Bos QPR mulai cemas
A
A
A
Sindonews.com - Tony Fernandes menanti hari penghakiman.Dia cemas investasi besar yang ditanamnya di Queens Park Rangers (QPR) dibayang-bayangi kegagalan. Survei Sporting Intelligence mengungkapkan, pengusaha asal Malaysia itu 100% dicintai suporter QPR.
Fans klub London Barat itu senang melihat serangkaian aksinya mendatangkan pemainpemain berkelas.Suporter juga bahagia karena kehadiran Fernandes berarti berakhirnya masa suram kepemilikan Flavio Briatore dan Bernie Ecclestone. Masalahnya, suara fans dapat cepat berubah 180 derajat jika The Hoops— julukan QPR—terdegradasi musim ini.
Fernandes boleh menyulap AirAsia dari ambang kebangkrutan menjadi salah satu maskapai murah terbaik di dunia.Tapi,tidak adanya pengalaman di bisnis sepak bola membuatnya kesulitan mengulang kesuksesan serupa. Minimnya pengetahuan tersebut terlihat pada serangkaian kebijakannya.
Sejak menguasai klub pada Agustus tahun lalu,Fernandes membujuk Joey Barton,Luke Young,Armand Traore, Shaun Wright-Phillips,Anton Ferdinand, Nedum Onuoha,Djibril Cisse,Bobby Zamora,Ryan Nelsen,Andy Johnson, Robert Green,Samba Diakite,Park Jisung, Junior Hoilett,Jose Bosingwa,Julio Cesar,Esteban Granero,dan Stephane Mbia agar berlabuh di Loftus Road.
Namun,dia harus merogoh kocek dalam-dalam.Maklum,para pemain tersebut tidak mungkin mau datang kalau tidak ditawarkan upah tinggi. Ketika mayoritas para prajurit bayaran itu tidak mengeluarkan kemampuan terbaik,yang kemudian adalah petaka. Muncul tudingan para pemain mahal itu hanya mementingkan kepentingan pribadi.Mereka dianggap tidak peduli nasib klub karena sudah menerima cek.
Tuduhan tersebut diperkuat kasus Bosingwa,bulan lalu.Bek asal Portugal itu melawan perintah Pelatih Harry Redknapp duduk di bangku cadangan pada duel versus Fulham. “Saya terkejut melihat daftar gaji di sini.Banyak yang melebihi bayaran pemain andalan saya ketika masih menangani Tottenham Hotspur.Saya merasa pemilik dirampok,”kata Redknapp, dilansir Telegraph.
Repotnya,sulit bagi Fernandes meninggalkan lingkaran yang menjeratnya. Dia kembali mesti mengeluarkan modal agar posisi QPR terangkat.Caranya, lewat membeli pemain baru selagi bursa transfer Januari dibuka. Fernandes bukannya tidak berusaha. Pengalaman memimpin AirAsia membuatnya tahu proses membangun produk tidak mudah.Dia pun menekankan stabilitas dengan menunjuk Mark Hughes sebagai komando tim.
Sayang,Hughes juga gagal memberikan kontribusi positif.Atas desakan pemegang saham QPR lainnya, Fernandes terpaksa memecat nakhoda berkebangsaan Wales itu dan berpaling ke Redknapp. Nasib Fernandes memang belum ditentukan.
The Hoops masih memiliki 18 pertandingan untuk mengatasi ketertinggalan delapan angka di belakang para pesaing di papan bawah Liga Primer. Namun,tanda-tanda yang terlihat menunjukkan suramnya masa depan QPR.
Fans klub London Barat itu senang melihat serangkaian aksinya mendatangkan pemainpemain berkelas.Suporter juga bahagia karena kehadiran Fernandes berarti berakhirnya masa suram kepemilikan Flavio Briatore dan Bernie Ecclestone. Masalahnya, suara fans dapat cepat berubah 180 derajat jika The Hoops— julukan QPR—terdegradasi musim ini.
Fernandes boleh menyulap AirAsia dari ambang kebangkrutan menjadi salah satu maskapai murah terbaik di dunia.Tapi,tidak adanya pengalaman di bisnis sepak bola membuatnya kesulitan mengulang kesuksesan serupa. Minimnya pengetahuan tersebut terlihat pada serangkaian kebijakannya.
Sejak menguasai klub pada Agustus tahun lalu,Fernandes membujuk Joey Barton,Luke Young,Armand Traore, Shaun Wright-Phillips,Anton Ferdinand, Nedum Onuoha,Djibril Cisse,Bobby Zamora,Ryan Nelsen,Andy Johnson, Robert Green,Samba Diakite,Park Jisung, Junior Hoilett,Jose Bosingwa,Julio Cesar,Esteban Granero,dan Stephane Mbia agar berlabuh di Loftus Road.
Namun,dia harus merogoh kocek dalam-dalam.Maklum,para pemain tersebut tidak mungkin mau datang kalau tidak ditawarkan upah tinggi. Ketika mayoritas para prajurit bayaran itu tidak mengeluarkan kemampuan terbaik,yang kemudian adalah petaka. Muncul tudingan para pemain mahal itu hanya mementingkan kepentingan pribadi.Mereka dianggap tidak peduli nasib klub karena sudah menerima cek.
Tuduhan tersebut diperkuat kasus Bosingwa,bulan lalu.Bek asal Portugal itu melawan perintah Pelatih Harry Redknapp duduk di bangku cadangan pada duel versus Fulham. “Saya terkejut melihat daftar gaji di sini.Banyak yang melebihi bayaran pemain andalan saya ketika masih menangani Tottenham Hotspur.Saya merasa pemilik dirampok,”kata Redknapp, dilansir Telegraph.
Repotnya,sulit bagi Fernandes meninggalkan lingkaran yang menjeratnya. Dia kembali mesti mengeluarkan modal agar posisi QPR terangkat.Caranya, lewat membeli pemain baru selagi bursa transfer Januari dibuka. Fernandes bukannya tidak berusaha. Pengalaman memimpin AirAsia membuatnya tahu proses membangun produk tidak mudah.Dia pun menekankan stabilitas dengan menunjuk Mark Hughes sebagai komando tim.
Sayang,Hughes juga gagal memberikan kontribusi positif.Atas desakan pemegang saham QPR lainnya, Fernandes terpaksa memecat nakhoda berkebangsaan Wales itu dan berpaling ke Redknapp. Nasib Fernandes memang belum ditentukan.
The Hoops masih memiliki 18 pertandingan untuk mengatasi ketertinggalan delapan angka di belakang para pesaing di papan bawah Liga Primer. Namun,tanda-tanda yang terlihat menunjukkan suramnya masa depan QPR.
(wbs)