Ahmad.
Walaupun Arema terus mengalami krisis setelah ditinggal PT Bentoel Prima, dirinya yakin klub bisa menghidupi dirinya dari sponsor. ''Kalau merger sama halnya ‘menjual diri’. Lebih baik maksimalkan potensi yang ada, karena Arema terbukti bisa survive hingga kini,” tambahnya.
Sementara, Presiden Kehormatan Arema ISL Rendra Kresna menyebut tidak ada yang dirugikan dalam kerja sama ini, terutama Aremania. Dia malah mengklaim kerja sama akan memajukan kedua klub, karena selama ini mempunyai kelemahan dan kelebihan yang berbeda.
Arema menjadi klub kaya supporter yang memadati stadion setiap musimnya, namun selalu krisis keuangan. Sedangkan Pelita jaya sebaliknya, tidak banyak mempunyai pendukung, tapi keuangan tetap lancar dan bahkan bisa membeli pemain bintang dan mengontrak pelatih sekelas Rahmad Darmawan.
''Di situlah intinya. Arema dan Pelita Jaya mempunyai kelemahan dan kelebihan masing-masing. Jika kami bekerjasama secara sinergis menyelesaikan persoalan-persoalan di klub, saya yakin Arema dan Pelita akan menjadi klub lebih baik,” terang rendra.
Bupati Malang ini menampik ada latar belakang politis dalam kerja sama Arema-Peliya Jaya. Dia meyakinkan Aremania bahwa kerja sama murni dalam koridor olahraga, yakni mengurai permasalahan-permasalahan yang dihadapi klub Indonesia selama ini. ''Bukan politik, murni olahraga,” tegasnya.
Selain Pelita Jaya yang identik dengan Bakrie Grup, Arema ISL selama ini juga kental dengan perusahaan milik keluarga Bakrie itu. Dalam sejarahnya, Bakrie selalu memberikan uluran tangan kepada Arema dan itu berlaku hingga sekarang.
(aww)