Bukti pelatih domestik lebih prospektif
A
A
A
Sindonews.com - East Java Turnament 2013 telah tuntas digelar dan Arema Cronous bertemu Persebaya Surabaya di partai puncak. Terlepas siapa yang menjadi jawara dan kacaunya penyelenggaraan edisi ini, turnamen yang juga bernama Piala Gubernur Jawa Timur menyisakan sebuah fenomena menyejukkan.
Banyaknya pelatih lokal yang berlaga di turnamen ini jelas menjadi fakta menggembirakan. Dari sembilan klub yang bertarung, hanya PSM Makassar yang mengusung pelatih asing yakni Peter Steinnebruner. Delapan klub lain, termasuk enam klub Jawa Timur, semuanya memakai aset lokal.
Arema Cronous memakai Suharno, Persebaya ditukangi Rahmad Darmawan yang sementara diganti Tony Ho, Persegres Gresik United digawangi Agus Yuwono.
Persela punya juru taktik anyar Eduard Tjong, sedangkan Persepam Madura United dan Persik Kediri masih setia dengan pelatih musim lalu, yakni Daniel Roekito dan Aris Budi Sulistyo. Persib Bandung dan Sriwijaya FC yang berstatus tamu juga percaya kepada Djadjang Nurjaman dan Subangkit.
Dari nama-nama tersebut, nama Suharno dan Subangkit layak digarisbawahi. Pelatih yang sebelumnya hanya menangani tim-tim medioker ini mendapat kesempatan lebih besar. Suharno memegang Arema Cronous yang juga bakal berlaga di AFC Cup 2014, sedangkan Subangkit mengendalikan Laskar Wong Kito.
Jelas musim ini menjadi momentum terbesar bagi keduanya sejak menjalani karir kepelatihan. Suharno mungkin pernah menjadi pelatih Arema sebelumnya, tapi saat klub dalam kondisi sekarat. Malah dia dipecat dari Persegres Gresik United musim lalu bahkan sebelum paruh musim.
Sedangkan Subangkit berkeliaran di tim papan tengah dan bawah, semisal Persiwa Wamena dan Persela Lamongan. Pelatih asal Pasuruan ini melesat setelah sukses membawa Sriwijaya FC U-21 juara ISL musim lalu.
Keberuntungan atau memang pantas? Sulit untuk menemukan jawabannya. Pastinya baik Suharno maupun Subangkit sangat senang melihat semakin banyaknya klub ISL yang memercayai pelatih asing. Padahal dua musim lalu klub-klub Jawa Timur, baik ISL maupun IPL, sangat mendewakan pelatih impor.
"Saya senang semakin banyak klub yang percaya dengan pelatih lokal. Sebab masih banyak pelatih yang bisa dikembangkan, terutama pelatih muda. Selama ini kita gencar dengan pembinaan pemain dan harusnya diikuti dengan pembinaan pelatih juga. Saya percaya kualitas pelatih Indonesia tak kalah dengan asing," tutur Suharno beberapa waktu lalu.
Jika diberi kepercayaan secara bertahap, dia optimistis pelatih Indonesia bisa terus berkembang. Modal terpenting menurutnya adalah terus belajar dan tidak menyerah dengan kegagalan. Dia menyontohkan dirinya yang terus eksis di level ISL walau sering diwarnai jatuh-bangun.
"Musim lalu saya dianggap gagal di Persegres. Bagi saya tidak masalah karena terkadang memang ada ketidakcocokan atau istilahnya belum rezekinya. Malah sekarang saya mendapatkan tugas lebih besar di Arema," cerita pelatih yang sudah tiga kali menangani Arema dalam periode yang berbeda.
Salah satu pelatih muda berbakat dan pamornya mulai dikenal adalah Aris Budi Prasetyo yang berhasil membawa Persik Kediri promosi ke ISL. Hingga saat ini dia adalah pelatih termuda yang bekerja di klub profesional Jawa Timur. Sayang kesempatan untuk terus menjadi nakhoda tim Persik terganjal lisensi yang belum memadai.
Namun Aris tidak menyerah dan berupaya mendapatkan lisensi kepelatihan A Nasional. Dia juga rela Persik menunjuk pelatih lain yang otomatis akan menurunkan derajatnya sebagai asisten pelatih. Baginya semusim bersama Macan Putih di Divisi Utama lalu sudah menjadi kesempatan yang luar biasa.
"Jalan karir saya sebagai pelatih masih panjang dan saya tidak terburu-buru untuk mendapatkan semuanya. Bagi saya kesempatan bersama Persik musim lalu sekaligus promosi ke ISL telah menjadi pengalaman fantastis. Saya masih perlu banyak belajar lagi dari pelatih yang lebih senior untuk mencapai level lebih tinggi," katanya merendah.
Pelatih lain yang bekerja di klub Jawa Timur juga bukan wajah asing karena pernah menangani klub di provinsi yang memiliki klub profesional terbanyak. Pelatih Persepam Daniel Roekito sebelumnya sempat menjadi pelatih Arema Malang dan Persik Kediri. Pelatih Persegres Agus Yuwono juga pernah mampir di Persik Kediri.
Arsitek tim Persebaya Rahmad Darmawan musim lalu sudah menuntaskan karirnya bersama Arema Cronous. Terhitung hanya Eduard Tjong yang belum benar-benar merasakan atmosfir sepakbola Jawa Timur di masa lalunya. Walau pun dua musim lalu sempat diresmikan sebagai pelatih Persela, dia belum sempat bekerja di kompetisi karena diganti mendiang Miroslav Janu.
