El Loco menguntungkan Persegres
A
A
A
Sindonews.com - Persegres Gresik mempunyai alasan kuat memburu tandatangan Christian 'El Loco' Gonzales. Striker tim nasional (timnas) hasil naturalisasi itu dipandang bakal mendatangkan keuntungan, baik dari aspek teknis di lapangan maupun di luar lapangan.
Khusus di lapangan, El Loco memiliki kualitas yang dibutuhkan pelatih Suharno. Apalagi dia memiliki kualitas seorang pemain asing walau statusnya pemain lokal. Kendati tidak muda lagi, pihak Persegres menganggap El Loco masih layak ditempatkan di jajaran striker teratas liga Indonesia.
Apalagi Laskar Joko Samudro telah memiliki mantan top scorer Indonesia Super League (ISL) Aldo Baretto. Duat El Loco-Baretto diperkirakan bisa menjadi duet terbaik di kompetisi musim depan. Itulah alasan teknis yang melatari kengototan Persegres mendatangkan striker yang musim lalu memperkuat Persisam Samarinda.
"Sedangkan alasan dari luar lapangan adalah daya tarik supporter. Kami yakin keberadaan El Loco bakal meningkatkan jumlah supporter yang datang ke Stadion Tri Dharma. El Loco memiliki daya tarik tersendiri dan akan meningkatkan daya tawar Persegres," ungkap Thoriq Majiddanor, Manajer Persegres Gresik.
Selama ini, diakui Jiddan, fanatisme supporter Ultra tidak bisa dibantah lagi dan dipastikan tetap all out walau tanpa El Loco. Namun dengan keberadaan pemain bintang di klub, tentu akan memberikan harapan tersendiri dari sisi prestasi tim, sekaligus daya tarik bagi publik sepakbola Kota Pudak.
Manajemen Persegres sendiri menginginkan sebuah kebangkitan persepakbolaan Gresik secara menyeluruh. Artinya tidak hanya perbaikan kualitas tim, tapi juga kebangkitan gairah publik Gresik terhadap sepakbola seperti satu dasawarsa silam di era Petrokimia Putra.
Jika supporter Ultras kembali memadati stadion, maka Persegres bisa berharap pada pemasukan tiket dan menjadi daya tawar bagi sponsor. Manajemen sendiri berambisi mengoptimalkan pendapatan dari tiket, tentunya berharap stadion bisa terisi dengan stabil. Berkaca dari laga ujicoba kontra Arema FC dua pekan silam yang dipadati belasan ribu supporter, tampaknya ambisi itu bisa menjadi kenyataan.
"Jadi kami benar-benar perhitungan dalam transfer pemain, khususnya pemain yang memiliki harga kontrak tinggi. Tentunya juga harus disesuaikan dengan manfaat dia di tim sekaligus efek bagi supporter. Harga yang kami keluarkan harus sesuai dengan keuntungan yang kami dapat," tambahnya.
Hingga kini kepastian bergabungnya Christian Gonzales belum ada kabar terbaru. Namun melihat agresifitas manajemen Persegres, tampaknya masih ada peluang suami Eva Nurida Siregar itu bergabung ke Gresik. Apalagi El Loco juga tengah berstatus free transfer dan berminat 'pulang kampung' ke Jawa Timur.
Persoalan harga menjadi pembahasan paling rumit dalam negosiasi kedua belah pihak. Jika benar El Loco memutuskan ke Tri Dharma, maka dia bakal menjadi transfer termahal yang dilakukan Persegres sejak berjibaku di kompetisi level tertinggi Indonesia.
Hingga kini banderol tertinggi dipegang Aldo Baretto yang didatangkan dari Persiba Balikpapan dengan nilai kontrak Rp1,1 miliar per musim. Sedangkan Christian Gonzales masih tetap keukeuh di angka Rp1,3 miliar hingga Rp1,4 miliar per musim. Hanya saja nominal itu tanpa fasilitas rumah.
Khusus di lapangan, El Loco memiliki kualitas yang dibutuhkan pelatih Suharno. Apalagi dia memiliki kualitas seorang pemain asing walau statusnya pemain lokal. Kendati tidak muda lagi, pihak Persegres menganggap El Loco masih layak ditempatkan di jajaran striker teratas liga Indonesia.
Apalagi Laskar Joko Samudro telah memiliki mantan top scorer Indonesia Super League (ISL) Aldo Baretto. Duat El Loco-Baretto diperkirakan bisa menjadi duet terbaik di kompetisi musim depan. Itulah alasan teknis yang melatari kengototan Persegres mendatangkan striker yang musim lalu memperkuat Persisam Samarinda.
"Sedangkan alasan dari luar lapangan adalah daya tarik supporter. Kami yakin keberadaan El Loco bakal meningkatkan jumlah supporter yang datang ke Stadion Tri Dharma. El Loco memiliki daya tarik tersendiri dan akan meningkatkan daya tawar Persegres," ungkap Thoriq Majiddanor, Manajer Persegres Gresik.
Selama ini, diakui Jiddan, fanatisme supporter Ultra tidak bisa dibantah lagi dan dipastikan tetap all out walau tanpa El Loco. Namun dengan keberadaan pemain bintang di klub, tentu akan memberikan harapan tersendiri dari sisi prestasi tim, sekaligus daya tarik bagi publik sepakbola Kota Pudak.
Manajemen Persegres sendiri menginginkan sebuah kebangkitan persepakbolaan Gresik secara menyeluruh. Artinya tidak hanya perbaikan kualitas tim, tapi juga kebangkitan gairah publik Gresik terhadap sepakbola seperti satu dasawarsa silam di era Petrokimia Putra.
Jika supporter Ultras kembali memadati stadion, maka Persegres bisa berharap pada pemasukan tiket dan menjadi daya tawar bagi sponsor. Manajemen sendiri berambisi mengoptimalkan pendapatan dari tiket, tentunya berharap stadion bisa terisi dengan stabil. Berkaca dari laga ujicoba kontra Arema FC dua pekan silam yang dipadati belasan ribu supporter, tampaknya ambisi itu bisa menjadi kenyataan.
"Jadi kami benar-benar perhitungan dalam transfer pemain, khususnya pemain yang memiliki harga kontrak tinggi. Tentunya juga harus disesuaikan dengan manfaat dia di tim sekaligus efek bagi supporter. Harga yang kami keluarkan harus sesuai dengan keuntungan yang kami dapat," tambahnya.
Hingga kini kepastian bergabungnya Christian Gonzales belum ada kabar terbaru. Namun melihat agresifitas manajemen Persegres, tampaknya masih ada peluang suami Eva Nurida Siregar itu bergabung ke Gresik. Apalagi El Loco juga tengah berstatus free transfer dan berminat 'pulang kampung' ke Jawa Timur.
Persoalan harga menjadi pembahasan paling rumit dalam negosiasi kedua belah pihak. Jika benar El Loco memutuskan ke Tri Dharma, maka dia bakal menjadi transfer termahal yang dilakukan Persegres sejak berjibaku di kompetisi level tertinggi Indonesia.
Hingga kini banderol tertinggi dipegang Aldo Baretto yang didatangkan dari Persiba Balikpapan dengan nilai kontrak Rp1,1 miliar per musim. Sedangkan Christian Gonzales masih tetap keukeuh di angka Rp1,3 miliar hingga Rp1,4 miliar per musim. Hanya saja nominal itu tanpa fasilitas rumah.
(wbs)