Target pemasukan tiket meleset, gaji Persebaya IPL terlambat
A
A
A
Sindonews.com - Janji Saleh Ismail Mukadar mengatasi masalah keuangan di tubuh Persebaya IPL
menguap. Gaji pemain dipastikan terlambat setelah pemasukan penjualan tiket dua laga hanya
mencapai Rp240 juta.
Ketua Panpel Persebaya Ram Surahman mengatakan total pendapatan kotor penjuatalan tiket
di laga Persebaya melawan PSLS Lhokseumawe di Stadion Gelora Bung Tomo (GBT),
Surabaya hanya mencapai Rp 210 juta. "Itu pendapatan kotor belum dipotong biaya sewa stadion,
pajak dan operasional panitia lainnya," ucapnya.
Meski belum bisa menghitung keuntungan bersih, namun diperkirakan tidak lebih dari Rp150 juta.
Sebab, sudah terpotong biaya sewa GBT sebesar Rp 30 juta. Belum lagi, biaya keamanan,
pajak pertandingan dan operasional ditaksir lebih dari Rp 50 juta. "Untuk bersihnya masih kita kalkulasi lagi, " ucap Ram.
Sebenarnya, jumlah penonton mengalami kenaikan jika dibandingkan laga sebelumnya menghadapi
Persiraja Banda Aceh. Saat itu, Panpel hanya bisa mengantongi pendapatan kotor sebesar Rp 100 juta. Dalam laga melawan PSLS sekitar 9.000 penonton memadati stadion, sedangkan lawan Persiraja hanya sekitar 6000 penonton.
Jelas pendapatan bersih dalam dua pertandingan yang berkisar Rp200 juta itu, tidak sepadan dengan kebutuhan membayar gaji pemain. Semasa masih dipegang CEO Gede Widiade konon setiap bulan dibutuhkan uang sekitar Rp 1 miliar untuk membayar 26 pemain. Jika saat ini ada 20 pemain maka dibutuhkan sekitar Rp 700 hingga Rp 800 juta untuk membayar gaji pemain pada April.
Kekurangan sekitar Rp500 juta ini bisa jadi membuat Komisaris PT Persebaya Indonesia
kepala Saleh Ismail Mukadar pening. Apalagi, jika belum bisa membayar dalam dua hari ini
pemain Persebaya tidak menuntup kemungkinan mogok latihan. Sesuai jadwal, Persebaya
akan kembali berlatih Rabu (1/5) besok.
menguap. Gaji pemain dipastikan terlambat setelah pemasukan penjualan tiket dua laga hanya
mencapai Rp240 juta.
Ketua Panpel Persebaya Ram Surahman mengatakan total pendapatan kotor penjuatalan tiket
di laga Persebaya melawan PSLS Lhokseumawe di Stadion Gelora Bung Tomo (GBT),
Surabaya hanya mencapai Rp 210 juta. "Itu pendapatan kotor belum dipotong biaya sewa stadion,
pajak dan operasional panitia lainnya," ucapnya.
Meski belum bisa menghitung keuntungan bersih, namun diperkirakan tidak lebih dari Rp150 juta.
Sebab, sudah terpotong biaya sewa GBT sebesar Rp 30 juta. Belum lagi, biaya keamanan,
pajak pertandingan dan operasional ditaksir lebih dari Rp 50 juta. "Untuk bersihnya masih kita kalkulasi lagi, " ucap Ram.
Sebenarnya, jumlah penonton mengalami kenaikan jika dibandingkan laga sebelumnya menghadapi
Persiraja Banda Aceh. Saat itu, Panpel hanya bisa mengantongi pendapatan kotor sebesar Rp 100 juta. Dalam laga melawan PSLS sekitar 9.000 penonton memadati stadion, sedangkan lawan Persiraja hanya sekitar 6000 penonton.
Jelas pendapatan bersih dalam dua pertandingan yang berkisar Rp200 juta itu, tidak sepadan dengan kebutuhan membayar gaji pemain. Semasa masih dipegang CEO Gede Widiade konon setiap bulan dibutuhkan uang sekitar Rp 1 miliar untuk membayar 26 pemain. Jika saat ini ada 20 pemain maka dibutuhkan sekitar Rp 700 hingga Rp 800 juta untuk membayar gaji pemain pada April.
Kekurangan sekitar Rp500 juta ini bisa jadi membuat Komisaris PT Persebaya Indonesia
kepala Saleh Ismail Mukadar pening. Apalagi, jika belum bisa membayar dalam dua hari ini
pemain Persebaya tidak menuntup kemungkinan mogok latihan. Sesuai jadwal, Persebaya
akan kembali berlatih Rabu (1/5) besok.
(aww)