Ujian kesabaran Aremania
A
A
A
Sindonews.com - Tanda-tanda adanya merger atau penyatuan tim antara Arema FC versi Indonesia Super League (ISL) dengan Pelita Jaya menjadi ujian baru bagi Aremania, suporter fanatik Arema. Untuk kedua kalinya dalam musim ini mereka dihadapkan pada kenyataan pahit.
Semusim lalu, Aremania harus menerima kenyataan tim Arema FC terpecah menjadi dua. Sekarang, rencana merger dengan Pelita Jaya menjadi tamparan keras kedua kalinya bagi Aremania. Bagi suporter yang pernah meraih predikat suporter terbaik ini, langkah itu sangat merugikan.
Aremania sangat takut sisi sejarah Arema FC bakal tergerus atau hilang sama sekali karena proses merger. Sebagian Aremania berkeyakinan penyatuan Arema-Pelita akan menjadikan klub yang berkandang di Stadion Kanjuruhan itu tercemar keasliannya.
Ironisnya, tanda-tanda merger muncul ketika Aremania baru saja menentukan pilihannya ke Stadion Kanjuruhan dibanding Stadion Gajayana (Arema IPL). Supporter memadati Stadion Kanjuruhan itu sebagai bentuk pengakuan bahwa Arema ISL adalah klub pujaan mereka yang sah.
Nyatanya, mereka kembali menemukan ujian fanatisme yang tidak ringan. “Lebih baik Arema tetap kekurangan dana daripada melebur dengan Pelita. Kami ingin Arema utuh yang mempunyai sejarah panjang. Percuma saja bertabur bintang dan bergelimang uang tapi menjadi tim lain,” cetus Fahmi Andriawan, 30, Aremania asal Pakis, Malang.
Aremania menerima kenyataan bahwa dalam perjalanan sejarah klub selama ini tidak lepas dari campur tangan Bakrie. Namun jika campur tangan itu kemudian berbentuk mengubah jati diri Singo Edan, ini yang masih sulit diterima Aremania.
Kegelisahan Aremania bukan hanya di dunia nyata. Di dunia maya pun penentangan merger sangat jelas terasa. “Solo, Karawang, terus mau Malang? AREMA NGGAK BISA DIBELI. Walaupun kami tdk sekaya pelita, tp harga diri kami sangat tinggi”, begitu salah satu sikap Bagus Wicaksono, yang dilontarkan di akun twitter @AremaAremania.
Kendati begitu, suara positif terkait rencana merger Arema-Pelita juga tidak jarang. Namun mereka yang setuju merger masih memberi embel-embel syarat, di antaranya nama dan home base tidak mengalami perubahan. Supporter yang setuju merger rata-rata lebih melihat masa depan finansial Arema yang menjadi lebih mapan.
''Arema hanya akan berprestasi jika finansial memadai. Saya rasa masuknya Bakrie dengan membawa Pelita akan memberikan jaminan dari sisi finansial. Asalkan kandang tetap di Malang dan nama tidak berubah, menurut saya tidak masalah,” tukas Eko Wibowo, Aremania Sawojajar.
Pengamat sepak bola nasional asal Malang, Suyitno, berujar sikap khawatir yang dirasakan Aremania sangat wajar. Sebab sepanjang sejarahnya, supporter telah mati-matian menjaga agar Arema tetap menjadi klub kebanggaan Malang yang mewakili karakter khas Kota Apel.
“Kekhawatiran itu justru memang harus muncul, karena Aremania juga merasa memiliki Arema. Manajemen sendiri harusnya tidak menutup-nutupi jika memang ada rencana merger. Menutupi rencana itu bisa berefek negatif, karena Aremania akhirnya merasa dibohongi,” ucap Suyitno.
Menurutnya merger adalah hal biasa dalam sepak bola, bahkan di sepak bola Eropa sekalipun. Hanya saja ketika bersentuhan dengan suporter, maka perlu adanya komunikasi secara gamblang agar pendukung fanatik tidak merasa terkhianati.
Semusim lalu, Aremania harus menerima kenyataan tim Arema FC terpecah menjadi dua. Sekarang, rencana merger dengan Pelita Jaya menjadi tamparan keras kedua kalinya bagi Aremania. Bagi suporter yang pernah meraih predikat suporter terbaik ini, langkah itu sangat merugikan.
Aremania sangat takut sisi sejarah Arema FC bakal tergerus atau hilang sama sekali karena proses merger. Sebagian Aremania berkeyakinan penyatuan Arema-Pelita akan menjadikan klub yang berkandang di Stadion Kanjuruhan itu tercemar keasliannya.
Ironisnya, tanda-tanda merger muncul ketika Aremania baru saja menentukan pilihannya ke Stadion Kanjuruhan dibanding Stadion Gajayana (Arema IPL). Supporter memadati Stadion Kanjuruhan itu sebagai bentuk pengakuan bahwa Arema ISL adalah klub pujaan mereka yang sah.
Nyatanya, mereka kembali menemukan ujian fanatisme yang tidak ringan. “Lebih baik Arema tetap kekurangan dana daripada melebur dengan Pelita. Kami ingin Arema utuh yang mempunyai sejarah panjang. Percuma saja bertabur bintang dan bergelimang uang tapi menjadi tim lain,” cetus Fahmi Andriawan, 30, Aremania asal Pakis, Malang.
Aremania menerima kenyataan bahwa dalam perjalanan sejarah klub selama ini tidak lepas dari campur tangan Bakrie. Namun jika campur tangan itu kemudian berbentuk mengubah jati diri Singo Edan, ini yang masih sulit diterima Aremania.
Kegelisahan Aremania bukan hanya di dunia nyata. Di dunia maya pun penentangan merger sangat jelas terasa. “Solo, Karawang, terus mau Malang? AREMA NGGAK BISA DIBELI. Walaupun kami tdk sekaya pelita, tp harga diri kami sangat tinggi”, begitu salah satu sikap Bagus Wicaksono, yang dilontarkan di akun twitter @AremaAremania.
Kendati begitu, suara positif terkait rencana merger Arema-Pelita juga tidak jarang. Namun mereka yang setuju merger masih memberi embel-embel syarat, di antaranya nama dan home base tidak mengalami perubahan. Supporter yang setuju merger rata-rata lebih melihat masa depan finansial Arema yang menjadi lebih mapan.
''Arema hanya akan berprestasi jika finansial memadai. Saya rasa masuknya Bakrie dengan membawa Pelita akan memberikan jaminan dari sisi finansial. Asalkan kandang tetap di Malang dan nama tidak berubah, menurut saya tidak masalah,” tukas Eko Wibowo, Aremania Sawojajar.
Pengamat sepak bola nasional asal Malang, Suyitno, berujar sikap khawatir yang dirasakan Aremania sangat wajar. Sebab sepanjang sejarahnya, supporter telah mati-matian menjaga agar Arema tetap menjadi klub kebanggaan Malang yang mewakili karakter khas Kota Apel.
“Kekhawatiran itu justru memang harus muncul, karena Aremania juga merasa memiliki Arema. Manajemen sendiri harusnya tidak menutup-nutupi jika memang ada rencana merger. Menutupi rencana itu bisa berefek negatif, karena Aremania akhirnya merasa dibohongi,” ucap Suyitno.
Menurutnya merger adalah hal biasa dalam sepak bola, bahkan di sepak bola Eropa sekalipun. Hanya saja ketika bersentuhan dengan suporter, maka perlu adanya komunikasi secara gamblang agar pendukung fanatik tidak merasa terkhianati.
(aww)