Ironi para loyalis
A
A
A
Sindonews.com — Situasi klub yang memprihatinkan musim lalu, membawa konsekuensi logis pada para pemain. Hampir semua pemain harus mengawali musim dengan status sama, tanpa memandang sejauh mana perjuangan mereka sebelumnya.
Pemain yang telah bertahun-tahun loyal pada klub, tak beda dengan pemain yang baru bergabung. Ironisnya, mereka juga harus mengikuti seleksi dan nyaris tidak ada keistimewaan yang diperoleh walau telah memberikan keringat dan airmatanya untuk klub.
Di klub-klub Jawa Timur (Jatim), sebagian besar mempunyai pemain loyal yang berpotensi menjadi legenda klub. Mereka telah memutuskan untuk menjadi loyalis walau di sekitarnya sudah banyak rekan setim yang memilih gabung klub lain.
Kebanyakan pemain yang loyal adalah mereka yang memang fanatik dengan klubnya dan mengawali karir di sana. Tetapi ada pula pemain yang bukan asli didikan klub, tapi sudah kadung kerasan dan betah berada di klub yang sama dengan berbagai alasan.
Alasan paling banyak adalah kerasan di kota kelahiran serta faktor keluarga. Salah satu pemain loyal adalah Mat Halil yang tetap memilih bertahan di Persebaya Surabaya walau sejak dulu sebenarnya kesempatan untuk bergabung dengan klub lain cukup besar.
Dengan alasan sudah kerasan di Surabaya dan bisa dekat dengan kelouarga, Mat Halil memutuskan bakal pensiun di Persebaya. Dia menjadi pemain paling awet di tim kebanggaan Bonek. Siapa saja pemain di Jawa Timur yang loyal kepada klubnya?
-Khoirul Huda (Persela Lamongan)
Huda adalah pemain yang paling lama bertahan di Persela Lamongan. Sempat mengalami pasang surut sebagai penjaga jala Laskar Joko Tingkir, dia masih tetap menjadi pilihan utama. Tawaran dari klub lain yang lebih besar tak membuat pemain berusia 33 tahun ini luntur loyalitas.
Khoirul Huda layak dianggap sebagai legenda sejati Persela karena sudah memperkuat klub sejak merangkak dari kompetisi Divisi Dua. Sayangnya, perjalanan Huda musim ini cukup terjal. Kelanjutan kontraknya bersama Persela penuh liku karena negosiasi yang alot.
Dia meminta manajemen melunasi kekurangan gaji musim lalu dan itu pun masih sulit untuk dipenuhi. Namun Huda tetap profesional dengan mengikuti persiapan tim Persela.
-Aries Tuansyah (Persibo Bojonegoro)
Pemain berposisi bek dan pernah menyandang ban kapten Persibo ini menjadi salah satu pemain aling loyal di Bojonegoro. Terpaan krisis finansial musim lalu tak menyurutkan niat pemain berusia 28 tahun tersebut untuk berganti klub.
Ketika rekan-rekan di sekitarnya memburu tantangan di tim yang lebih besar, pemilik nama lengkap Akhmad Aries Tuansyah bergeming dan tetap melanjutkan karirnya di Laskar Angling Dharma.
Sayang penghargaan untuk loyalitasnya sangat minim. Seukuran pemain yang telah membela Persibo di tiga era, Divisi I, Divisi Utama, serta ISL dan IPL, Aries masih dianggap bukan siapa-siapa. Dia belum mendapatkan jaminan kontrak baru dan hingga kini berstatus bebas transfer. Kendati begitu, Aries sudah mantap untuk tetap berkostum oranye musim depan.
-Mat Halil (Persebaya Surabaya)
Siapa yang tidak kenal dengan Mat Halil? Walau belum pensiun dari menendang bola, dia sudah layak diberi predikat legenda Bajul Ijo. Bagaimana tidak, sejak junior hingga usia 33 tahun dan mendekati pensiun, dia betah berada di Gelora 10 November. Banyak yang mengatakan dia pemain yang tak memiliki nyali untuk berlaga di klub lain.
