PSSI-KPSI biang kerok kusutnya sepak bola Indonesia

Minggu, 06 Januari 2013 - 15:14 WIB
PSSI-KPSI biang kerok kusutnya sepak bola Indonesia
PSSI-KPSI biang kerok kusutnya sepak bola Indonesia
A A A
Sindonews.com – Dunia sepak bola di Indonesia saat ini memang penuh dengan konflik dan ketidak-pastian. Kondisi seperti ini kembali dirasakan langsung oleh Pelatih Pelita Bandung Raya Simon McMenemy Pada pertandingan Barito Putra di Stadion Si Jalak Harupat, Sabtu (5/1), pelatih asal Inggris ini mengaku sempat bingung dengan jadi-tidaknya laga digelar.

Hal-hal seperti itu, ujar Simon, cukup mempengaruhi persiapan tim. Ketidakpastian digelarnya laga juga bisa membuat emosi dan kesiapan mental para pemain. Karena itu, dia berharap hal serupa tidak terulang di pertandingan Indonesia Super League (ISL) selanjutnya.

“Sampai siang hari sebelum laga, kabar yang kami terima masih membingungkan. Kami baru mendapat kepastian tentang pertandingan itu sekitar pukul 13.00 WIB,” ungkapnya.

Permasalahan yang dia sayangkan bukan hanya terkait hal teknis seperti kepastian pertandingan, melainkan konflik persepakbolaan Indonesia secara keseluruhan. Sebagai tim sepakbola profesional, Pelita Bandung Raya tentu sangat terpengaruh oleh dualisme kepengurusan sekaligus kompetisi di Indonesia.

Kondisi seperti ini, tutur Simon, sempat membuatnya kaget saat pertama kali melatih di Indonesia. “Di Inggris tentu semua sudah serba baik dan sesuai aturan, lapangannya pun sudah bagus. Tetapi di sini, saya menemukan, kadang kita tidak bisa melakukan apa yang kita mau dalam bersepakbola. Karena aturan, jadwal, dan hal-hal lainnya bisa sewaktu-waktu berubah. PSSI dan KPSI jika tetap tidak mau bersatu juga bisa menjadi masalah besar buat klub,” tutur pelatih kelahiran Haywards Heath, Inggris, 6 Desember 1997 ini.

Bercerita lebih terbuka, Simon mengatakan nama persepakbolaan Indonesia sudah tidak baik di beberapa negara di dunia. Bahkan dia mengaku mendapat saran dari beberapa orang agar tidak bekerja di tanah air. Hal itu karena adanya kekhawatiran Simon diterlantarkan di negeri ini.

“Nama Indonesia sendiri sudah tidak baik di luar, karena ada kasus antara klub dengan beberapa pemain dan pelatih. Bahkan ada beberapa orang yang bicara agar saya tidak datang ke Indonesia. Mereka takut gaji saya tidak dibayarkan. Saat pertama menukangi tim ini pun, beberapa pemain yang saya ajak bergabung mengungkapkan kekhawatiran yang sama,” ujar Simon.

Beruntung, dia mampu meyakinkan sejumlah pemain asing, salah satunya Nemanja Obric, bahwa keuangan tim ini aman. “Dulu Obric pun sempat mengalami keterlambatan gaji. Tapi saya yakinkan dia dan beberapa pemain lain untuk bergabung, mereka pun datang,” tutur Simon.

Jika nama Indonesia sudah jelek, lalu kenapa Simon malah datang untuk bergabung dalam dunia sepakbola negeri ini? “Saya pikir, ini sangat menantang. Indonesia memiliki potensi sepakbola yang sebenarnya luar biasa. Itu juga alasan saya menolak tawaran dari beberapa negara lain dan memutuskan bergabung dengan tim di Indonesia,” pungkasnya.
(wbs)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7589 seconds (0.1#10.140)