Banyaknya pelatih lokal yang berlaga di turnamen ini jelas menjadi fakta menggembirakan. Dari sembilan klub yang bertarung, hanya PSM Makassar yang mengusung pelatih asing yakni Peter Steinnebruner. Delapan klub lain, termasuk enam klub Jawa Timur, semuanya memakai aset lokal.
Arema Cronous memakai Suharno, Persebaya ditukangi Rahmad Darmawan yang sementara diganti Tony Ho, Persegres Gresik United digawangi Agus Yuwono.
Persela punya juru taktik anyar Eduard Tjong, sedangkan Persepam Madura United dan Persik Kediri masih setia dengan pelatih musim lalu, yakni Daniel Roekito dan Aris Budi Sulistyo. Persib Bandung dan Sriwijaya FC yang berstatus tamu juga percaya kepada Djadjang Nurjaman dan Subangkit.
Dari nama-nama tersebut, nama Suharno dan Subangkit layak digarisbawahi. Pelatih yang sebelumnya hanya menangani tim-tim medioker ini mendapat kesempatan lebih besar. Suharno memegang Arema Cronous yang juga bakal berlaga di AFC Cup 2014, sedangkan Subangkit mengendalikan Laskar Wong Kito.
Jelas musim ini menjadi momentum terbesar bagi keduanya sejak menjalani karir kepelatihan. Suharno mungkin pernah menjadi pelatih Arema sebelumnya, tapi saat klub dalam kondisi sekarat. Malah dia dipecat dari Persegres Gresik United musim lalu bahkan sebelum paruh musim.
Sedangkan Subangkit berkeliaran di tim papan tengah dan bawah, semisal Persiwa Wamena dan Persela Lamongan. Pelatih asal Pasuruan ini melesat setelah sukses membawa Sriwijaya FC U-21 juara ISL musim lalu.
Keberuntungan atau memang pantas? Sulit untuk menemukan jawabannya. Pastinya baik Suharno maupun Subangkit sangat senang melihat semakin banyaknya klub ISL yang memercayai pelatih asing. Padahal dua musim lalu klub-klub Jawa Timur, baik ISL maupun IPL, sangat mendewakan pelatih impor.
"Saya senang semakin banyak klub yang percaya dengan pelatih lokal. Sebab masih banyak pelatih yang bisa dikembangkan, terutama pelatih muda. Selama ini kita gencar dengan pembinaan pemain dan harusnya diikuti dengan pembinaan pelatih juga. Saya percaya kualitas pelatih Indonesia tak kalah dengan asing," tutur Suharno beberapa waktu lalu.
Jika diberi kepercayaan secara bertahap, dia optimistis pelatih Indonesia bisa terus berkembang. Modal terpenting menurutnya adalah terus belajar dan tidak menyerah dengan kegagalan. Dia menyontohkan dirinya yang terus eksis di level ISL walau sering diwarnai jatuh-bangun.
"Musim lalu saya dianggap gagal di Persegres. Bagi saya tidak masalah karena terkadang memang ada ketidakcocokan atau istilahnya belum rezekinya. Malah sekarang saya mendapatkan tugas lebih besar di Arema," cerita pelatih yang sudah tiga kali menangani Arema dalam periode yang berbeda.
Salah satu pelatih muda berbakat dan pamornya mulai dikenal adalah Aris Budi Prasetyo yang berhasil membawa Persik Kediri promosi ke ISL. Hingga saat ini dia adalah pelatih termuda yang bekerja di klub profesional Jawa Timur. Sayang kesempatan untuk terus menjadi nakhoda tim Persik terganjal lisensi yang belum memadai.
Namun Aris tidak menyerah dan berupaya mendapatkan lisensi kepelatihan A Nasional. Dia juga rela Persik menunjuk pelatih lain yang otomatis akan menurunkan derajatnya sebagai asisten pelatih. Baginya semusim bersama Macan Putih di Divisi Utama lalu sudah menjadi kesempatan yang luar biasa.
"Jalan karir saya sebagai pelatih masih panjang dan saya tidak terburu-buru untuk mendapatkan semuanya. Bagi saya kesempatan bersama Persik musim lalu sekaligus promosi ke ISL telah menjadi pengalaman fantastis. Saya masih perlu banyak belajar lagi dari pelatih yang lebih senior untuk mencapai level lebih tinggi," katanya merendah.
Pelatih lain yang bekerja di klub Jawa Timur juga bukan wajah asing karena pernah menangani klub di provinsi yang memiliki klub profesional terbanyak. Pelatih Persepam Daniel Roekito sebelumnya sempat menjadi pelatih Arema Malang dan Persik Kediri. Pelatih Persegres Agus Yuwono juga pernah mampir di Persik Kediri.
Arsitek tim Persebaya Rahmad Darmawan musim lalu sudah menuntaskan karirnya bersama Arema Cronous. Terhitung hanya Eduard Tjong yang belum benar-benar merasakan atmosfir sepakbola Jawa Timur di masa lalunya. Walau pun dua musim lalu sempat diresmikan sebagai pelatih Persela, dia belum sempat bekerja di kompetisi karena diganti mendiang Miroslav Janu.
(aww)