Dipecat Pro Duta, Beto beber borok Sihar
A
A
A
Sindonews.com - Roberto Bianchi memang telah resmi mengakhiri kiprahnya sebagai pelatih Pro Duta. Namun, dengan alasan pemecatan yang kurang masuk akal, pria berdarah Brasil dan berpaspor Spanyol itu pun akhirnya membeberkan kondisi yang dialaminya di Pro Duta selama ini.
Pelatih berlisensi UEFA Pro itu menyampaikannya saat mengucapkan salam perpisahannya kepada publik Medan lewat media, Senin (10/6) lalu di tempat tinggalnya Royal Condominium, Medan. Hal paling menohok yang tidak sesuai dengan hati menurutnya adalah intervensi sang pemilik klub, Sihar Sitorus sejak musim IPL 2013 berlangsung.
Sempat tidak melibatkan diri di klub sejak menjadi anggota komite eksekutif (EXCO) PSSI atau selama Pro Duta di Divisi Utama. Ketidakterlibatan Sihar bisa saja karena regulasi yang melarang pengurus PSSI terlibat dalam klub profesional. Namun, pasca Kongres PSSI yang lalu, pria yang akrab disapa Beto itu menuturkan, Sihar mulai menebar intervensi.
"Mundur itu juga keputusan dari saya karena tidak setuju dalam beberapa hal di dalam kepengurusan di sini (Pro Duta). Ada satu orang di klub ini yang mulai tidak respek sama saya. Aku sudah profesional semenjak dari pemain hingga pelatih dan tidak pernah orang berani untuk bicara seperti itu (mendikte) sama saya. Itu buat kesabaran saya habis,''keluhnya.
Dia mengaku tidak terima dengan sikap Sihar yang meremehkan dirinya. ''Aku tidak mau satu orang yang tidak respek dengan kinerjaku. Walaupun aku bekerja untuk Madrid dan Barca, walau dia presiden, tidak akan kuizinkan dalam persoalan sepak bola dia tidak tahu apa-apa. Dia tidak punya visi soal sepak bola sama sekali. Presiden yang kumaksud ini Sihar, bukan Wahyu (Presiden Klub Pro Duta Wahyu Wahab)," ujarnya.
Kondisi memanas setelah Sihar kembali terlibat di klub dan mulai melakukan kritik dengan gaya diktator hingga mencampuri urusan teknis. "Dia pikir dia yang paling benar. Walaupun dia bukan yang paling benar dan semua orang di manajemen ikut apa yang dia bilang. Saya punya cara sendiri tapi dia intervensi. Di situ mulai tabrakan. Fatal ketika dia sudah mulai bicara lebih mengkritik saya," ungkapnya.
Seperti diketahui, Kritik Wahyu Wahab soal kinerja Beto lewat media menjadi pemantik ketegangan yang sudah lama terjadi. Mengetahui hal itu, ayah dua anak itu akhirnya melabrak Wahyu dan berbuntut pada pendepakannya. Padahal pada kenyataannya, Beto cukup membawa prestasi besar bagi timnya. Satu setengah musim menangani Pro Duta, Beto membawa klub ini promosi ke Indonesian Premier League (IPL) dan kini bercokol di papan atas.
"Kadang mereka terlalu cepat lupa tentang apa yang aku buat untuk tim ini. Tapi itulah sepak bola. Kadang ketemu orang yang baik, kadang ketemu dengan orang yang tidak sopan sama sekali. Saya sulit percaya komentar Wahyu. Saya tahu apa maksud mereka. Mereka pasti mau provokasi saya. Mereka tidak tahu kalau saya sudah tidak semangat dan ingin pulang saja. Di situ saya lihat kesempatan menguntungkan buat saya untuk berhenti," ungkapnya.
Namun, hak yang membuatnya lega adalah bisa lepas dari kondisi yang serba tidak mengenakkan di Pro Duta. Walau akhirnya keputusannya untuk menerima pemecatan sepihak atasnya mengakhiri apa yang sudah dibangun.
"Beberapa pertandingan yang saya jalankan disini buat saya cukup senang. Dan statistik yang berbicara. Aku pikir aku kerja lebih dari yang harus aku kerjakan. Membuat tim yang sama sekali tidak profesional untuk bisa berbuat profesional. Dengan pemain amatir yang kini sudah punya pola pikir profesional.
Mereka kini punya pola makan yang sesuai untuk atlet. Juga disiplin yang hampir sama seperti klub
Eropa. Semua itu aku tinggalkan disini. Walaupun ada yang coba hapus semua itu, semua suah nempel ke pemain masing-masing,” jelas pria dengan nama lengkap Roberto Juan Bianchi Pelliser itu.
Menurut Beto, Pro Duta termasuk salah satu tim di Indonesia dengan gaji terkecil. Selain itu dengan pendanaan pas-pasan dia mampu meramu pemain muda hingga berkontribusi besar membawa Pro Duta ke papan atas klasemen IPL.
