Jatim protes pencoretan atlet dari Pelatnas Cipayung

Senin, 14 Januari 2013 - 16:36 WIB
Jatim protes pencoretan...
Jatim protes pencoretan atlet dari Pelatnas Cipayung
A A A
Sindonews.com - Atlet bulu tangkis Jawa Timur mengalami degradasi prestasi di Pelatnas Bulu Tangkis Indonesia (PBI) di Cipayung, Jakarta Timur. Ini setelah dua atletnya, Siswanto dan Christopher Rusdianto, terpental dari Cipayung.

Wakil Ketua Pengprov PBSI Jatim Ferry Stewart mengatakan, pencoretan kedua atlet Jatim itu tidak sesuai dengan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) PB PBSI. Pasalnya, program seleknas digelar setiap tahun pada awal bulan (Januari).

Apalagi dasar keputusan Pengurus Besar PBSI soal program promosi degradasi atlet Pelatnas, tidak dilakukan melalui proses seleksi nasional. "Boleh-boleh saja kalau penentuan promosi degradasi atlet dilakukan melalui tim pemandu bakat, tetapi dasar pemanggilan atau pencoretannya juga harus jelas agar tidak mengecewakan atlet," katanya.

Sebelumnya, PB PBSI mengumumkan 83 orang atlet yang terpilih masuk ke Pelatnas Cipayung berdasarkan pemantauan prestasi selama tahun 2012. Pelatnas dibagi ke dalam kelompok utama terdiri atas 46 orang atlet dan kelompok pratama berjumlah 37 orang atlet.

Dari 83 atlet yang dipanggil itu, hanya delapan atlet dari Jatim dan semuanya merupakan penghuni lama Pelatnas. Yaitu lima atlet utama, yakni Sony Dwi Kuncoro, Wisnu Yuli Prasetyo (tunggal putra), Linda Weni Fanetri, Aprilia Yuswandari (tunggal putri), dan Riky Widianto (ganda campuran).

Sedangkan di kelompok pratama terdapat Ade Yusuf, Ronald Alexander, dan Selvanus Geh (ketiganya pemain ganda). "Kami mempertanyakan dasar pencoretan Christopher, karena saat ini bersama pasangannya Andrei Adistia berada di peringkat 42 dunia. Sementara ada pemain ganda Pelatnas lain yang berperingkat jauh di bawahnya justru dipertahankan," protesnya.

Selain itu, Ferry Stewart juga kecewa dengan tidak dipanggilnya beberapa pemain potensial Jatim dari kelompok pratama, semisal I Putu Roy Danu Wira Dharma yang kini berperingkat tiga nasional di kelompok tunggal taruna putra.

"Dasar pemanggilan yang tidak jelas sangat merugikan atlet, karena mereka sudah berjuang selama satu tahun dengan ikut berbagai turnamen untuk menembus ranking tertinggi. Namun, atlet yang berperingkat di bawahnya justru yang dipanggil Pelatnas," tambahnya.
(aww)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7293 seconds (0.1#10.140)