Gawat, sepak bola Jatim bisa gulung tikar

Senin, 11 Maret 2013 - 19:19 WIB
Gawat, sepak bola Jatim bisa gulung tikar
Gawat, sepak bola Jatim bisa gulung tikar
A A A
Sindonews.com - Ancaman gulung tikar harus dihadapi sejumlah klub di Jawa Timur jika Polda Jatim benar-benar membekukan semua izin pertandingan sepak bola. Pasalnya, jumlah pemasukan tiket penonton dipastikan menurun. Sebaliknya, biaya menggelar pertandingan di luar Jatim akan membengkak.

Persebaya IPL misalnya, meski sudah menyiapkan alternatif memakai Stadion Sasana Krida Akademi
Angkatan Udara (AAU), Jogyakarta, namun kerugian besar bakal menimpa. Sebab, tidak diperbolehkan penonton menyaksikan pertandingan.

"Pindah ke Yogya plan B, kalau dikatakan rugi yang jelas pasti. Tapi mau bagaimana lagi. Larangan dari Polda tidak solutif dan akan mematikan sepak bola di Jatim, " ujar Ketua Panpel
Pertandingan Persebaya IPL, Ram Surahman.

Saat ini, lanjut Ram, manajemen Persebaya masih menunggu turunnya surat resmi terkait pembekuan pertandingan sepakbola di wilayah Jatim. "Surat resminya masih kita tunggu, untuk menentukan langkah berikutnya dan akan kita laporkan ke PT LPIS dengan situasi seperti ini apakah pertadingan bisa tetap dilaksanakan atau tidak, " ucapnya.

Selain belum ada hitam di atas putih, larangan Polda Jatim juga tidak pasti sampai kapan batas waktu pembekuan ijin pertandingan diberlakukan, "Sampai kapan larangan itu berlaku kita masih belum tahu. Kalau dalam waktu yang panjang tentu kerugian akan semakin besar. Tidak hanya Persebaya tapi juga klub-klub lain, " ujar mantan wartawan ini .

Untuk Persebaya, berkaca dari musim lalu, pemasukan dari tiket penonton tidak kurang dari 10 ribu. Bahkan di partai besar bisa mencapai 20 ribu. Dalam pertandingan perdana IPL lalu, penonton mencapai 17 ribu. Jika diambil rata-rata penonton 12 ribu dengan tiket ekonomi Rp 20 ribu, maka setiap pertandingan mendapatkan hasil Rp 240 juta. Dikurangi biaya sewa, operasional dan pajak yang mencapai Rp 100 juta, maka kisaran pemasukan Rp 120 juta per pertandingan akan menguap.

Musim ini, selain medaftarkan Gelora Bung Tomo, Persebaya juga memakai Stadion Gelora Bangkalan. Namun akibat larangan dari Polda membuat rencana tersebut berantakan. Meski belum pernah dipakai, namun jika stadion berkapasitas 12 ribu penonton itu terisi 10 ribu pentonon, maka Persebaya masih bisa mendapatkan 100 juta. Sayang, hitungan bisa sia-sia jika memang Polda tetap melarang.

Sebab, di Stadion Sasana Krida Akademi Angkatan Udara (AAU), Jogyakarta yang akan dijadikan alternatif tidak mungkin ada penonton. "Masalah suporter, bukan hanya masalah Persebaya atau klub saja. Tapi sudah melibatkan semua. Untuk itu sebaiknya duduk bersama mulai gubernur, polda dan unsur-unsur lainnya karena ini masalah kita semua," harapnya.

Sementara, klub-klub Jatim peserta Indonesia Super League (ISL) kini harus berharap pembekuan sementara ini hanya berlaku sepekan saja. Terutama Persepam Pamekasan dan Persela Lamongan yang akan menggelar laga kandangnya pada 19 dan 20 Maret nanti. Sementara Arema dan Gresik United (Persegres) di sisa Maret ini hanya melakoni laga away. "Kalau bisa pembekuan ini tidak dalam waktu lama, " ujar Ketua Harian Persela, Yurohnur Efendi.

Sedangkan Persebaya IPL baru akan melakoni laga kandang pada 26 dan 30 Maret, menjamu Persibo Bojonegoro dan Persepar Palangkaraya. Persebaya Surabaya yang berlaga di Indonesian Premier League (IPL) diakui CEO-nya, I Gede Widiade, sebagai salah satu pihak yang dirugikan. "Pada dasarnya, kerusuhan ini terjadi tidak pada saat Persebaya main. Kami mohon ada evaluasi atau dialog terlebih dahulu. Saya siap untuk diajak dialog," tegasnya.

Namun, Gede menerangkan bahwa sampai saat ini Persebaya tetap menunggu surat resmi dari Polda. Sebab, surat tersebut akan digunakan sebagai penguat ke Liga Prima Indonesia Sportindo (LPIS) untuk memberi rekomendasi dihelatnya laga kandang Persebaya di luar Jatim.
(aww)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6629 seconds (0.1#10.140)