Tolak Timnas, pemain pantas disalahkan
A
A
A
Sindonews.com - Deputi Sekjen Bidang Kompetisi PSSI, Saleh Ismail Mukadar mengatakan sanksi yang dijatuhkan kepada 21 pemain Indonesia Super League (ISL) dan satu dari Indonesian Premier League (IPL) berupa larangan bermain selama enam bulan sudah sepantasnya diterima para pemain karena menolak panggilan tim nasional.
Saleh menambahkan menurutnya pemain yang seharusnya pantas disalahkan karena menolak panggilan Negara. Pasalnya, itu sepenuhnya tanggung jawab seorang pemain bukan klub mereka bernaung. "Dalam regulasi, pemain punya wewenang menerima dan menolak, hal itu bukan keputusan klub. Karena ini adalah urusan Negara untuk membela tim nasional," ujar Saleh, di kantor PSSI, Selasa (22/1/2013).
Diakui Saleh kondisi bisa berbeda jika klub tersebut sengaja menahan pemain yang bersangkutan. Namun sayang, karena pemain telah diberikan kesempatan 2 kali dari waktu yang ditetapkan untuk membela diri dan ternyata mereka tidak mengindahkan untuk memenuhi panggilan Timnas dalam persiapan laga perdana kualifikasi piala asia 2013 maka para pemain tersebut mendapatkan sanksi.
Sementara itu, tiga pemain Persib Bandung, I Made Wirawan, Atep, dan M. Ridwan yang dijatuhi sanksi larangan bermain selama 6 bulan plus denda Rp 100 juta oleh PSSI karena dinilai menolak panggilan memperkuat tim nasional Indonesia merasa tenang saja. Atep dan I Made menganggap keputusan tersebut tidak adil dan salah sasaran, sebab yang seharusnya dikenai sanksi adalah pihak klub.
Menurut Atep di negara mana pun, secara personal seorang pemain dibenarkan dan berhak tidak membela negaranya. Seperti yang dilakukan Park Ji Sung saat ia memutuskan mundur dari tim nasional Korea Selatan pada tahun 2011. Meski kala itu, Federasi Sepak Bola Korea Selatan (KFA) menyatakan jika tenaga Park masih dibutuhkan Timnas. Namun, KFA tidak sampai menjatuhkan sanksi kepada eks pemain Manchester United tersebut, kendati Park masih tetap melanjutkan karir sepak bola profesionalnya.
"Saya kira hukuman kepada pemain kurang tepat. Sebab pemain dalam kondisi dan situasi harus tunduk pada aturan klub. Soal pemanggilan timnas itu kan seharusnya jadi urusan antara pihak manajemen dengan timnas itu sendiri. Jadi kalau pemain itu, ya tergantung kebijakan klub," ucap Atep.
Saleh menambahkan menurutnya pemain yang seharusnya pantas disalahkan karena menolak panggilan Negara. Pasalnya, itu sepenuhnya tanggung jawab seorang pemain bukan klub mereka bernaung. "Dalam regulasi, pemain punya wewenang menerima dan menolak, hal itu bukan keputusan klub. Karena ini adalah urusan Negara untuk membela tim nasional," ujar Saleh, di kantor PSSI, Selasa (22/1/2013).
Diakui Saleh kondisi bisa berbeda jika klub tersebut sengaja menahan pemain yang bersangkutan. Namun sayang, karena pemain telah diberikan kesempatan 2 kali dari waktu yang ditetapkan untuk membela diri dan ternyata mereka tidak mengindahkan untuk memenuhi panggilan Timnas dalam persiapan laga perdana kualifikasi piala asia 2013 maka para pemain tersebut mendapatkan sanksi.
Sementara itu, tiga pemain Persib Bandung, I Made Wirawan, Atep, dan M. Ridwan yang dijatuhi sanksi larangan bermain selama 6 bulan plus denda Rp 100 juta oleh PSSI karena dinilai menolak panggilan memperkuat tim nasional Indonesia merasa tenang saja. Atep dan I Made menganggap keputusan tersebut tidak adil dan salah sasaran, sebab yang seharusnya dikenai sanksi adalah pihak klub.
Menurut Atep di negara mana pun, secara personal seorang pemain dibenarkan dan berhak tidak membela negaranya. Seperti yang dilakukan Park Ji Sung saat ia memutuskan mundur dari tim nasional Korea Selatan pada tahun 2011. Meski kala itu, Federasi Sepak Bola Korea Selatan (KFA) menyatakan jika tenaga Park masih dibutuhkan Timnas. Namun, KFA tidak sampai menjatuhkan sanksi kepada eks pemain Manchester United tersebut, kendati Park masih tetap melanjutkan karir sepak bola profesionalnya.
"Saya kira hukuman kepada pemain kurang tepat. Sebab pemain dalam kondisi dan situasi harus tunduk pada aturan klub. Soal pemanggilan timnas itu kan seharusnya jadi urusan antara pihak manajemen dengan timnas itu sendiri. Jadi kalau pemain itu, ya tergantung kebijakan klub," ucap Atep.
(akr)