Darko: Pemain PBR masih banyak kesalahan
Selasa, 05 Maret 2013 - 17:04 WIB

Darko: Pemain PBR masih banyak kesalahan
A
A
A
Sindonews.com - Hingga pertandingan ke sembilan di Indonesia Super League (ISL) musim ini, Pelita Bandung Raya masih mampu bersaing di papan tengah klasemen. Namun permainan The Boys Are Back dianggap masih memiliki banyak kekurangan.
Setelah kekalahan dari Arema di Stadion Kanjuruhan, Malang, Kamis (28/2), Pelita Bandung Raya (PBR) menempati urutan ke 14 dengan sembilan poin. Itu merupakan hasil dari dua kali menang, tiga seri, dan empat kekalahan. Dilihat dari catatan gol, Eka Ramdani dkk sudah menjebol gawang lawan sebanyak sebelas kali, namun mereka juga tak kalah banyak dalam hal kebobolan. Tercatat lima belas gol bersarang ke jala The Boys Are Back.
Menanggapi hal itu, Direktur Teknik PBR Daniel Darko Janackovic mengatakan, hasil yang diperoleh timnya hingga kini masih terhitung positif. Para pemain dianggap sudah mampu mengaplikasikan apa yang diinginkan tim pelatih di dalam lapangan. Hal itu dilihat dari beberapa hasil pertandingan. Meski kalah ditekuk tim tuan rumah, PBR masih bisa memberi perlawanan dengan mencetak gol balasan.
Saat berhadapan dengan Mitra Kutai Kartanegara, The Boys Are Back hampir saja mengejar ketinggalan dengan mencetak skor 3-2. Hal serupa terjadi di laga kontra Persisam Putra Samarinda yang berakhir 2-1. Terakhir melawan Arema, M Arsyad dkk sempat menyamakan kedudukan menjadi 1-1 dan mengejar ketertinggalan menjadi 3-2. Namun laga berakhir dengan skor 4-2 untuk tuan rumah.
"Secara keseluruhan pemain sebenarnya sudah tampil sangat baik. Meski kalah, mereka bisa memberi perlawanan, salah satunya dengan selalu mampu mencetak gol. Bahkan sebagian dari gol itu lahir dalam kondisi tertinggal, yang berarti mereka memiliki semangat bertanding yang tinggi," kata Darko.
Namun, terdapat beberapa hal yang harus dibenahi dari performa para pemain PBR. Mereka masih kesulitan dalam penguasaan bola. Saat mengendalikan permainan, The Boys Are Back kerap dengan mudah kehilangan bola. Blunder-blunder kecil sering terjadi, bahkan beberapa gol ke gawang Tema Mursadat pun terjadi karena kesalahan itu.
"Di semua pertandingan, secara keseluruhan saya melihat masih banyak terjadi kesalahan yang dilakukan para pemain. Mereka begitu mudah kehilangan bola saat seharusnya bisa mengendalikan permainan, semua terjadi karena kesalahan-kesalahan kecil seperti passing atau kontrol bola," tuturnya.
Darko mengatakan, kekuatan utama PBR sebenarnya terletak pada para pemain muda. Pesepakbola senior seperti Eka Ramdani dan Nemanja Obric hanya berperan sebagai penginspirasi permainan. Namun, Darko juga menyadari hal yang sama dengan yang dipikirkan Pelatih PBR Simon McMenemy. Pemain muda tidak bisa diharapkan untuk bisa tampil baik di setiap pertandingan, karena menurutnya, performa yang ditampilkan dipastikan masih fluktuatif.
"Pemain muda sejauh ini sudah melakukan usaha maksimal di tiap pertandingan. Tapi sudah menjadi hal yang lumrah jika mereka masih mendapatkan berbagai kendala. Apa lagi jika berhadapan dengan tim besar dengan pemain yang bertabur bintang. Seringkali permainan mereka bagus tapi hasilnya mengecewakan," ujar Darko.
Selain skill, faktor mental juga sangat mempengaruhi. Dalam sebuah pertandingan yang dijalani PBR, Simon rata-rata memasang lima hingga enam pemain muda dalam starting line up-nya. Sehingga ketika tekanan dalam sebuah laga terlampau besar, performa The Boys Are Back secara keseluruhan rentan menurun.
