Paling menanjak
A
A
A
Sindonews.com – Sebagai salah satu klub yang dihuni banyak pemain muda, banyak harapan yang ditujukan pada Pelita Bandung Raya (PBR). Kalangan pecinta sepakbola Tanah Air tentu menanti perkembangan bibit-bibit unggul pesepakbola junior dalam setiap penampilan di lapangan hijau.
Namun seperti biasanya, dalam dunia olah si kulit bundar, seleksi alam berlaku. Tidak sedikit pemain yang masih sibuk beradaptasi dengan kerasnya atmosfer Indonesia Super League (ISL), tapi banyak pula yang tanpa hambatan berarti, mampu menunjukkan taringnya di kompetisi kasta tertinggi sepakbola tanah air.
Di tubuh PBR sendiri, satu diantara pemain muda yang selalu eksis di arena pertandingan adalah Rizky Pellu. Hampir setiap The Boys Are Back berlaga, pesepakbola bernomor punggung 88 ini selalu menjadi pilihan utama di lini tengah. Bahkan, dia disebut-sebut bisa mengancam posisi para seniornya di dalam susunan formasi PBR.
Saat masih di bawah asuhan Simon McMenemy, Rizky Pellu memang sempat hanya menjadi pelapis. Hal itu karena lini tengah PBR memiliki banyak pemain berpengalaman macam Eka Ramdani, Nemanja Obric, dan Dane Milovanovic. Kondisi berubah saat Obric dan Edi Hafid dinyatakan cedera. Kedua seniornya itu diparkir tim pelatih PBR dalam waktu cukup lama.
Ditinggal Obric, ketatnya persaingan di lini tengah sedikit berkurang. Di sisi lain, absennya Edi Hafid juga memaksa pelatih menempatkan Dane Milovanovic sedikit ke belakang, bahkan hingga menempati posisi bek tengah untuk berduet dengan Mijo Dadic. Praktis, kesempatan Rizky Pellu untuk masuk starting line up kian lebar. Momentum ini tampaknya tidak disia-siakan gelandang bertahan yang kini masih berusia 20 tahun itu.
Bahkan baru beberapa kali tampil, dia sudah mendapat kepercayaan penuh dari tim pelatih. “Sejak pertama kali terbentuk, Rizky Pellu adalah pemain yang paling berkembang. Dia menunjukkan peningkatan signifikan di setiap laga maupun dalam sesi latihan. Kalaupun performanya kadang menurun, itu hanya karena pengalaman yang masih minim. Penampilan fluktuatif memang menjadi hal yang wajar bagi seorang pemain muda seperti Rizky. Saya yakin dia semakin bersinar di masa mendatang,” ujar Simon yang saat itu masih menukangi PBR.
Pergantian pelatih di tubuh The Boys Are Back pun tampaknya tidak menghalangi peningkatan kualitas seorang Rizky Pellu. Saat klub ini diarsiteki Daniel Darko Janackovic, dia tetap menjadi sosok utama pembendung serangan lawan sebelum masuk lini pertahanan PBR. Jika dinilai dari kesamaan karakter bermain, hanya ada satu pilar muda PBR lainnya yang menjadi saingan Rizky Pellu saat ini, Dolly Ramadhan Gultom. Namun, saingannya itu pun memiliki kemampuan untuk bermain di posisi lain, bahkan beberapa kali tim pelatih menempatkan Dolly di sektor sayap The Boys Are Back.
Dalam dua pertandingan perdana pelatih Darko bersama PBR, Rizky Pellu selalu menghuni starting line up, bahkan tampil penuh selama 90 menit. Saat derby Bandung melawan Persib misalnya, meski menyerah 1-3, kehadiran pemain ini memaksa lini depan Maung Bandung mengalirkan serangan lewat sisi kanan dan kiri pertahanan PBR. Kinerja apik Rizky berlanjut di Lamongan beberapa hari lalu, dia kerap menyulitkan Gustavo Lopez sebagai inisiator serangan Persela dalam mengirim umpan ke lini depan.
Dinilai sebagai salah satu pemain muda paling potensial, Rizky mengaku bangga. Namun, dia menyebut prestasi tim sebagai hal yang harus diutamakan ketimbang pujian untuk individu pemain. “Tentu senang jika penampilan saya dinilai termasuk yang paling berkembang, itu akan menjadi motivasi buat saya untuk bermain lebih bagus lagi. Tapi yang paling penting saat ini adalah bagaimana PBR mampu meraih poin di setiap laga, bukan masalah siapa saja individu yang dinilai bagus,” ungkapnya.
Pemain kelahiran Tulehu, Ambon, 26 Juni 1992 itu pun menyadari perjalanannya di dunia sepakbola tanah air masih panjang. Bahkan, dia merasa masih butuh banyak pengalaman hingga menjadi seorang pemain sepakbola yang andal. “Saya masih muda, tidak boleh kendur saat mendapatkan respon positif seperti ini. Perjalanan karier saya pun masih jauh, jangan merasa puas dengan yang saat ini sudah diraih,” pungkasnya.
