Terry Stotts klaim Portland sebagai rumahnya
A
A
A
Sindonews.com - Itu adalah musim panas 2007, dan Terry Stotts baru saja dipecat untuk kedua kalinya dalam empat tahun. Murid dari George Karl ini, sempat tak yakin melalui ilmu kepelatihan yang dimilikinya. Dia pun sempat terbang ke Eropa untuk mengunjungi beberapa pelatih yang memiliki reputasi internasional.
Terry ingin melihat sesuatu dari perspektif yang lain, yang lebih segar. Dia pun pernah bertanya pada dirinya, apakah perlu dia pindah keluar negeri untuk terus menjadi pelatih kepala.
Enam tahun kemudian, Terry Stotts menemukan kesempatan terakhirnya untuk menjadi pelatih kepala di NBA, yakni di Portland Trail Blazers.
Saat ini, Portland Trail Blazers telah menjadi sebuah kejutan terbesar di NBA musim ini. Mereka mampu mengoleksi 23 kemenangan dari 28 pertandingan. Ini merupakan pencapaian terbaik sepanjang sejarah untuk awal kompetisi.
Blazers kini memimpin liga pada wilayah barat. Mereka telah melampaui 105 angka pada 13 pertandingan berturut-turut, merupakan kemenangan terpanjangnya sejak Denver melakukannya pada tahun 2008 lalu.
"Kami bermain denga gaya kami yang selalu bergerak, tidak mementingkan keegoisan, adanya fleksibilitas ditambah dengan akurasi tembakan tiga angka. Itulah yang kami mau, dan sejauh itu berhasil," ujar Stotts.
Stoots sebelumnya dipecat kala membesut Atlanta dan Milwaukee Bucks dengan raihan yang tidak memuaskan. Kemudian Scotts sempat menghabiskan waktunya di Dallas, melakukan pendekatan untuk menjadi pelatih disana.
"Dia telah berperan dengan baik saat ini di Portland. Dia datang dan mampu mengubah seluruh sistem pertandingan. Dia mampu menanamkan rasa kepercayaan yang tinggi saat bermain kepada tim," tutur LaMarcus Aldridge, forward Portland Trail Blazers.
"Dia mampu memberikan cara kepada kita bermain bertahan yang baik dan membuat kita bermain secara kolektif, tidak egois, dan banyak tim yang tak bermain seperti kita. Itu untungnya bagi kita," lanjutnya.
Dan sekarang, setelah dua kali salah dalam memulai karirnya sebagai pelatih kepala, Stotts memiliki perasaan bahwa akhirnya dia menemukan sebuah rumah untuknya.
Terry ingin melihat sesuatu dari perspektif yang lain, yang lebih segar. Dia pun pernah bertanya pada dirinya, apakah perlu dia pindah keluar negeri untuk terus menjadi pelatih kepala.
Enam tahun kemudian, Terry Stotts menemukan kesempatan terakhirnya untuk menjadi pelatih kepala di NBA, yakni di Portland Trail Blazers.
Saat ini, Portland Trail Blazers telah menjadi sebuah kejutan terbesar di NBA musim ini. Mereka mampu mengoleksi 23 kemenangan dari 28 pertandingan. Ini merupakan pencapaian terbaik sepanjang sejarah untuk awal kompetisi.
Blazers kini memimpin liga pada wilayah barat. Mereka telah melampaui 105 angka pada 13 pertandingan berturut-turut, merupakan kemenangan terpanjangnya sejak Denver melakukannya pada tahun 2008 lalu.
"Kami bermain denga gaya kami yang selalu bergerak, tidak mementingkan keegoisan, adanya fleksibilitas ditambah dengan akurasi tembakan tiga angka. Itulah yang kami mau, dan sejauh itu berhasil," ujar Stotts.
Stoots sebelumnya dipecat kala membesut Atlanta dan Milwaukee Bucks dengan raihan yang tidak memuaskan. Kemudian Scotts sempat menghabiskan waktunya di Dallas, melakukan pendekatan untuk menjadi pelatih disana.
"Dia telah berperan dengan baik saat ini di Portland. Dia datang dan mampu mengubah seluruh sistem pertandingan. Dia mampu menanamkan rasa kepercayaan yang tinggi saat bermain kepada tim," tutur LaMarcus Aldridge, forward Portland Trail Blazers.
"Dia mampu memberikan cara kepada kita bermain bertahan yang baik dan membuat kita bermain secara kolektif, tidak egois, dan banyak tim yang tak bermain seperti kita. Itu untungnya bagi kita," lanjutnya.
Dan sekarang, setelah dua kali salah dalam memulai karirnya sebagai pelatih kepala, Stotts memiliki perasaan bahwa akhirnya dia menemukan sebuah rumah untuknya.
(aww)