"Faktor grogi juga cukup berpengaruh. Sekitar lima pemain muda selalu ada dalam starting eleven kami, dan pertandingan yang dihadapi, kadang merupakan pengalaman pertama bagi mereka. Termasuk saat harus berduel dengan pesepakbola dengan nama besar, seperti Beto dan Cristian Ronaldo misalnya. Memang itu yang sedang kami perbaiki sekarang," pungkasnya.
Setelah kekalahan dari Arema di Stadion Kanjuruhan, Malang, Kamis (28/2), Pelita Bandung Raya (PBR) menempati urutan ke 14 dengan sembilan poin. Itu merupakan hasil dari dua kali menang, tiga seri, dan empat kekalahan. Dilihat dari catatan gol, Eka Ramdani dkk sudah menjebol gawang lawan sebanyak sebelas kali, namun mereka juga tak kalah banyak dalam hal kebobolan. Tercatat lima belas gol bersarang ke jala The Boys Are Back.
Menanggapi hal itu, Direktur Teknik PBR Daniel Darko Janackovic mengatakan, hasil yang diperoleh timnya hingga kini masih terhitung positif. Para pemain dianggap sudah mampu mengaplikasikan apa yang diinginkan tim pelatih di dalam lapangan. Hal itu dilihat dari beberapa hasil pertandingan. Meski kalah ditekuk tim tuan rumah, PBR masih bisa memberi perlawanan dengan mencetak gol balasan.
Saat berhadapan dengan Mitra Kutai Kartanegara, The Boys Are Back hampir saja mengejar ketinggalan dengan mencetak skor 3-2. Hal serupa terjadi di laga kontra Persisam Putra Samarinda yang berakhir 2-1. Terakhir melawan Arema, M Arsyad dkk sempat menyamakan kedudukan menjadi 1-1 dan mengejar ketertinggalan menjadi 3-2. Namun laga berakhir dengan skor 4-2 untuk tuan rumah.
"Secara keseluruhan pemain sebenarnya sudah tampil sangat baik. Meski kalah, mereka bisa memberi perlawanan, salah satunya dengan selalu mampu mencetak gol. Bahkan sebagian dari gol itu lahir dalam kondisi tertinggal, yang berarti mereka memiliki semangat bertanding yang tinggi," kata Darko.
Namun, terdapat beberapa hal yang harus dibenahi dari performa para pemain PBR. Mereka masih kesulitan dalam penguasaan bola. Saat mengendalikan permainan, The Boys Are Back kerap dengan mudah kehilangan bola. Blunder-blunder kecil sering terjadi, bahkan beberapa gol ke gawang Tema Mursadat pun terjadi karena kesalahan itu.
"Di semua pertandingan, secara keseluruhan saya melihat masih banyak terjadi kesalahan yang dilakukan para pemain. Mereka begitu mudah kehilangan bola saat seharusnya bisa mengendalikan permainan, semua terjadi karena kesalahan-kesalahan kecil seperti passing atau kontrol bola," tuturnya.
Darko mengatakan, kekuatan utama PBR sebenarnya terletak pada para pemain muda. Pesepakbola senior seperti Eka Ramdani dan Nemanja Obric hanya berperan sebagai penginspirasi permainan. Namun, Darko juga menyadari hal yang sama dengan yang dipikirkan Pelatih PBR Simon McMenemy. Pemain muda tidak bisa diharapkan untuk bisa tampil baik di setiap pertandingan, karena menurutnya, performa yang ditampilkan dipastikan masih fluktuatif.
"Pemain muda sejauh ini sudah melakukan usaha maksimal di tiap pertandingan. Tapi sudah menjadi hal yang lumrah jika mereka masih mendapatkan berbagai kendala. Apa lagi jika berhadapan dengan tim besar dengan pemain yang bertabur bintang. Seringkali permainan mereka bagus tapi hasilnya mengecewakan," ujar Darko.
Selain skill, faktor mental juga sangat mempengaruhi. Dalam sebuah pertandingan yang dijalani PBR, Simon rata-rata memasang lima hingga enam pemain muda dalam starting line up-nya. Sehingga ketika tekanan dalam sebuah laga terlampau besar, performa The Boys Are Back secara keseluruhan rentan menurun.
"Faktor grogi juga cukup berpengaruh. Sekitar lima pemain muda selalu ada dalam starting eleven kami, dan pertandingan yang dihadapi, kadang merupakan pengalaman pertama bagi mereka. Termasuk saat harus berduel dengan pesepakbola dengan nama besar, seperti Beto dan Cristian Ronaldo misalnya. Memang itu yang sedang kami perbaiki sekarang," pungkasnya.
(wbs)