Namun seperti biasanya, dalam dunia olah si kulit bundar, seleksi alam berlaku. Tidak sedikit pemain yang masih sibuk beradaptasi dengan kerasnya atmosfer Indonesia Super League (ISL), tapi banyak pula yang tanpa hambatan berarti, mampu menunjukkan taringnya di kompetisi kasta tertinggi sepakbola tanah air.
Di tubuh PBR sendiri, satu diantara pemain muda yang selalu eksis di arena pertandingan adalah Rizky Pellu. Hampir setiap The Boys Are Back berlaga, pesepakbola bernomor punggung 88 ini selalu menjadi pilihan utama di lini tengah. Bahkan, dia disebut-sebut bisa mengancam posisi para seniornya di dalam susunan formasi PBR.
Saat masih di bawah asuhan Simon McMenemy, Rizky Pellu memang sempat hanya menjadi pelapis. Hal itu karena lini tengah PBR memiliki banyak pemain berpengalaman macam Eka Ramdani, Nemanja Obric, dan Dane Milovanovic. Kondisi berubah saat Obric dan Edi Hafid dinyatakan cedera. Kedua seniornya itu diparkir tim pelatih PBR dalam waktu cukup lama.
Ditinggal Obric, ketatnya persaingan di lini tengah sedikit berkurang. Di sisi lain, absennya Edi Hafid juga memaksa pelatih menempatkan Dane Milovanovic sedikit ke belakang, bahkan hingga menempati posisi bek tengah untuk berduet dengan Mijo Dadic. Praktis, kesempatan Rizky Pellu untuk masuk starting line up kian lebar. Momentum ini tampaknya tidak disia-siakan gelandang bertahan yang kini masih berusia 20 tahun itu.
Bahkan baru beberapa kali tampil, dia sudah mendapat kepercayaan penuh dari tim pelatih. “Sejak pertama kali terbentuk, Rizky Pellu adalah pemain yang paling berkembang. Dia menunjukkan peningkatan signifikan di setiap laga maupun dalam sesi latihan. Kalaupun performanya kadang menurun, itu hanya karena pengalaman yang masih minim. Penampilan fluktuatif memang menjadi hal yang wajar bagi seorang pemain muda seperti Rizky. Saya yakin dia semakin bersinar di masa mendatang,” ujar Simon yang saat itu masih menukangi PBR.
Pergantian pelatih di tubuh The Boys Are Back pun tampaknya tidak menghalangi peningkatan kualitas seorang Rizky Pellu. Saat klub ini diarsiteki Daniel Darko Janackovic, dia tetap menjadi sosok utama pembendung serangan lawan sebelum masuk lini pertahanan PBR. Jika dinilai dari kesamaan karakter bermain, hanya ada satu pilar muda PBR lainnya yang menjadi saingan Rizky Pellu saat ini, Dolly Ramadhan Gultom. Namun, saingannya itu pun memiliki kemampuan untuk bermain di posisi lain, bahkan beberapa kali tim pelatih menempatkan Dolly di sektor sayap The Boys Are Back.
Dalam dua pertandingan perdana pelatih Darko bersama PBR, Rizky Pellu selalu menghuni starting line up, bahkan tampil penuh selama 90 menit. Saat derby Bandung melawan Persib misalnya, meski menyerah 1-3, kehadiran pemain ini memaksa lini depan Maung Bandung mengalirkan serangan lewat sisi kanan dan kiri pertahanan PBR. Kinerja apik Rizky berlanjut di Lamongan beberapa hari lalu, dia kerap menyulitkan Gustavo Lopez sebagai inisiator serangan Persela dalam mengirim umpan ke lini depan.
Dinilai sebagai salah satu pemain muda paling potensial, Rizky mengaku bangga. Namun, dia menyebut prestasi tim sebagai hal yang harus diutamakan ketimbang pujian untuk individu pemain. “Tentu senang jika penampilan saya dinilai termasuk yang paling berkembang, itu akan menjadi motivasi buat saya untuk bermain lebih bagus lagi. Tapi yang paling penting saat ini adalah bagaimana PBR mampu meraih poin di setiap laga, bukan masalah siapa saja individu yang dinilai bagus,” ungkapnya.
Pemain kelahiran Tulehu, Ambon, 26 Juni 1992 itu pun menyadari perjalanannya di dunia sepakbola tanah air masih panjang. Bahkan, dia merasa masih butuh banyak pengalaman hingga menjadi seorang pemain sepakbola yang andal. “Saya masih muda, tidak boleh kendur saat mendapatkan respon positif seperti ini. Perjalanan karier saya pun masih jauh, jangan merasa puas dengan yang saat ini sudah diraih,” pungkasnya.
(wbs)