Pembubaran IPL berpotensi menciptakan pengangguran
A
A
A
Sindonews.com - Pembubaran Indonesian Premier League (IPL) membawa konsekuensi logis bagi pemain yang pernah berlaga di kompetisi ini. Mereka menghadapi situasi sulitnya mencari klub baru di kompetisi tertinggi nasional musim depan.
Itu sangat beralasan mengingat di Jawa Timur saja ada empat klub yang 'punah' karena dianggap tak memenuhi syarat bermain di liga unifikasi. Pemain yang selama ini memperkuat Arema IPL, Persebaya 1927, Persema Malang dan Persibo Bojonegoro, harus mencari klub baru.
Berkurangnya jumlah klub yang bertarung di kompetisi kelas satu, otomatis mengurangi kesempatan bagi pemain di klub tersebut untuk mendapatkan klub bergengsi. Tanpa kemampuan yang menonjol, pemain harus rela turun kelas dengan mencari klub Divisi Utama.
Secara kasat mata, di Jawa Timur saja ada setidaknya 70 pemain dari empat bekas klub IPL yang harus mencari klub baru. "Tidak mungkin bertahan di klub tanpa kompetisi. Pastinya ya mencari klub baru, kalau tidak bisa di ISL ya Divisi Utama," tutur Joko Prayitno, striker Persema Malang.
Posisi yang sama juga dirasakan Dio Permana, pemain muda Persema yang ikut ambil bagian di tim nasional (Timnas) U-19 tempo hari. Dia juga mulai berpikir mencari klub anyar karena klub berjuluk Bledeg Biru hingga kini belum bisa diharapkan masa depannya.
"Saya belum menentukan pilihan. Sebenarnya ingin tetap di Persema, tapi kondisinya seperti ini. Tidak masalah kalau nantinya harus mencari klub lain," ucap Dio Permana.
Dia menyadari masih sulit mencari klub besar dan langsung berharap posisi inti, mengingat usia muda dan pengalaman masih minim. Pemain dari Arema IPL juga sudah ancang-ancang untuk menentukan pilihan jika Arema IPL gagal bertarung di liga unifikasi musim depan.
Legimin Raharjo, pemain senior sekaligus kapten Arema IPL, merasa masih mampu bertarung di kompetisi tertinggi di usia 31 tahun. Mantan pemain PSMS Medan dan Persik Kediri ini belum membuat keputusan luntuk musim depan setelah Arema IPL dikeluarkan dari IPL.
"Saya menunggu kepastian Arema IPL di kompetisi musim depan. Manajemen katanya masih berjuang agar tetap bermain di liga unifikasi," kata sang kapten.
Dia mengakui dibubarkannya kompetisi IPL jelas berpengaruh kepada pemain yang bermain di kompetisi ini, khususnya pemain di klub yang tidak diakui PSSI. "Klub semakin sedikit. Pemain harus rela bermain di level lebih rendah kalau tidak mendapat tempat di ISL," cetusnya.
Sementara, klub yang pemainnya masih berpotensi laris di liga unifikasi adalah Persebaya 1927. Walau ikut tergusur dari kompetisi musim depan, klub ini masih memiliki banyak pemain berkualitas. Andik vermansyah dan Taufik tetap dipercaya di tim nasional (Timnas).
Masih ada pula Feri Ariawan, Rendi Irawan, hingga kiper Endra Prasetya. Pemain yang kenyang di kompetisi level satu seperti mereka tampaknya tidak sulit mencari klub di liga unifikasi. Jauh berbeda dengan pemain Persema dan Persibo yang rata-rata masih sangat muda.
Itu sangat beralasan mengingat di Jawa Timur saja ada empat klub yang 'punah' karena dianggap tak memenuhi syarat bermain di liga unifikasi. Pemain yang selama ini memperkuat Arema IPL, Persebaya 1927, Persema Malang dan Persibo Bojonegoro, harus mencari klub baru.
Berkurangnya jumlah klub yang bertarung di kompetisi kelas satu, otomatis mengurangi kesempatan bagi pemain di klub tersebut untuk mendapatkan klub bergengsi. Tanpa kemampuan yang menonjol, pemain harus rela turun kelas dengan mencari klub Divisi Utama.
Secara kasat mata, di Jawa Timur saja ada setidaknya 70 pemain dari empat bekas klub IPL yang harus mencari klub baru. "Tidak mungkin bertahan di klub tanpa kompetisi. Pastinya ya mencari klub baru, kalau tidak bisa di ISL ya Divisi Utama," tutur Joko Prayitno, striker Persema Malang.
Posisi yang sama juga dirasakan Dio Permana, pemain muda Persema yang ikut ambil bagian di tim nasional (Timnas) U-19 tempo hari. Dia juga mulai berpikir mencari klub anyar karena klub berjuluk Bledeg Biru hingga kini belum bisa diharapkan masa depannya.
"Saya belum menentukan pilihan. Sebenarnya ingin tetap di Persema, tapi kondisinya seperti ini. Tidak masalah kalau nantinya harus mencari klub lain," ucap Dio Permana.
Dia menyadari masih sulit mencari klub besar dan langsung berharap posisi inti, mengingat usia muda dan pengalaman masih minim. Pemain dari Arema IPL juga sudah ancang-ancang untuk menentukan pilihan jika Arema IPL gagal bertarung di liga unifikasi musim depan.
Legimin Raharjo, pemain senior sekaligus kapten Arema IPL, merasa masih mampu bertarung di kompetisi tertinggi di usia 31 tahun. Mantan pemain PSMS Medan dan Persik Kediri ini belum membuat keputusan luntuk musim depan setelah Arema IPL dikeluarkan dari IPL.
"Saya menunggu kepastian Arema IPL di kompetisi musim depan. Manajemen katanya masih berjuang agar tetap bermain di liga unifikasi," kata sang kapten.
Dia mengakui dibubarkannya kompetisi IPL jelas berpengaruh kepada pemain yang bermain di kompetisi ini, khususnya pemain di klub yang tidak diakui PSSI. "Klub semakin sedikit. Pemain harus rela bermain di level lebih rendah kalau tidak mendapat tempat di ISL," cetusnya.
Sementara, klub yang pemainnya masih berpotensi laris di liga unifikasi adalah Persebaya 1927. Walau ikut tergusur dari kompetisi musim depan, klub ini masih memiliki banyak pemain berkualitas. Andik vermansyah dan Taufik tetap dipercaya di tim nasional (Timnas).
Masih ada pula Feri Ariawan, Rendi Irawan, hingga kiper Endra Prasetya. Pemain yang kenyang di kompetisi level satu seperti mereka tampaknya tidak sulit mencari klub di liga unifikasi. Jauh berbeda dengan pemain Persema dan Persibo yang rata-rata masih sangat muda.
(aww)