Demi eksistensi, Persema berani terdegradasi

Kamis, 04 April 2013 - 18:17 WIB
Demi eksistensi, Persema...
Demi eksistensi, Persema berani terdegradasi
A A A
Sindonews.com - Persema Malang akhirnya harus melakoni kompetisi tersulit dalam sejarah berdirinya klub. Tim yang bermarkas di Stadion Gajayana itu terpaksa rela terdegradasi ke kompetisi amatir musim depan, demi sebuah eksistensi. Langkah itu menjadi pilihan paling realistis bagi Persema.

Ya, Persema Malang yang terkatung-katung karena hasil Kongres Luar Biasa (KLB) memutuskan tetap melanjutkan Indonesian Premier League (IPL) musim terakhir. Persema fokus pada eksistensi klub, terlepas di mana bakal bertanding, demi melangsungkan pembinaan sepakbola di Malang.

Padahal hingga kini Persema belum mendapatkan sumber dana setelah sponsor utama Killerfish menarik diri usai KLB. ''Kami berpikir kelangsungan atau eksistensi klub. Soal di mana musim depan akan bermain, itu bukan masalah lagi,” terang Manajer Persema Patrick Tarigan.

Dijelaskannya, sepanjang sejarah klub, Persema menjadi salah satu ajang penggemblengan pemain khususnya pemain muda. Dengan berkomitmen pada pembinaan itulah, Persema memutuskan tidak ingin mati walau masa depan serba tidak pasti.

Pada KLB lalu diputuskan, Persema Malang yang tercoret dari keanggotaan PSSI sejak 2010, harus memulai dari kompetisi Divisi III atau amatir. Menurut Patrick Tarigan itu tidak lagi menjadi kekhawatiran dan pihaknya bakal berkomunikasi dengan Pengcab PSSI Kota Malang serta Pemkot Malang.

Kendati demikian, pihak klub berjuluk Bledeg Biru masih tetap berharap ada perubahan lagi soal keputusan KLB. “Sampai sekarang kan belum ada keputusan hitam di atas putih. Jadi kami berharap nantinya ada perubahan lagi, walau kami juga tidak masalah terjun ke kompetisi amatir,” terangnya.

Setelah sepakat melanjutkan sisa kompetisi IPL, Persema kini konsentrasi pada pendanaan klub. Sebenarnya, diakui Patrick, Persema tidak memiliki dana sepeser pun untuk melanjutkan kompetisi setelah sponsor menarik diri. Namun pihaknya bakal terus mebujuk Killerfish agar bisa kembali menopang Persema.

“Persoalannya sekarang tinggal dana saja. Kami tidak memiliki sumber dana yang jelas dan belum tahu bagaimana akan melanjutkan kompetisi. Tapi kami tidak menyerah dan akan terus berusaha mendapatkan dana untuk operasional dan gaji pemain,” tandas Patrick Tarigan.

Informasi yang ada, manajemen bakal melakukan rasionalisasi terhadap nominal kontrak yang diterima pemain demi menekan pengeluaran. Itu pilihan sulit, namun harus diambil untuk meringankan beban klub. Sejumlah pemain seperti Leonard Tupamahu dan Anggo Julian, menentang kebijakan ini dan pilih mengundurkan diri.

Terkait mundurnya pelatih Slave Radovski, klub yang pernah memakai julukan Laskar Ken Arok ini sudah menunjuk Rudi Hariantoko. Dia sebelumnya menjabat sebagai asisten pelatih dan sudah tidak asing dengan sepakbola Malang, karena pernah memperkuat klub Arema Malang.

Jika benar nantinya terjun ke kompetisi amatir, maka itu bakal menjadi sejarah terburuk Persema sejak berdiri pada 1953. Sebelumnya prestasi terburuk klub yang dulunya dikelola Pemkot Malang ini adalah terjatuh ke kompetisi Divisi I pada musim 2003-2004 dan 2004-2005.

Kendati tidak pernah sekali pun mengangkat trofi, Persema sejatinya cukup stabil bertahan di kompetisi level atas nasional. Sekaligus, klub ini menjadi salah satu klub yang terlibat di kompetisi level satu terbanyak. Kompetisi yang pernah diikuti adalah kompetisi perserikatan, Divisi Utama, Indonesia Super League (ISL), Liga Primer Indonesia (LPI), serta Indonesian Premier League (IPL).

Juga, jika menjadi klub amatir, maka Persema memang ditakdirkan menjadi klub 'plat merah'. Sebab klub amatir masih bisa mendapatkan anggaran dari pemerintah daerah setempat. Sejarah menunjukkan klub ini selalu tergantung dari dana Anggaran Pendapatan dan belanja Daerah (APBD) dan mulai megap-megap ketika pemerintah dilarang campur tangan di klub profesional.
(aww)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1032 seconds (0.1#10.140)