Salah pilih Menpora, sepak bola Indonesia semakin merana

Sindonews.com - Penunjukan Menteri Pemuda dan Olahraga Roy Suryo oleh Susilo Bambang Yudhoyono dianggap tak tepat sasaran, pasalnya Roy tak mampu melihat dan membedakan mana pengacau sepak bola, dan mana yang melindungi sepak bola nasional. Sehingga hal itu membuat Timnas Indonesia semakin merana.

Sekertaris Umum Pengprov PSSI Sulawesi Tenggara, Elvis Basri Uno, menanggapi gangguan bertubi-tubi yang dilancarkan terhadap kepengurusan PSSI di bawah kendali Djohar Arifin Husin selaku Ketua Umum.

"Menpora (Roy Suryo) mestinya meilhat realita yang terjadi. Pasalnya, gangguan yang dilakukan KPSI tidak hanya berimbas pada persiapan skuad timnas untuk tampil di ajang internasional, akan tapi juga memecah belah anak bangsa, karena hadirnya kepengurusan dan kompetisi di luar PSSI, yang tentunya dipastikan akan berujung pada sulitnya meraih prestasi maksimal di ajang internasional," beber Elvis seperti dilansir situs resmi PSSI, Senin (4/2/2013)

Dia mengatakan mestinya Menpora Roy Suryo mendapat masukan berarti tentang kondisi sepak bola nasional, setelah ikut dalam acara Mata Najwa yang disiarkan secara live di salah satu stasiun televisi swasta nasional beberapa hari lalu.

Bahkan, Survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) yang dipaparkan peneliti LSI, Ardian Sopa di Kantor LSI, Jakarta.

Survei itu digelar pada 22-25 Januari 2013 dengan mengambil responden sebanyak 1.200 orang. Hasilnya, sebanyak 52,67 persen responden menilai penetapan Roy sebagai Menpora tidak tepat. Sebanyak 40,48 persen menilai sebaliknya.

Sebanyak 41 persen responden menilai Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menunjuk Roy karena mewakili kepentingan Partai Demokrat. Hanya 32,45 persen responden yang menilai penunjukan Roy karena kompetensinya.

Bahkan kinerja Roy, sebanyak 50,65 persen responden mengaku tidak yakin jika Roy mampu membenahi Kemenpora. Hanya 37,58 persen mengaku yakin dan 11,76 persen menjawab tidak tahu.

Pasalnya selama ini publik mengenal sosok Roy Suryo sebagai ahli telematika, dan dia tidak memiliki pengalaman dalam organisasi kepemudaan maupun organisasi keolahragaan.