Ultah ke-60 Persema dikado kecemasan

Kamis, 20 Juni 2013 - 14:56 WIB
Ultah ke-60 Persema...
Ultah ke-60 Persema dikado kecemasan
A A A
Sindonews.com - Persema Malang menapaki usia ke-60 tahun pada Kamis (20/6). Nyaris sama seperti ulang tahun Persebaya Surabaya dua hari sebelumnya, tahun ini merupakan dirgahayu paling mencemaskan dibanding tahun-tahun sebelumnya. Malah tahun ini menjadu ulang tahun paling pahit bagi Persema

Persema Malang yang berdiri pada 20 Juni 1953 tidak pernah merasakan kecemasan seperti sekarang. Pada satu dekade silam klub yang berganti julukan dua kali tersebut sempat terdegradasi ke Divisi I, namun ternyata itu bukan catatat sejarah terburuk. Musim inilah yang menjadi masa terburuk Persema Malang.

Hampir selama hidupnya, Persema Malang dikelola Pemerintah Kota (Pemkot) Malang, sehingga tidak pernah mengalami krisis finansial. Tapi situasi langsung berubah drastis ketika pemerintah melarang klub profesional makan dari dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Klub yang sempat mengubah julukan menjadi Laskar Ken Arok tiga musim lalu, selanjutnya dikuasai konsorsium PT Mitra Bola Indonesia pada 2011. Sayang peralihan kepemilikan saham ini ternyata bukan solusi jitu. Malah faktanya kondisi klub terus memburuk dalam dua musim terakhir.

Klub yang musim ini kembali memakai julukan Bledeg Biru, mengalami klimaks krisis finansial pada 2013. Hanya dihuni pemain-pemain muda, berhasrat pindah kandang ke Stadion Brantas, hingga efisiensi ketat, menjadi menu Persema Malang di kompetisi Indonesian Premier League (IPL) 2013.

Kini harapan satu-satunya Persema adalah pengampunan dari PSSI yang berarti mereka bisa bertanding di kompetisi profesional musim depan. “Di ulang tahun ke-60 kami berharap Persema bisa terus eksis di sepakbola profesional. Tentunya atas kebijakan para petinggi di PSSI,” cetus Dito Arief, penjabat sementara CEO Persema.

Dito membenarkan bahwa ulang tahun kali ini sarat dengan kecemasan terkait masa depan klub. Dirinya tidak ingin klub tertua di Malang tersebut jatuh ke Divisi III alias kompetisi amatir. “Kalau dilihat dari sisi sejarah, Persema tidak layak langsung jatuh ke Divisi III,” tambahnya.

Sebelumnya Persema berharap bisa masuk kompetisi level tertinggi hasil unifikasi liga pada 2014 mendatang. Namun harapan itu terlalu tinggi mengingat Bledeg Biru juga masih mengalami krisis finansial. Pada akhirnya Persema legawa jika harus bertanding di Divisi Utama, asalkan masih menjadi klub profesional.

Persema mengarungi IPL 2013 dengan kekuatan sisa. Di akhir musim lalu klub ini ditinggal pemain bintang seperti Irfan Bachdim, Bima Sakti, kiper Sukasto Efendi, Leonard Tupamahu, hingga terakhir Kim Kurniawan. Bahkan pelatih Slave Radovski dianggap sebagai beban finansial dan diganti pelatih lokal Rudi Hariantoko.

“Kami harus terus berjuang karena usia 60 tahun bukan lagi muda. Apalagi Persema sebagai klub tertua di Malang dan mengemban tanggungjawab untuk mendidik pemain usia dini. Semoga niat baik Persema bakal direspons PSSI dan kami bisa tetap menjadi klub profesional,” tandasnya.

Persema mencatat progress yang terus menurun dalam beberapa musim terakhir. Sempat didanai Pemkot Malang dengan alokasi Rp18 miliar per musim, Persema kemudian didanai konsorsium pada 2011 dan 2012 di kisaran Rp13 miliar per musim. Namun ternyata dana yang dijanjikan hanya cair sekira Rp4 miliar.

Pada 2013 malah konsorsium lepas tanggungjawab dan tidak memberikan dana sepeser pun kepada Persema. Akibatnya, klub yang hingga kini bermarkas di Stadion Gajayana mengalami krisis finansial terburuk dalam sejarah dan tidak memiliki sumber dana yang memadai.
(aww)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0559 seconds (0.1#10.140)