Derby Jatim = ladang duit
A
A
A
Sindonews.com - Sebanyak enam klub yang terlibat di liga unifikasi 2014 menjadi ladang potensial bagi klub Jawa Timur untuk mendapatkan banyak pemasukan finansial. Pertandingan derby atau mempertemukan sesama klub Jawa Timur dipandang bakal menjadi laga paling ditunggu.
Catatan musim lalu, pertandingan menghadapi rival satu provinsi membuat daya sedot penonton ke stadion meningkat. Masing-masing klub mencatat ada peningkatan signifikan saat pertandingan seperti itu. Musim depan diprediksi bakal lebih gereget.
Apalagi ada dua pendatang baru yakni Persebaya Surabaya dan Persik Kediri yang memiliki rival berat seperti Arema Cronous. Namun situasi tersebut hanya bisa terjadi jika format kompetisi dibuat satu wilayah. Jika memakai dua wilayah, laga derby Jawa Timur terancam berkurang.
Jauh ke masa lalu, ketika kompetisi sempat memakai format dua wilayah, klub-klub Jawa Timur terpecah ke wilayah barat dan timur. Seandainya Arema terpisah dengan Persebaya dan Persik, maka klub berjuluk Singo Edan bakal kehilangan dua pertandingan besar.
''Itu juga menjadi salah satu dasar pemikiran kami ingin format satu wilayah. Pertandingan lawan Persik dan Persebaya yang selama ini menjadi rival berat, otomatis akan mendatangkan keuntungan besar. Semua pertandingan Derby Jawa Timur menjadi keuntungan,” kata Media Officer Arema Sudarmaji.
Dirinya yakin pertandingan kontra Persebaya dan Persik bakal mendatangkan keuntungan secara drastis, karena pastinya Stadion Kanjuruhan disesaki suporter Aremania. Musim lalu saja, kontra Persela Lamongan, Persegres Gresik dan Persepam Madura United, sudah menjadi daya tarik tersendiri.
Jika Arema bertemu Persebaya Surabaya dan Persik Kediri pada 2014 nanti, maka bisa diprediksi ada pemasukan kotor lebih dari Rp1 miliar per pertandingan. Kapasitas Stadion Kanjuruhan yang mencapai 35.000 penonton mungkin tak sanggup menampung banjir suporter.
Selain itu, dua wilayah juga mengurangi pertandingan besar, jika diasumsikan klub seperti Persib Bandung, Sriwijaya FC dan Persija Jakarta, berada di wilayah berbeda. Padahal laga-laga keliber berat seperti itulah yang menggembungkan rekening klub lewat penjualan tiket.
Ini juga dirasakan persepam Madura United. Kendati untuk format kompetisi bakal menghormati keputusan PSSI, Persepam mengakui laga derby memberikan suasana berbeda di stadion. Penonton ingin menyaksikan bagaimana daya saing klubnya disbanding klub-klub tetangga.
''Pertandingan sesama tim Jawa Timur paling mendapat perhatian. Misalnya saja saat Persepam lawan Persela di pertandingan terakhir ISL 2012-2013. Walau pertandingan digelar di Stadion A Yani Sumenep, animo penonton sangat luar biasa,” kata Achsanul Qosasi, Manajer Persepam.
Dia berharap derby Jawa Timur musim depan tetap lengkap, baik dengan format satu wilayah atau dua wilayah. Menurutnya, pertandingan sesama saudara satu provinsi menjadikan tim termotivasi. ''Selalu ada keinginan kami ingin menjadi yang terbaik di antara tim Jawa Timur,” ulasnya.
Catatan musim lalu, pertandingan menghadapi rival satu provinsi membuat daya sedot penonton ke stadion meningkat. Masing-masing klub mencatat ada peningkatan signifikan saat pertandingan seperti itu. Musim depan diprediksi bakal lebih gereget.
Apalagi ada dua pendatang baru yakni Persebaya Surabaya dan Persik Kediri yang memiliki rival berat seperti Arema Cronous. Namun situasi tersebut hanya bisa terjadi jika format kompetisi dibuat satu wilayah. Jika memakai dua wilayah, laga derby Jawa Timur terancam berkurang.
Jauh ke masa lalu, ketika kompetisi sempat memakai format dua wilayah, klub-klub Jawa Timur terpecah ke wilayah barat dan timur. Seandainya Arema terpisah dengan Persebaya dan Persik, maka klub berjuluk Singo Edan bakal kehilangan dua pertandingan besar.
''Itu juga menjadi salah satu dasar pemikiran kami ingin format satu wilayah. Pertandingan lawan Persik dan Persebaya yang selama ini menjadi rival berat, otomatis akan mendatangkan keuntungan besar. Semua pertandingan Derby Jawa Timur menjadi keuntungan,” kata Media Officer Arema Sudarmaji.
Dirinya yakin pertandingan kontra Persebaya dan Persik bakal mendatangkan keuntungan secara drastis, karena pastinya Stadion Kanjuruhan disesaki suporter Aremania. Musim lalu saja, kontra Persela Lamongan, Persegres Gresik dan Persepam Madura United, sudah menjadi daya tarik tersendiri.
Jika Arema bertemu Persebaya Surabaya dan Persik Kediri pada 2014 nanti, maka bisa diprediksi ada pemasukan kotor lebih dari Rp1 miliar per pertandingan. Kapasitas Stadion Kanjuruhan yang mencapai 35.000 penonton mungkin tak sanggup menampung banjir suporter.
Selain itu, dua wilayah juga mengurangi pertandingan besar, jika diasumsikan klub seperti Persib Bandung, Sriwijaya FC dan Persija Jakarta, berada di wilayah berbeda. Padahal laga-laga keliber berat seperti itulah yang menggembungkan rekening klub lewat penjualan tiket.
Ini juga dirasakan persepam Madura United. Kendati untuk format kompetisi bakal menghormati keputusan PSSI, Persepam mengakui laga derby memberikan suasana berbeda di stadion. Penonton ingin menyaksikan bagaimana daya saing klubnya disbanding klub-klub tetangga.
''Pertandingan sesama tim Jawa Timur paling mendapat perhatian. Misalnya saja saat Persepam lawan Persela di pertandingan terakhir ISL 2012-2013. Walau pertandingan digelar di Stadion A Yani Sumenep, animo penonton sangat luar biasa,” kata Achsanul Qosasi, Manajer Persepam.
Dia berharap derby Jawa Timur musim depan tetap lengkap, baik dengan format satu wilayah atau dua wilayah. Menurutnya, pertandingan sesama saudara satu provinsi menjadikan tim termotivasi. ''Selalu ada keinginan kami ingin menjadi yang terbaik di antara tim Jawa Timur,” ulasnya.
(aww)