Gusnul jadi tukang sulap?
A
A
A
Sindonews.com —Tugas sebagai pelatih Persibo Bojonegoro yang baru, bisa bermakna ganda bagi Gunsul Yakin. Dia bisa dikatakan ketiban untung karena mendapat kesempatan membawa tim berlaga di level Asia atau AFC Cup. Tapi di sisi lain, dia juga termasuk sangat tidak beruntung.
Apa sebab? Apalagi kalau bukan urusan finansial. Kecilnya modal Persibo untuk musim depan menuntut Gunsul Yakin menjadi seorang 'tukang sulap'. Dengan dana cekak dia dituntut menyulap pemain muda menjadi skuad yang kompetitif di berbagai kompetisi, termasuk AFC Cup dan Indonesian Premier League (IPL).
Sebuah pekerjaan yang sangat sulit mengingat Persibo saat ini bukan Persibo musim lalu. Setelah hampir semua kekuatan tereduksi dengan hengkangnya pemain-pemain bintang, sumber daya yang dimiliki Laskar Angling Dharma cukup membuat khawatir supporter Boromania.
Manajemen memastikan dana dari konsorsium hanya di kisaran Rp5 miliar. Sedangkan kebutuhan untuk semusim kompetisi diperkirakan di atas Rp12 miliar. Itu belum termasuk biaya untuk keperluan di Afc Cup. Jadi manajemen harus berupaya menambah dana yang sedemikian besar.
Mencari tambahan sekitar Rp6-7 miliar bukan perkara mudah dan belum pernah dilakukan klub ini sebelumnya. Persibo yang biasanya menggantungkan pendanaan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) belum pernah mendapatkan dana sebesar itu secara mandiri.
“Dana dari konsorsium memang sebesar itu (Rp5 miliar). Kami harus melakukan banyak cara untuk bisa memenuhi kekurangannya. Pastinya memang kurang jika hanya mengandalkan dana dari konsorsium. Kebutuhan kami perkirakan di atas Rp11-12 miliar untuk semusim,” ungkap Media Officer Persibo Imam Nur Cahyo.
Seperti ditulis media ini sebelumnya, Persibo sempat meminta bantuan Bupati Bojonegoro Suyoto untuk membantu penggalangan dana. Yakni menjadi mediator untuk mencari perusahaan-perusahaan di Bojonegoro yang bersedia membantu keuangan dalam bentuk sponsorship.
Jika tambahan dana yang diupayakan manajemen berhasil terpenuhi, maka bisa meringankan beban Gusnul Yakin. Tapi jika sebaliknya, maka tim Oranye bisa mengulangi musim lalu yang diterpa badai finansial di pertengahan musim. Ini cukup membahayakan mengingat Persibo membawa gengsi Indonesia di AFC Cup.
Modal awal Rp5 miliar mungkin cukup untuk membangun sebuah tim yang didominasi pemain muda. “Tapi kebutuhan kan tidak hanya membentuk tim. Tapi juga operasional, termasuk biaya pertandingan away. Pendanaan tim memang menjadi konsentrasi terbesar manajemen saat ini,” ungkap Imam.
Tekanan terbesar dari kondisi ini adalah dari supporter Boromania. Mereka bisa sangat kecewa dengan manajemen yang tidak bisa mempertahankan kekuatan seperti musim lalu, sekaligus memperbaiki kondisi finansial. Boromania sendiri sudah mulai resah dengan hengkangnya banyak pemain bintang, termasuk Samsul Arif yang pilih bergabung ke Persela Lamongan
Apa sebab? Apalagi kalau bukan urusan finansial. Kecilnya modal Persibo untuk musim depan menuntut Gunsul Yakin menjadi seorang 'tukang sulap'. Dengan dana cekak dia dituntut menyulap pemain muda menjadi skuad yang kompetitif di berbagai kompetisi, termasuk AFC Cup dan Indonesian Premier League (IPL).
Sebuah pekerjaan yang sangat sulit mengingat Persibo saat ini bukan Persibo musim lalu. Setelah hampir semua kekuatan tereduksi dengan hengkangnya pemain-pemain bintang, sumber daya yang dimiliki Laskar Angling Dharma cukup membuat khawatir supporter Boromania.
Manajemen memastikan dana dari konsorsium hanya di kisaran Rp5 miliar. Sedangkan kebutuhan untuk semusim kompetisi diperkirakan di atas Rp12 miliar. Itu belum termasuk biaya untuk keperluan di Afc Cup. Jadi manajemen harus berupaya menambah dana yang sedemikian besar.
Mencari tambahan sekitar Rp6-7 miliar bukan perkara mudah dan belum pernah dilakukan klub ini sebelumnya. Persibo yang biasanya menggantungkan pendanaan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) belum pernah mendapatkan dana sebesar itu secara mandiri.
“Dana dari konsorsium memang sebesar itu (Rp5 miliar). Kami harus melakukan banyak cara untuk bisa memenuhi kekurangannya. Pastinya memang kurang jika hanya mengandalkan dana dari konsorsium. Kebutuhan kami perkirakan di atas Rp11-12 miliar untuk semusim,” ungkap Media Officer Persibo Imam Nur Cahyo.
Seperti ditulis media ini sebelumnya, Persibo sempat meminta bantuan Bupati Bojonegoro Suyoto untuk membantu penggalangan dana. Yakni menjadi mediator untuk mencari perusahaan-perusahaan di Bojonegoro yang bersedia membantu keuangan dalam bentuk sponsorship.
Jika tambahan dana yang diupayakan manajemen berhasil terpenuhi, maka bisa meringankan beban Gusnul Yakin. Tapi jika sebaliknya, maka tim Oranye bisa mengulangi musim lalu yang diterpa badai finansial di pertengahan musim. Ini cukup membahayakan mengingat Persibo membawa gengsi Indonesia di AFC Cup.
Modal awal Rp5 miliar mungkin cukup untuk membangun sebuah tim yang didominasi pemain muda. “Tapi kebutuhan kan tidak hanya membentuk tim. Tapi juga operasional, termasuk biaya pertandingan away. Pendanaan tim memang menjadi konsentrasi terbesar manajemen saat ini,” ungkap Imam.
Tekanan terbesar dari kondisi ini adalah dari supporter Boromania. Mereka bisa sangat kecewa dengan manajemen yang tidak bisa mempertahankan kekuatan seperti musim lalu, sekaligus memperbaiki kondisi finansial. Boromania sendiri sudah mulai resah dengan hengkangnya banyak pemain bintang, termasuk Samsul Arif yang pilih bergabung ke Persela Lamongan
(wbs)