Nasib Persegres di tangan Widodo C. Putro
A
A
A
Sindonews.com - Persegres Gresik akhirnya menunjuk pelatih anyar untuk menggantikan Suharno yang dipecat Maret lalu. Sempat dikabarkan mendekati Peter Butler, Dejan Antonic, dan Nil Maizar, ternyata pilihan GU tidak jauh-jauh, yakni Widodo Cahyono Putro.
Pelatih yang satu ini sangat tidak asing bagi publik bola Kota Pudak. Sebab, Widodo adalah salah satu legenda sepak bola Gresik yang pernah mengangkat pamor Petrokimia Putra satu dekade silam. Kendati belum begitu mentereng dalam karir kepelatihan, penunjukan Widodo dianggap tepat.
Manajemen menilai Widodo paham dengan karakter sepak bola Gresik dan layak mengawal Gustavo Chena dkk. ''Ya, Widodo sudah seratus persen menangani tim. Dia langsung bekerja dan tugas pertamanya adalah menghadapi Persela Lamongan pekan depan,” ucap Manajer GU Thoriq Majiddanor.
Penunjukan Widodo menurutnya bukan tanpa pertimbangan. Selain lebih senang memberdayakan pelatih lokal, GU juga memandang Widodo sosok yang disegani di sepakbola Gresik. ''Semua pecinta bola di Gresik tentunya paham dan hafal dengan Widodo,” lanjut Jiddan, sapaan Thoriq Majiddanor.
Di karir kepelatihan, momen terbaik Widodo adalah kala menjadi asisten pelatih tim nasional (timnas) yang kala itu dilatih Alfred Riedl. Di level klub, pelatih berusia 42 tahun ini pernah menangani Persela Lamongan, namun prestasinya kurang memuaskan.
Pengalaman melatih klub dan timnas sudah dianggap layak untuk mengembalikan mental bertanding Laskar Joko Samudro yang kini sedang jeblok. Di Persegressendiri, pelatih yang dulu terkenal dengan gol salto pada Piala Asia 1996 lawan Kuwait ini bereuni dengan Khusaeri dan Agus Jamal.
Dua asisten pelatih itu dulu juga satu klub dengan Widodo kala menangani Petrokimia Putra. Kedekatan secara historis dan personal itulah yang membuat manajemen semakin yakin staf pelatih pimpinan Widodo bakal solid dan mampu mengangkat kembali pamor Persegres.
Persegres yang sebelumnya lambat menunjuk pelatih anyar setelah memecat Suharno, sempat memaksimalkan pelatih caretaker Khusaeri. Tapi, karena prestasi klub kesayangan Ultras ini tidak kunjung membaik, akhirnya Widodo dipilih sebagai juru taktik yang baru. Kebetulan dia juga sedang tidak menangani klub.
Sementara, Widodo mengakui dirinya mendapat kepercayaan menangani GU hingga akhir musim nanti. Pemain kelahiran Cilacap ini mengatakan, menjadi nakhoda GU adalah tantangan besar karena dia masuk ketika tim sudah dalam situasi terpuruk.
''Saya akan bekerja sekuat tenaga memulihkan kondisi tim. Namun, semuanya harus bersabar karena saya bukan tukang sulap yang bisa mengubah segalanya dalam sekejap. Semua butuh proses dan bertahap, apalagi tim sudah lama tidak merasakan kemenangan,” ungkapnya merendah.
Widodo menyadari Ultras dan manajemen menaruh harapan besar kepada dirinya setelah prestasi tim menurun tajam. “Mari kita berusaha bersama-sama. Kalau semua elemen berinisiatif untuk bangkit, saya yakin semuanya bisa diperbaiki,” tandas Widodo.
Pelatih yang satu ini sangat tidak asing bagi publik bola Kota Pudak. Sebab, Widodo adalah salah satu legenda sepak bola Gresik yang pernah mengangkat pamor Petrokimia Putra satu dekade silam. Kendati belum begitu mentereng dalam karir kepelatihan, penunjukan Widodo dianggap tepat.
Manajemen menilai Widodo paham dengan karakter sepak bola Gresik dan layak mengawal Gustavo Chena dkk. ''Ya, Widodo sudah seratus persen menangani tim. Dia langsung bekerja dan tugas pertamanya adalah menghadapi Persela Lamongan pekan depan,” ucap Manajer GU Thoriq Majiddanor.
Penunjukan Widodo menurutnya bukan tanpa pertimbangan. Selain lebih senang memberdayakan pelatih lokal, GU juga memandang Widodo sosok yang disegani di sepakbola Gresik. ''Semua pecinta bola di Gresik tentunya paham dan hafal dengan Widodo,” lanjut Jiddan, sapaan Thoriq Majiddanor.
Di karir kepelatihan, momen terbaik Widodo adalah kala menjadi asisten pelatih tim nasional (timnas) yang kala itu dilatih Alfred Riedl. Di level klub, pelatih berusia 42 tahun ini pernah menangani Persela Lamongan, namun prestasinya kurang memuaskan.
Pengalaman melatih klub dan timnas sudah dianggap layak untuk mengembalikan mental bertanding Laskar Joko Samudro yang kini sedang jeblok. Di Persegressendiri, pelatih yang dulu terkenal dengan gol salto pada Piala Asia 1996 lawan Kuwait ini bereuni dengan Khusaeri dan Agus Jamal.
Dua asisten pelatih itu dulu juga satu klub dengan Widodo kala menangani Petrokimia Putra. Kedekatan secara historis dan personal itulah yang membuat manajemen semakin yakin staf pelatih pimpinan Widodo bakal solid dan mampu mengangkat kembali pamor Persegres.
Persegres yang sebelumnya lambat menunjuk pelatih anyar setelah memecat Suharno, sempat memaksimalkan pelatih caretaker Khusaeri. Tapi, karena prestasi klub kesayangan Ultras ini tidak kunjung membaik, akhirnya Widodo dipilih sebagai juru taktik yang baru. Kebetulan dia juga sedang tidak menangani klub.
Sementara, Widodo mengakui dirinya mendapat kepercayaan menangani GU hingga akhir musim nanti. Pemain kelahiran Cilacap ini mengatakan, menjadi nakhoda GU adalah tantangan besar karena dia masuk ketika tim sudah dalam situasi terpuruk.
''Saya akan bekerja sekuat tenaga memulihkan kondisi tim. Namun, semuanya harus bersabar karena saya bukan tukang sulap yang bisa mengubah segalanya dalam sekejap. Semua butuh proses dan bertahap, apalagi tim sudah lama tidak merasakan kemenangan,” ungkapnya merendah.
Widodo menyadari Ultras dan manajemen menaruh harapan besar kepada dirinya setelah prestasi tim menurun tajam. “Mari kita berusaha bersama-sama. Kalau semua elemen berinisiatif untuk bangkit, saya yakin semuanya bisa diperbaiki,” tandas Widodo.
(aww)