Persegres tak bergeliat, Ultras bosan
A
A
A
Sindonews.com —Prestasi Persegres Gresik United yang terus merosot di kompetisi Indonesia Super League (ISL) mulai berimbas pada atmosfir di tribun Stadion Petrokimia. Melihat jumlah penonton yang datang ke stadion, tampaknya supporter Ultras sudah mulai bosan dengan sepak terjang timnya.
Mencatat jumlah penonton di atas 10.000 kepala pada awal musim, jumlah tiket yang terjual terus merosot. Klimaksnya terjadi kala Persegres ditumbangkan Persita Tangerang 0-2 tengah pekan kemarin. Jumlah penonton di stadion berkapasitas 25.000 itu hanya sekitar 1.5000 kepala.
Itu merupakan jumlah penonton paling rendah sepanjang perajalanan Laskar Joko Samudro musim ini. Diyakini merosotnya jumlah penonton seiring dengan menurunnnya pamor Persegres di ISL. Bahkan di pertandingan kandang pun tak menjamin Persegres bakal menang.
Ada sejumlah aspek yang bisa dijadikan alasan pasang surutnya penonton, antara lain bobot pertandingan dan prestasi klub. Saat menghadapi Persita, ada sejumlah faktor yang melatari kecilnya angka kehadiran penonton. Selain lawan yang berstatus papan bawah, pertandingan juga digelar tengah pekan.
“Kalau pertandingan tidak Sabtu-Minggu banyak yang malas ke stadion. Terlebih lawan juga tidak begitu bagus dan prestasi Persegres sedang menurun. Rasanya rugi kalau kami harus bolos kerja untuk melihat pertandingan yang kurang berbobot,” ujar Ahmad Ghozali, 28, salah satu Ultras.
Pertandingan selanjutnya menghadapi Persib Bandung, sejatinya menjadi kesempatan untuk meraup penjualan tiket dalam jumlah besar. Tapi masalahnya Persegres baru saja dikejutkan dengan kekalahan dari Persita Tangerang. Kekalahan pekan sebelumnya diperkirakan juga bakal berimbas pada jumlah penonton.
Sekadar perbandingan, jumlah penonton tertinggi Persegres adalah ketika menghadapi tim papan tas. Tertinggi adalah ketika menjamu Arema Cronous yang dilihat sekitar 14.000 pasang mata. Urutan kedua saat Laskar Joko Samudro dikalahkan Persipura Jayapura dengan penonton di angka 12.000.
Selain itu, pertandingan-pertandingan lain tidak mampu menyedot banyak animo masyarakat atau hanya disaksikan tak lebih dari 10.000 pasang mata secara langsung. Pihak manajemen sendiri mengakui ada penurunan jumlah penonton di pertandingan menghadapi tim lemah.
“Penonton tampaknya pilih-pilih pertandingan untuk datang ke stadion. Tergantung lawan yang dihadapi. Kami dari manajemen berharap penonton bisa ke stadion secara konsisten karena tim sedang membutuhkan dukungan. Khawatirnya semangat pemain semakin terpengaruh jika penonton sedikit,,” kata Media Officer Persegres Adi Sarminto.
Tim Persegres juga harus berjuang keras untuk menarik kembali penonton ke stadion. Sebab dengan prestasi yang terus menurun dan jarang memenangi laga, plus berada dalam posisi rawan di klasemen, bukan tidak mungkin penonton semakin enggan melihat penampilan Aldo Baretto dkk.
Ultras layak kecewa karena mereka terlanjur mengantung ekspektasi tinggi pada timnya musim ini. Belanja besar-besaran awal musim dengan target mengkavling papan atas klasemen ISL, nyatanya justru berbanding 180 derajat. Persegres kini harus berjuang agar tidak merosot ke bibir zona degradasi.
Mencatat jumlah penonton di atas 10.000 kepala pada awal musim, jumlah tiket yang terjual terus merosot. Klimaksnya terjadi kala Persegres ditumbangkan Persita Tangerang 0-2 tengah pekan kemarin. Jumlah penonton di stadion berkapasitas 25.000 itu hanya sekitar 1.5000 kepala.
Itu merupakan jumlah penonton paling rendah sepanjang perajalanan Laskar Joko Samudro musim ini. Diyakini merosotnya jumlah penonton seiring dengan menurunnnya pamor Persegres di ISL. Bahkan di pertandingan kandang pun tak menjamin Persegres bakal menang.
Ada sejumlah aspek yang bisa dijadikan alasan pasang surutnya penonton, antara lain bobot pertandingan dan prestasi klub. Saat menghadapi Persita, ada sejumlah faktor yang melatari kecilnya angka kehadiran penonton. Selain lawan yang berstatus papan bawah, pertandingan juga digelar tengah pekan.
“Kalau pertandingan tidak Sabtu-Minggu banyak yang malas ke stadion. Terlebih lawan juga tidak begitu bagus dan prestasi Persegres sedang menurun. Rasanya rugi kalau kami harus bolos kerja untuk melihat pertandingan yang kurang berbobot,” ujar Ahmad Ghozali, 28, salah satu Ultras.
Pertandingan selanjutnya menghadapi Persib Bandung, sejatinya menjadi kesempatan untuk meraup penjualan tiket dalam jumlah besar. Tapi masalahnya Persegres baru saja dikejutkan dengan kekalahan dari Persita Tangerang. Kekalahan pekan sebelumnya diperkirakan juga bakal berimbas pada jumlah penonton.
Sekadar perbandingan, jumlah penonton tertinggi Persegres adalah ketika menghadapi tim papan tas. Tertinggi adalah ketika menjamu Arema Cronous yang dilihat sekitar 14.000 pasang mata. Urutan kedua saat Laskar Joko Samudro dikalahkan Persipura Jayapura dengan penonton di angka 12.000.
Selain itu, pertandingan-pertandingan lain tidak mampu menyedot banyak animo masyarakat atau hanya disaksikan tak lebih dari 10.000 pasang mata secara langsung. Pihak manajemen sendiri mengakui ada penurunan jumlah penonton di pertandingan menghadapi tim lemah.
“Penonton tampaknya pilih-pilih pertandingan untuk datang ke stadion. Tergantung lawan yang dihadapi. Kami dari manajemen berharap penonton bisa ke stadion secara konsisten karena tim sedang membutuhkan dukungan. Khawatirnya semangat pemain semakin terpengaruh jika penonton sedikit,,” kata Media Officer Persegres Adi Sarminto.
Tim Persegres juga harus berjuang keras untuk menarik kembali penonton ke stadion. Sebab dengan prestasi yang terus menurun dan jarang memenangi laga, plus berada dalam posisi rawan di klasemen, bukan tidak mungkin penonton semakin enggan melihat penampilan Aldo Baretto dkk.
Ultras layak kecewa karena mereka terlanjur mengantung ekspektasi tinggi pada timnya musim ini. Belanja besar-besaran awal musim dengan target mengkavling papan atas klasemen ISL, nyatanya justru berbanding 180 derajat. Persegres kini harus berjuang agar tidak merosot ke bibir zona degradasi.
(wbs)