Blatter akui pemilihan Qatar ada unsur politik
A
A
A
Sindonews.com - Presiden FIFA, Sepp Blatter sepertinya menolak bila dirinya disalahkan atas keputusan memilih Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022, mendatang. Dalah sebuah wawancara dengan media asal Jerman, Blatter mengklaim bila pemimpin politik Eropa telah mendesak Asosiasi Sepak Bola Internasional (FIFA) untuk memilih Qatar untuk kepentingan ekonomi di negera Timur Tengah.
Pemilihan Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 sendiri telah menuai kontroversi lantaran mereka dituding memenangkan pemungutan suara pada Desember 2010 dengan cara korupsi, ditambah mengenai isu keamanan menggelar kompetisi terbesar antar negara itu karena kondisi cuaca yang teramat panas di Qatar.
Blatter sendiri tengah gencar menghembuskan wacana perubahan jadwal Piala Dunia di Qatar pada musim dingin, karena suhu di negara tersebut bisa mencapai 50 derajat selama bulan Juni dan Juli. Bila jadi digelar pada musim dingin berarti hal itu bakal merusak jadwal kompetisi Eropa.
Pria berusia 77 tahun itu juga seperti melakukan pembelaan dengan mengakui politik mempunyai peranan dalam proses pemungutan suaran pada 2010, lalu. "Ya, ada pasti ada pengaruh politik. Pemimpin Eropa menganjurkan anggotanya untuk memberikan suaranya dengan memilih Qatar karena kepentingan-kepentingan ekonomi bagi suatu negara," terang Blatter seperti dilansir Soccerway, Kamis (19/9/2013).
Bahkan sebelumnya Blatter mengaku telah membuat kesalahan dengan menunjuk Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022. "Mungkin kali ini kami membuat kesalahan pada saat itu. Di sisi lain, Anda juga harus mempertimbangkan kenyataan politik dan geopolitik. Piala Dunia adalah event global terbesar FIFA. Maka siapa kita, orang-roang Eropa, sampai menuntut acara ini harus memenuhi kebutuhan 800 juta masyarakat Eropa di atas kepentingan semua orang?"tandasnya.
Pemilihan Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 sendiri telah menuai kontroversi lantaran mereka dituding memenangkan pemungutan suara pada Desember 2010 dengan cara korupsi, ditambah mengenai isu keamanan menggelar kompetisi terbesar antar negara itu karena kondisi cuaca yang teramat panas di Qatar.
Blatter sendiri tengah gencar menghembuskan wacana perubahan jadwal Piala Dunia di Qatar pada musim dingin, karena suhu di negara tersebut bisa mencapai 50 derajat selama bulan Juni dan Juli. Bila jadi digelar pada musim dingin berarti hal itu bakal merusak jadwal kompetisi Eropa.
Pria berusia 77 tahun itu juga seperti melakukan pembelaan dengan mengakui politik mempunyai peranan dalam proses pemungutan suaran pada 2010, lalu. "Ya, ada pasti ada pengaruh politik. Pemimpin Eropa menganjurkan anggotanya untuk memberikan suaranya dengan memilih Qatar karena kepentingan-kepentingan ekonomi bagi suatu negara," terang Blatter seperti dilansir Soccerway, Kamis (19/9/2013).
Bahkan sebelumnya Blatter mengaku telah membuat kesalahan dengan menunjuk Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022. "Mungkin kali ini kami membuat kesalahan pada saat itu. Di sisi lain, Anda juga harus mempertimbangkan kenyataan politik dan geopolitik. Piala Dunia adalah event global terbesar FIFA. Maka siapa kita, orang-roang Eropa, sampai menuntut acara ini harus memenuhi kebutuhan 800 juta masyarakat Eropa di atas kepentingan semua orang?"tandasnya.
(akr)