"Pro Duta tim dengan salary (gaji) kecil. Anda tahu Barcelona dan Madrid tim besar dengan proposal mahal untuk pemain terbaik. Mereka pantas di atas. Kalau di Indonesia, Semen Padang, Sriwijaya, dan Persib adalah tim yang harus di atas dengan proposal mereka. Tapi Pro Duta dengan kondisi seperti ini mampu berada di posisi 3 klasemen. Ini kerja keras saya dan pemain," ucapnya menjelaskan.
Meski dipecat, Beto merasa lega karena telah membuat perubahan-perubahan yang dinilainya mampu membuat Pro Duta jadi lebih baik dari sebelumnya.
Selain itu, dia mengakui saat ini pemain dan pelatih Pro Duta juga belum mendapatkan gaji beberapa bulan terakhir. Menurutnya, kondisi itu sebenarnya bisa saja menurunkan semangat pemain untuk bertanding. Namun, komitmen yang dia dan pemain bangun tidak melunturkan motivasi yang ada, tim tetap bermain penuh semangat.
"Saya pulang dengan senang hati. Saya tidak akan kerja lagi dengan orang yang tidak saya senang. Tapi saya sedih meninggalkan Medan dan juga Indonesia. Terutama kepada pemain yang saya tinggalkan di sini. Saya sayang dengan sepakbola Indonesia dan orang-orangnya. Dan satu hal yang saya dan pemain lakukan di sini, pemain tidak pernah turun semangat walau gaji telat dibayarkan. Kondisi ini juga tidak pernah sampai ke media, kami berusaha untuk tutupi,” ujarnya.
Meskipun saat ini sudah cukup banyak tawaran yang masuk ke dirinya. Namun dia memilih istirahat dulu di Spanyol. ''Good luck untuk semua pemain. Mereka di atas segalanya. Dan saya tunggu mungkin di kesempatan yang lain untuk kembali ke Indonesia. Saya mau pulang dulu ke Spanyol untuk recharge. Nanti baru saya akan pikirkan tawaran dari klub-klub,” bebernya.
Soal hak, Beto sudah melakukan negosiasi dengan manajemen Pro Duta, namun sia hanya mendapat 50 persen dari hak yang semestinya dia dapat. "Itu hasil negosiasi kami. Walaupun yang saya minta, tapi tidak 100 persen diberikan tapi keluarnya saya dari sini lebih penting dari apa yang saya terima. Saya juga berterima kasih kepada media di Medan dan Indonesia yang selalu mendukung Pro Duta," pungkasnya.
Pelatih berlisensi UEFA Pro itu menyampaikannya saat mengucapkan salam perpisahannya kepada publik Medan lewat media, Senin (10/6) lalu di tempat tinggalnya Royal Condominium, Medan. Hal paling menohok yang tidak sesuai dengan hati menurutnya adalah intervensi sang pemilik klub, Sihar Sitorus sejak musim IPL 2013 berlangsung.
Sempat tidak melibatkan diri di klub sejak menjadi anggota komite eksekutif (EXCO) PSSI atau selama Pro Duta di Divisi Utama. Ketidakterlibatan Sihar bisa saja karena regulasi yang melarang pengurus PSSI terlibat dalam klub profesional. Namun, pasca Kongres PSSI yang lalu, pria yang akrab disapa Beto itu menuturkan, Sihar mulai menebar intervensi.
"Mundur itu juga keputusan dari saya karena tidak setuju dalam beberapa hal di dalam kepengurusan di sini (Pro Duta). Ada satu orang di klub ini yang mulai tidak respek sama saya. Aku sudah profesional semenjak dari pemain hingga pelatih dan tidak pernah orang berani untuk bicara seperti itu (mendikte) sama saya. Itu buat kesabaran saya habis,''keluhnya.
Dia mengaku tidak terima dengan sikap Sihar yang meremehkan dirinya. ''Aku tidak mau satu orang yang tidak respek dengan kinerjaku. Walaupun aku bekerja untuk Madrid dan Barca, walau dia presiden, tidak akan kuizinkan dalam persoalan sepak bola dia tidak tahu apa-apa. Dia tidak punya visi soal sepak bola sama sekali. Presiden yang kumaksud ini Sihar, bukan Wahyu (Presiden Klub Pro Duta Wahyu Wahab)," ujarnya.
Kondisi memanas setelah Sihar kembali terlibat di klub dan mulai melakukan kritik dengan gaya diktator hingga mencampuri urusan teknis. "Dia pikir dia yang paling benar. Walaupun dia bukan yang paling benar dan semua orang di manajemen ikut apa yang dia bilang. Saya punya cara sendiri tapi dia intervensi. Di situ mulai tabrakan. Fatal ketika dia sudah mulai bicara lebih mengkritik saya," ungkapnya.