Namun bukan itu yang menjadi pemikiran Halil. Kecintaan terhadap klub menjadi alasan utama dia tidak bergeser ke kota lain. Seperti loyalis lainnya, kontrak Halil di Persebaya juga belum menemui kepastian.
Walau disebut-sebut sebagai prioritas, namun hingga kini belum ada klausul kontrak yang disodorkan kepadanya. Situasi di manajemen Persebaya yang kurang bagus membuat dia harus berstatus sama dengan pemain baru.
-Sukasto Efendi & M Kamri (Persema Malang)
Kiper Sukasto Efendi dan gelandang M Kamri adalah dua pemain seangkatan ketika masuk ke Persema pada 2004. Mereka adalah dua pemain asli Malang yang sebelumnya merantau ke Bali di awal karir sebagai pesepakbola.
Sukasto membela Persekaba Badung, sedangkan Kamri membela Perseden Denpasar. Direkrut di musim yang sama oleh Persema, keduanya meneruskan karir di Stadion Gajayana hingga sekarang. Ironisnya, musim ini mereka harus menerima terminasi kontrak dan masa depannya di Gajayana masih simpang siur.
Padahhal mereka adalah pemain paling lama yang berada di tim Bledeg Biru. Krisis finansial di Persema semusim terakhir membuat keduanya harus menunggu kepastian kontrak dari manajemen dan status loyalis sama sekali tak berguna.
-Bima Sakti (Persema Malang)
Bima Sakti sebenarnya bukan pemain asli didikan Persema dan baru enam tahun berada di Stadion Gajayana. Namun durasi waktu segitu sudah cukup dipandang loyal di sepakbola Indonesia. Kendati begitu, Bima harusnya pantas diberi apresiasi karena hingga kini permainannya masih stabil.
Setia berada di Persema dengan alasan keluarga, status Bima juga belum pasti musim depan. Sebagai pemain senior yang menjadi tutor bagi pemain-pemain muda, Bima tidak mendapatkan prioritas terutama dalam hal kontrak. Manajemen bertekad mempertahankan pemain kelahiran Kalimantan Timur ini, walau sama sekali belum ada upaya untuk duduk satu meja
Pemain yang telah bertahun-tahun loyal pada klub, tak beda dengan pemain yang baru bergabung. Ironisnya, mereka juga harus mengikuti seleksi dan nyaris tidak ada keistimewaan yang diperoleh walau telah memberikan keringat dan airmatanya untuk klub.
Di klub-klub Jawa Timur (Jatim), sebagian besar mempunyai pemain loyal yang berpotensi menjadi legenda klub. Mereka telah memutuskan untuk menjadi loyalis walau di sekitarnya sudah banyak rekan setim yang memilih gabung klub lain.
Kebanyakan pemain yang loyal adalah mereka yang memang fanatik dengan klubnya dan mengawali karir di sana. Tetapi ada pula pemain yang bukan asli didikan klub, tapi sudah kadung kerasan dan betah berada di klub yang sama dengan berbagai alasan.
Alasan paling banyak adalah kerasan di kota kelahiran serta faktor keluarga. Salah satu pemain loyal adalah Mat Halil yang tetap memilih bertahan di Persebaya Surabaya walau sejak dulu sebenarnya kesempatan untuk bergabung dengan klub lain cukup besar.
Dengan alasan sudah kerasan di Surabaya dan bisa dekat dengan kelouarga, Mat Halil memutuskan bakal pensiun di Persebaya. Dia menjadi pemain paling awet di tim kebanggaan Bonek. Siapa saja pemain di Jawa Timur yang loyal kepada klubnya?
-Khoirul Huda (Persela Lamongan)
Huda adalah pemain yang paling lama bertahan di Persela Lamongan. Sempat mengalami pasang surut sebagai penjaga jala Laskar Joko Tingkir, dia masih tetap menjadi pilihan utama. Tawaran dari klub lain yang lebih besar tak membuat pemain berusia 33 tahun ini luntur loyalitas.
