Tragis, Persema turun kasta jadi tim amatir
A
A
A
Sindonews.com - Perjalanan panjang Persema Malang di kompetisi profesional Indonesia berakhir dengan tragis. Sejak berjibaku di sepak bola nasional sejak 1953, Persema akhirnya harus menerima kenyataan berubah menjadi tim amatir atau bermain di Divisi III musim depan.
Persema telah menyatakan ‘lempar handuk’ dalam perjuangan melunturkan sanksi diskualifikasi dari Indonesian Premier League (IPL). Upaya banding yang dilakukan manajemen hingga kini tak menunjukkan hasil. Pengelolaan Persema pun selanjutnya diserahkan ke Pengurus Cabang (Pengcab) PSSI Malang.
Artinya, Persema bukan lagi tim profesional yang independen, namun berada di bawah naungan PSSI Malang sebagai tim amatir. CEO Persema Dito Arief mengungkapkan, langkah itu merupakan opsi logis karena perjuangan Persema untuk tetap di kompetisi profesional tak menemui hasil.
''Tim Persema resmi dibubarkan. Manajemen akan berupaya memberikan hak pemain dan pelatih yang belum terbayar beberapa bulan. Selanjutnya Pengcab PSSI Malang yang akan mengelola Persema dan mungkin bermain di Divisi III,” ucap Dito Arief, CEO Persema Malang, Selasa (24/9).
Namun, untuk membayar gaji pemain dan pelatih yang menunggak sekitar tujuh bulan, manajemen masih akan menunggu ganti rugi dari PSSI dan PT Liga Prima Indonesia Sportindo (LPIS). Persema menilai PSSI dan LPIS menjadi pihak yang bertanggung jawab atas terpuruknya Persema Malang.
Persema mendapatkan sanksi ganda di persepakbolaan Indonesia. Selain dipecat dari keanggotaan PSSI pada 2010 silam karena membelot ke Liga Primer Indonesia (LPI), pada Agustus lalu tim berjuluk Bledeg Biru juga dijatuhi sanksi diskualifikasi karena kalah walk over (WO) di putaran pertama IPL.
“Kami sudah melakukan berbagai upaya untuk menyelamatkan Persema. Sayang tidak membawa hasil apa pun sampai sekarang dan otomatis Persema akan bermain di Divisi III. Jadi ini (menyerahkan ke Pengcab PSSI) adalah keputusan terbaik. Semoga nantinya Persema bisa bangkit menjadi tim profesional lagi,” tambah Dito.
Dengan keputusan ini, pemain dan pelatih otomatis bebas transfer karena sudah tak melanjutkan putaran dua IPL. Persema sendiri sudah tidak bertanding selama lima kali di putaran dua, yakni kontra Bontang FC, Persebaya 1927, Persija IPL, PSM Makassar dan Perseman Manokwari.
Walau Persema bukan tim besar dan belum pernah meraih trofi apa pun, bubarnya klub ini tentu menjadi kehilangan tersendiri bagi publik bola Kota Malang. Harus diakui, Persema adalah pembangkit gairah sepak bola di Kota Apel sejak puluhan tahun silam.
Animo masyarakat Malang terhadap Persema kemudian juga menjadi salah satu inspirasi tembentuknya klub baru pada 1987 yang sekarang jauh lebih besar dan sukses, Arema Malang atau kini menjadi Arema Cronous. Persema juga yang sebenarnya menjadi alasan munculnya rivalitas sepak bola Malang dan Surabaya.
Lebih jauh, Stadion Gajayana yang selama ini ditempati Persema dan Arema IPL bakal sepi dari aktivitas liga profesional. Arema IPL yang juga tidak akan bermain di kompetisi unifikasi 2014, membuat Stadion Gajayana yang baru direnovasi beberapa tahun silam itu hanya akan menjadi venue pertandingan sepak bola amatir.
Persema telah menyatakan ‘lempar handuk’ dalam perjuangan melunturkan sanksi diskualifikasi dari Indonesian Premier League (IPL). Upaya banding yang dilakukan manajemen hingga kini tak menunjukkan hasil. Pengelolaan Persema pun selanjutnya diserahkan ke Pengurus Cabang (Pengcab) PSSI Malang.
Artinya, Persema bukan lagi tim profesional yang independen, namun berada di bawah naungan PSSI Malang sebagai tim amatir. CEO Persema Dito Arief mengungkapkan, langkah itu merupakan opsi logis karena perjuangan Persema untuk tetap di kompetisi profesional tak menemui hasil.
''Tim Persema resmi dibubarkan. Manajemen akan berupaya memberikan hak pemain dan pelatih yang belum terbayar beberapa bulan. Selanjutnya Pengcab PSSI Malang yang akan mengelola Persema dan mungkin bermain di Divisi III,” ucap Dito Arief, CEO Persema Malang, Selasa (24/9).
Namun, untuk membayar gaji pemain dan pelatih yang menunggak sekitar tujuh bulan, manajemen masih akan menunggu ganti rugi dari PSSI dan PT Liga Prima Indonesia Sportindo (LPIS). Persema menilai PSSI dan LPIS menjadi pihak yang bertanggung jawab atas terpuruknya Persema Malang.
Persema mendapatkan sanksi ganda di persepakbolaan Indonesia. Selain dipecat dari keanggotaan PSSI pada 2010 silam karena membelot ke Liga Primer Indonesia (LPI), pada Agustus lalu tim berjuluk Bledeg Biru juga dijatuhi sanksi diskualifikasi karena kalah walk over (WO) di putaran pertama IPL.
“Kami sudah melakukan berbagai upaya untuk menyelamatkan Persema. Sayang tidak membawa hasil apa pun sampai sekarang dan otomatis Persema akan bermain di Divisi III. Jadi ini (menyerahkan ke Pengcab PSSI) adalah keputusan terbaik. Semoga nantinya Persema bisa bangkit menjadi tim profesional lagi,” tambah Dito.
Dengan keputusan ini, pemain dan pelatih otomatis bebas transfer karena sudah tak melanjutkan putaran dua IPL. Persema sendiri sudah tidak bertanding selama lima kali di putaran dua, yakni kontra Bontang FC, Persebaya 1927, Persija IPL, PSM Makassar dan Perseman Manokwari.
Walau Persema bukan tim besar dan belum pernah meraih trofi apa pun, bubarnya klub ini tentu menjadi kehilangan tersendiri bagi publik bola Kota Malang. Harus diakui, Persema adalah pembangkit gairah sepak bola di Kota Apel sejak puluhan tahun silam.
Animo masyarakat Malang terhadap Persema kemudian juga menjadi salah satu inspirasi tembentuknya klub baru pada 1987 yang sekarang jauh lebih besar dan sukses, Arema Malang atau kini menjadi Arema Cronous. Persema juga yang sebenarnya menjadi alasan munculnya rivalitas sepak bola Malang dan Surabaya.
Lebih jauh, Stadion Gajayana yang selama ini ditempati Persema dan Arema IPL bakal sepi dari aktivitas liga profesional. Arema IPL yang juga tidak akan bermain di kompetisi unifikasi 2014, membuat Stadion Gajayana yang baru direnovasi beberapa tahun silam itu hanya akan menjadi venue pertandingan sepak bola amatir.
(aww)