Belum digaji, Slave makan mie
A
A
A
Sindonews.com - Malang benar nasib mantan pelatih Persema Malang Slave Radovski. Setelah diputus kontraknya, dia belum mendapatkan gaji yang menjadi haknya selama menukangi Persema. Kini Slave Radovski terpaksa hanya makan roti dan mie instant untuk menyambung hidupnya.
Slave Radovski tercatat sudah tidak menangani Persema Malang sejak 20 Maret 2013 lalu. Situasi tidak menentu terkait masa depan Persema serta kondisi finansial yang muram, membuat manajemen menunjuk pelatih lokal Rudi Hariantoko untuk menggantikan posisi Slave.
Pelatih asal Makedonia ini sudah semusim membesut klub berjuluk Bledeg Biru. Setelah upayanya mengorbitkan pemain muda menunjukkan hasil, Persema berhasrat memperpanjang kontraknya di IPL 2013. Tapi semuanya berantakan setelah ada hasil Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI 17 Maret lalu.
Persema dinyatakan sebagai klub yang tak berhak ikut di kompetisi unifikasi 2014. Seiring dengan krisisnya keuangan, klub yang berkandang di Stadion Gajayana ini akhirnya melepas Slave dan mengganti dengan pelatih lokal yang lebih murah kontraknya. Namun sayang, uang kontrak Slave belum sempat terbayar.
Total tanggungan Persema ke Slave mencapai Rp150 juta, yang termasuk down payment kontra sekaligus gaji tiga bulan. “Saya sekarang bingung karena tidak bisa pulang ke Makedonia. Sedangkan di Malang juga tidak ada aktifitas. Keuangan terus menipis,” ungkap Slave, Rabu (24/4).
Slave akhirnya menanggung hidupnya sendiri, termasuk membayar kontrakan rumah. Manajemen Persema sebenarnya masih menanggung makan pelatih kelahiran 1964 ini tiga kali sehari. Persoalannya, bantuan makan itu diberikan melalui Hotel Universitas Brawijaya.
Sedangkan jarak antara hotel dan rumah kontrak Slave tergolong jauh, sehingga tetap membutuhkan uang transport. Dalam beberapa terakhir, Slave sudah tidak sanggup membayar taksi untuk mengambil jatah makan. Alhasil, dia lebih banyak makan roti dan mie instant di rumah kontrakannya.
“Sebenarnya beberapa waktu ada tawaran melatih di Makedonia dan Australia. Tapi tawaran itu lewat karena saya tidak sanggup datang ke sana. Keluarga saya juga terus menerus tanya kapan saya pulang. Saya berharap manajemen Persema bertanggungjawab karena saya butuh hisup,” keluhnya.
Hingga sekarang juga belum ada manajemen Persema yang datang ke rumah kontrakannya untuk memberikan penjelasan. Walau hidup terlunta-lunta, Slave masih sabar dan berharap manajemen memberikan gajinya dalam waktu dekat. Dia juga tidak kenal lelah untuk menagih ke manajemen.
“Saya harap manajemen mengerti dan menghargai bahwa saya juga pernah loyal untuk Persema. Saya membutuhkan uang untuk pulang ke negara saya dan tidak ingin terus di Malang tanpa pekerjaan. Saya akan menunggu kejelasan dan belum ada rencana melaporkan ke FIFA,” tandasnya.
Masalahnya, penantian Slave bisa memakan waktu panjang. Manajemen sendiri mengakui belum memiliki uang untuk membayar hutang ke Slave. Manajer Persema Patrick Tarigan mengakui kondisi keuangan klub sedang buruk. “Kami sama sekali belum memiliki uang,” katanya singkat.
Slave Radovski tercatat sudah tidak menangani Persema Malang sejak 20 Maret 2013 lalu. Situasi tidak menentu terkait masa depan Persema serta kondisi finansial yang muram, membuat manajemen menunjuk pelatih lokal Rudi Hariantoko untuk menggantikan posisi Slave.
Pelatih asal Makedonia ini sudah semusim membesut klub berjuluk Bledeg Biru. Setelah upayanya mengorbitkan pemain muda menunjukkan hasil, Persema berhasrat memperpanjang kontraknya di IPL 2013. Tapi semuanya berantakan setelah ada hasil Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI 17 Maret lalu.
Persema dinyatakan sebagai klub yang tak berhak ikut di kompetisi unifikasi 2014. Seiring dengan krisisnya keuangan, klub yang berkandang di Stadion Gajayana ini akhirnya melepas Slave dan mengganti dengan pelatih lokal yang lebih murah kontraknya. Namun sayang, uang kontrak Slave belum sempat terbayar.
Total tanggungan Persema ke Slave mencapai Rp150 juta, yang termasuk down payment kontra sekaligus gaji tiga bulan. “Saya sekarang bingung karena tidak bisa pulang ke Makedonia. Sedangkan di Malang juga tidak ada aktifitas. Keuangan terus menipis,” ungkap Slave, Rabu (24/4).
Slave akhirnya menanggung hidupnya sendiri, termasuk membayar kontrakan rumah. Manajemen Persema sebenarnya masih menanggung makan pelatih kelahiran 1964 ini tiga kali sehari. Persoalannya, bantuan makan itu diberikan melalui Hotel Universitas Brawijaya.
Sedangkan jarak antara hotel dan rumah kontrak Slave tergolong jauh, sehingga tetap membutuhkan uang transport. Dalam beberapa terakhir, Slave sudah tidak sanggup membayar taksi untuk mengambil jatah makan. Alhasil, dia lebih banyak makan roti dan mie instant di rumah kontrakannya.
“Sebenarnya beberapa waktu ada tawaran melatih di Makedonia dan Australia. Tapi tawaran itu lewat karena saya tidak sanggup datang ke sana. Keluarga saya juga terus menerus tanya kapan saya pulang. Saya berharap manajemen Persema bertanggungjawab karena saya butuh hisup,” keluhnya.
Hingga sekarang juga belum ada manajemen Persema yang datang ke rumah kontrakannya untuk memberikan penjelasan. Walau hidup terlunta-lunta, Slave masih sabar dan berharap manajemen memberikan gajinya dalam waktu dekat. Dia juga tidak kenal lelah untuk menagih ke manajemen.
“Saya harap manajemen mengerti dan menghargai bahwa saya juga pernah loyal untuk Persema. Saya membutuhkan uang untuk pulang ke negara saya dan tidak ingin terus di Malang tanpa pekerjaan. Saya akan menunggu kejelasan dan belum ada rencana melaporkan ke FIFA,” tandasnya.
Masalahnya, penantian Slave bisa memakan waktu panjang. Manajemen sendiri mengakui belum memiliki uang untuk membayar hutang ke Slave. Manajer Persema Patrick Tarigan mengakui kondisi keuangan klub sedang buruk. “Kami sama sekali belum memiliki uang,” katanya singkat.
(wbs)