Terancam 'mati' sebelum berprestasi

Sabtu, 30 Maret 2013 - 19:09 WIB
Terancam mati sebelum berprestasi
Terancam 'mati' sebelum berprestasi
A A A
Sindonews.com — Namanya mungkin kurang mentereng di blantika sepakbola Indonesia. Tapi Persema Malang adalah salah klub tertua di Malang yang telah banyak makan asam garam kompetisi nasional. Semua jenis kompetisi level tertinggi pernah dijelajahi klub yang berdiri pada 1953 ini.

Sepanjang sejarah berdirinya klub, di Indonesia mengalami beberapa kali perubahan format kompetisi. Mulai Galatama-Perserikatan, Divisi Utama, Indonesia Super League (IPL), hingga munculnya Indonesian Premier League (IPL). Semua tingkatan itu sudah pernah diikuti Persema.

Persema Malang adalah klub yang menjadi pelopor sepakbola di Malang, dengan stadion legendari Gajayana. Stadion tertua di Indonesia tersebut menjadi saksi bisu perjalanan klub yang dulu pernah sempat berganti nama menjadi Malang United ketika bermain di Divisi Utama.

Perjalanan panjang di sepakbola Indonesia ternyata belum memberi sebuah prestasi. Ya, Persema belum pernah mencicipi trofi apa pun di kompetisi bergengsi sejak berdirinya klub. Klub ini malah meredup ketika di Malang muncul Arema Malang yang dibentuk pada 11 Agustus 1987.

Prestasi Persema memang tak pernah pasang namun sering surut. Sempat terjatuh ke kompetisi Divisi I pada 2003, kemudian Persema kembali lagi pada 2005. Kendati tidak pernah menyabet gelar apa pun, namun banyak pemain yang dilahirkan dari rahim klub yang kini berjuluk Bledeg Biru.

Contoh gampang adalah Ahmad Bustomi, Arif Suyono, serta kiper Endra Prasetya yang pernah berkostum Persema di awal karirnya. Jarang pasang dan mudah surut memang sudah membudaya di Persema. Tapi musim ini tampaknya klub yang dulunya dikelola Pemkot Malang sedang dalam bahaya.

Kongres Luar Biasa (KLB) yang memutuskan Persema Malang terbuang dari anggota PSSI, ibarat vonis mati. Persema sebagai embah-nya persepakbolaan di Kota Malang terancam terhapus dari gebyar sepakbola nasional. Ini jelas sangat disayangkan bagi sejumlah pihak yang pernah bersinggungan dengan Persema.

“Persema banyak melahirkan pemain bagus. Seharusnya mereka tetap eksis, bagaimana pun caranya. Mungkin bukan klub besar, tapi perjalanan Persema jelas tak bisa dilepaskan dari sejarah sepakbola di Malang,” ucap Bima Sakti, mantan pemain sekaligus kapten Persema yang selama enam tahun berkiprah di Gajayana.

Bima sendiri tidak berkomentar soal hasil KLB. Tetapi dirinya jauh memilih klub bersejarah seperti Persema harus diselamatkan. “Sebagai pemain yang pernah bermain di Persema, saya menyayangkan jika musim depan Persema tidak bisa bertanding di liga. Semoga ada perubahan,” sambungnya.

Persema yang musim ini mengusung format pembinaan pemain muda, tiba-tiba mandeg setelah KLB. Tim dalam kevakuman, ditinggal pelatih Slave Radovski dan tidak peduli dengan keikutsertaan di kompetisi. Malah hingga sekarang belum ada sikap apa pun dari manajemen soal kelanjutan di IPL.

Klub yang pernah memakai julukan Laskar Ken Arok ini memang klub medioker di Malang dan kalah mentereng dibanding Arema FC. Tapi bagaimana pun, Persema pernah menjadi inspirasi lahirnya klub-klub di Malang, termasuk Arema sendiri. Persema-lah yang mengawali fanatisme masyarakat Malang terhadap si kulit bundar.

“Mungkin selama ini Persema Malang tidak dipandang tim besar atau cenderung diremehkan. Tapi orang lupa bahwa Persema adalah cikal bakal sepakbola di Malang. Klub ini punya sejarah panjang dan banyak melahirkan pemain bagus. Sayang kalau Persema habis hanya karena kepentingan tertentu,” kata pengamat bola Malang, Suyitno.

Akankah Persema mati sebelum sempat mengenyam berprestasi? Semua masih akan ditentukan akhir musim ini. Tinggal menunggu perlawanan yang bakal dilakukan Persema. Jika gagal, maka mereka bakal terjun bebas sebagai klub amatir dan bertarung di kompetisi Divisi III.
(wbs)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.2356 seconds (0.1#10.140)