Seperti diketahui, Kritik Wahyu Wahab soal kinerja Beto lewat media menjadi pemantik ketegangan yang sudah lama terjadi. Mengetahui hal itu, ayah dua anak itu akhirnya melabrak Wahyu dan berbuntut pada pendepakannya. Padahal pada kenyataannya, Beto cukup membawa prestasi besar bagi timnya. Satu setengah musim menangani Pro Duta, Beto membawa klub ini promosi ke Indonesian Premier League (IPL) dan kini bercokol di papan atas.
"Kadang mereka terlalu cepat lupa tentang apa yang aku buat untuk tim ini. Tapi itulah sepak bola. Kadang ketemu orang yang baik, kadang ketemu dengan orang yang tidak sopan sama sekali. Saya sulit percaya komentar Wahyu. Saya tahu apa maksud mereka. Mereka pasti mau provokasi saya. Mereka tidak tahu kalau saya sudah tidak semangat dan ingin pulang saja. Di situ saya lihat kesempatan menguntungkan buat saya untuk berhenti," ungkapnya.
Namun, hak yang membuatnya lega adalah bisa lepas dari kondisi yang serba tidak mengenakkan di Pro Duta. Walau akhirnya keputusannya untuk menerima pemecatan sepihak atasnya mengakhiri apa yang sudah dibangun.
"Beberapa pertandingan yang saya jalankan disini buat saya cukup senang. Dan statistik yang berbicara. Aku pikir aku kerja lebih dari yang harus aku kerjakan. Membuat tim yang sama sekali tidak profesional untuk bisa berbuat profesional. Dengan pemain amatir yang kini sudah punya pola pikir profesional.
Mereka kini punya pola makan yang sesuai untuk atlet. Juga disiplin yang hampir sama seperti klub
Eropa. Semua itu aku tinggalkan disini. Walaupun ada yang coba hapus semua itu, semua suah nempel ke pemain masing-masing,” jelas pria dengan nama lengkap Roberto Juan Bianchi Pelliser itu.
Menurut Beto, Pro Duta termasuk salah satu tim di Indonesia dengan gaji terkecil. Selain itu dengan pendanaan pas-pasan dia mampu meramu pemain muda hingga berkontribusi besar membawa Pro Duta ke papan atas klasemen IPL.
"Pro Duta tim dengan salary (gaji) kecil. Anda tahu Barcelona dan Madrid tim besar dengan proposal mahal untuk pemain terbaik. Mereka pantas di atas. Kalau di Indonesia, Semen Padang, Sriwijaya, dan Persib adalah tim yang harus di atas dengan proposal mereka. Tapi Pro Duta dengan kondisi seperti ini mampu berada di posisi 3 klasemen. Ini kerja keras saya dan pemain," ucapnya menjelaskan.
Meski dipecat, Beto merasa lega karena telah membuat perubahan-perubahan yang dinilainya mampu membuat Pro Duta jadi lebih baik dari sebelumnya.
Selain itu, dia mengakui saat ini pemain dan pelatih Pro Duta juga belum mendapatkan gaji beberapa bulan terakhir. Menurutnya, kondisi itu sebenarnya bisa saja menurunkan semangat pemain untuk bertanding. Namun, komitmen yang dia dan pemain bangun tidak melunturkan motivasi yang ada, tim tetap bermain penuh semangat.
"Saya pulang dengan senang hati. Saya tidak akan kerja lagi dengan orang yang tidak saya senang. Tapi saya sedih meninggalkan Medan dan juga Indonesia. Terutama kepada pemain yang saya tinggalkan di sini. Saya sayang dengan sepakbola Indonesia dan orang-orangnya. Dan satu hal yang saya dan pemain lakukan di sini, pemain tidak pernah turun semangat walau gaji telat dibayarkan. Kondisi ini juga tidak pernah sampai ke media, kami berusaha untuk tutupi,” ujarnya.
Meskipun saat ini sudah cukup banyak tawaran yang masuk ke dirinya. Namun dia memilih istirahat dulu di Spanyol. ''Good luck untuk semua pemain. Mereka di atas segalanya. Dan saya tunggu mungkin di kesempatan yang lain untuk kembali ke Indonesia. Saya mau pulang dulu ke Spanyol untuk recharge. Nanti baru saya akan pikirkan tawaran dari klub-klub,” bebernya.
Soal hak, Beto sudah melakukan negosiasi dengan manajemen Pro Duta, namun sia hanya mendapat 50 persen dari hak yang semestinya dia dapat. "Itu hasil negosiasi kami. Walaupun yang saya minta, tapi tidak 100 persen diberikan tapi keluarnya saya dari sini lebih penting dari apa yang saya terima. Saya juga berterima kasih kepada media di Medan dan Indonesia yang selalu mendukung Pro Duta," pungkasnya.
(aww)