Khoirul Huda layak dianggap sebagai legenda sejati Persela karena sudah memperkuat klub sejak merangkak dari kompetisi Divisi Dua. Sayangnya, perjalanan Huda musim ini cukup terjal. Kelanjutan kontraknya bersama Persela penuh liku karena negosiasi yang alot.
Dia meminta manajemen melunasi kekurangan gaji musim lalu dan itu pun masih sulit untuk dipenuhi. Namun Huda tetap profesional dengan mengikuti persiapan tim Persela.
-Aries Tuansyah (Persibo Bojonegoro)
Pemain berposisi bek dan pernah menyandang ban kapten Persibo ini menjadi salah satu pemain aling loyal di Bojonegoro. Terpaan krisis finansial musim lalu tak menyurutkan niat pemain berusia 28 tahun tersebut untuk berganti klub.
Ketika rekan-rekan di sekitarnya memburu tantangan di tim yang lebih besar, pemilik nama lengkap Akhmad Aries Tuansyah bergeming dan tetap melanjutkan karirnya di Laskar Angling Dharma.
Sayang penghargaan untuk loyalitasnya sangat minim. Seukuran pemain yang telah membela Persibo di tiga era, Divisi I, Divisi Utama, serta ISL dan IPL, Aries masih dianggap bukan siapa-siapa. Dia belum mendapatkan jaminan kontrak baru dan hingga kini berstatus bebas transfer. Kendati begitu, Aries sudah mantap untuk tetap berkostum oranye musim depan.
-Mat Halil (Persebaya Surabaya)
Siapa yang tidak kenal dengan Mat Halil? Walau belum pensiun dari menendang bola, dia sudah layak diberi predikat legenda Bajul Ijo. Bagaimana tidak, sejak junior hingga usia 33 tahun dan mendekati pensiun, dia betah berada di Gelora 10 November. Banyak yang mengatakan dia pemain yang tak memiliki nyali untuk berlaga di klub lain.
Namun bukan itu yang menjadi pemikiran Halil. Kecintaan terhadap klub menjadi alasan utama dia tidak bergeser ke kota lain. Seperti loyalis lainnya, kontrak Halil di Persebaya juga belum menemui kepastian.
Walau disebut-sebut sebagai prioritas, namun hingga kini belum ada klausul kontrak yang disodorkan kepadanya. Situasi di manajemen Persebaya yang kurang bagus membuat dia harus berstatus sama dengan pemain baru.
-Sukasto Efendi & M Kamri (Persema Malang)
Kiper Sukasto Efendi dan gelandang M Kamri adalah dua pemain seangkatan ketika masuk ke Persema pada 2004. Mereka adalah dua pemain asli Malang yang sebelumnya merantau ke Bali di awal karir sebagai pesepakbola.
Sukasto membela Persekaba Badung, sedangkan Kamri membela Perseden Denpasar. Direkrut di musim yang sama oleh Persema, keduanya meneruskan karir di Stadion Gajayana hingga sekarang. Ironisnya, musim ini mereka harus menerima terminasi kontrak dan masa depannya di Gajayana masih simpang siur.
Padahhal mereka adalah pemain paling lama yang berada di tim Bledeg Biru. Krisis finansial di Persema semusim terakhir membuat keduanya harus menunggu kepastian kontrak dari manajemen dan status loyalis sama sekali tak berguna.
-Bima Sakti (Persema Malang)
Bima Sakti sebenarnya bukan pemain asli didikan Persema dan baru enam tahun berada di Stadion Gajayana. Namun durasi waktu segitu sudah cukup dipandang loyal di sepakbola Indonesia. Kendati begitu, Bima harusnya pantas diberi apresiasi karena hingga kini permainannya masih stabil.
Setia berada di Persema dengan alasan keluarga, status Bima juga belum pasti musim depan. Sebagai pemain senior yang menjadi tutor bagi pemain-pemain muda, Bima tidak mendapatkan prioritas terutama dalam hal kontrak. Manajemen bertekad mempertahankan pemain kelahiran Kalimantan Timur ini, walau sama sekali belum ada upaya untuk duduk satu meja
(wbs)